52
• Konservasi energi mengkonsumsi energi seminim mungkin
• Mengusahakan pencahayaan alami
• Harmonis dengan lingkungan alam di mana bangunan berdiri
• Mengusahakan penghawaan alami
• Memakai material daur ulang atau material yang ekologis
Dalam penerapan Green Architecture lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya : penentuan tapak bangunan, pengolahan limbah yang muncul akibat
kegiatan yang terjadi di kawasan proyek. Dengan strategi desain, antara lain :
- Penentuan tapak bangunan
- Cahaya alami siang hari untuk ruang dalam
- Pengelolaan limbah
- Pencahayaan dan HV AC yang hemat energi
- Pemakaian sumber daya alam alternatif dan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui -
Pencegahan polusi udara dalam ruangan -
Insulasi thermal dalam ruangan
III.1.2 PRINSIP DAN TEORI GREEN ARCHITECTURE
Beberapa prinsip dan teori green architecture adalah sebagai berikut:
a. Menurut Sym Van der Ryn et.al. 1996:51
1. Solutions grow from place Ecological design begins with the intimate knowledge of a particular place.
Therefore, it is small-scale and direct, responsive to both local conditions and local people. If we are sensitive to the nuances of place, we can inhabit without
destroying 2. Ecological accounting informs design
Trace the environmental impacts of existing on proposed designs. Use this information to determine the most ecologically sound design possibility.
3. Design with nature By working with living processes, we respect the needs of all species while meeting
our own. Engaging in processes that regenerate rather than deplate, we become more alive.
Universitas Sumatera Utara
53
4. Everyone is a designer Listen to every voice in the design process. No one is participant only or designer
only: everyone is a participant-designer. Honor the special knowledge that each person brings. As people work together to heal their places, they also heal
themselves. 5. Make nature visible
De-natured environments ignore our need and our potential for learning. Making natural cycles and processes visible brings the designed environment back to life.
Effective design helps inform us of our place within nature.
b. Menurut Ken Yeang 1995:187
“Ecological design is a design process in which the designer comprehensively minimizes the anticipated adverse effects that the product of that design process has
upon the earth’s ecosystems and resources, and simultaneously gives the priority to the continued elimination and minimization of these adverse effects.
1. Hemat energi ...lowering of costs as a result of decreasing energy consumption in the operation of
the building… …reduction of the overall energy consumption of the building by the use of passive
non-mechanical structural devices… 2. Humanisme
…enhance its users’ sense of well being while enabling them to be aware of and to experience the external climate of the place…
3. Estetika natural dan kebebasan ekspresi …socio-economic and political conditions may change almost recognizably over a
period of, as may visual taste and aesthetic sensibility, climate remains more or less unchanged in its cyclical course…
…provides us with a set of theoretical principles for shaping buildings which must eventually allow for a permissiveness in poetic interpretation by design…
Universitas Sumatera Utara
54
…created a layered building-façade. They also soften the impact of the flat and hard faces of the built systems on its external environment and provide semi-enclosed
and in between shaded areas at the upper parts of the buildings… …this environmental factor could also provide new opportunities for sculpting design
features… 4. Integrasi vegetasi horizontal dan vertikal
…the starting premise is that vegetation is an important indigenous aspect of place and should therefore be an important regionalist design factor, besides being
ecologically vitas… …vegetation needs to be introduced into the built environment in far greater
abundance thatn is currently common… 5. Pengudaraan natural
…the creation of variable deep air zones at the facades of buildings, either as transitional spaces, or as interstitial spaces, or as residual spaces. These can be in
the form of large open-to-the sky naturally ventilated atriums with overhead louvred- coverings, or recessed balconies, or large skycourts…
6. Tanggap orientasi matahari …explorations into the layering of the external wall from the inside to the outside
environment, interfaced through transitional spaces, led to air concern for a variable wall design. There followed a series of studies on the externall wall as a varied skin
that changes its sectional profile depending on its solar orientation…
c. Bioshelters oleh Nancy Jack Todd et.al.
1. The living world is the matrix of all design. Not as a precise tool, or blueprint, but as a profound multidimensional paradigm for
the designs, a meta-model, a basis for thinking about how the world works within which to frame more concrete questions about design…
2. Design should follow, not oppose, the laws of life. Biology is the model for design…
3. Biological equity must determine design. Took the welfare of not the poorest third of humanity…
4. Design must reflect bioregionalit.y
Universitas Sumatera Utara
55
Silently but eloquently expressed in a manner appropriate to the bioregion. 5. Projects should be based on renewable energy sources.
6. Design should be sustainable through the integration of living systems. 7. Desigh should be coevolutionary with the natural world.
Hardware and fossil-fuel powered machines be replaced by either informations or organisms or…a combinationf of both…
8. Building and design should help heal the planet. Acquired the knowledge of biology, the technology, and the potential partnership in
coevolution with the organic world to begin a process of planetary healing. 9. Design should follow a sacred ecology.
Interconnectedness of the human and natural worlds in an unknowable ‘metapattern which connects’ is what we have come to think of as sacred ecology.
d. Green Architecture oleh Brenda dan Robert Vale
1. Conserving energy. A building should be constructed so as to minimize the need for fossil fuels to run
it… 2. Working with climate.
Buildings should be designed to work with climate and natural energy sources… 3. Minimizing new resources.
A building should be designed so as to minimize the use of new resources and at the end of its useful life, to form the resources for other architecture…
4. Respect for users. A green architecture recognizes the importance of all the people involved with it…
5. Respect for site. A building will ‘touch-this-earth-lightly’…
6. Holism. All the green principles need to be embodied in a holistic approach to the built
environment.
Universitas Sumatera Utara
56
Setiap lingkungan binaan selalu memperoleh sifat dan suasana dari unsur-unsur lingkungannya. Oleh karena itu, penggunaan tiap unsur harus diperhatikan, hubungan,
ekspresi, dan kesan yang dapat ditimbulkan dari paduan unsur-unsur tersebut hingga mampu menghadirkan suasana yang diinginkan.
Terdapat 6 prinsip Green Architecture yang diajukan oleh Brenda dan Robert Vale
yang harus menjadi perhatian untuk dapat diterapkan dalam berbagai aplikasi, yaitu : 1. Konservasi energi
• Bangunan seharusnya meminimalkan penggunaan kebutuhan akan energi.
• Perlindungan sumber daya alam.
• Pendayagunaan alam sebagai sumber energi bagi keperluan studi dan
rekreasi. •
Memanfaatkan limbah sebaik-baiknya seperti dengan manjadikan limbah sebagai sumber energi biogas atau pupuk.
• Penentuan lokasi yang paling tepat guna dengan cara pemilihan sumber
daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dari fungsi bangunan atau proyek.
2. Bekerja sama dengan iklim •
Bangunan bekerja sama dengan iklim dan sumber energi alam. •
Memanfaatkan energi yang tersedia di alam seperti matahari, angin, hujan, dan air.
• Pencahayaan alami pada siang hari.
• Penghawaan alami.
3. Meminimalisasi sumber-sumber daya baru •
Penggunaan material daur ulang. •
Penggunaan material yang dapat diperbaharui. •
Merancang bangunan dari sisa bangunan yang sebelumnya. •
Penggunaan material yang ramah lingkungan. 4. Menghargai pemakai
• Green Architecture menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari
bangunan harus diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya namun selaras dengan
prinsip Green Architecture yang lainnya. Misalnya : daripada menggunakan
Universitas Sumatera Utara
57
AC untuk kenyamanan pengguna, sebaiknya menggunakan penghawaan alami untuk menyejukkan ruangnan dengan ventilasi silang. Daripada
menggunakan terlalu banyak energi untuk penerangan lampu pada siang hari agar pengguna tetap nyaman beraktifitas dalam bangunan prinsip Green
Architecture menerapkan pencahayaan alami. 5. Menghargai site
• Seminimal mungkin merubah tapak. Misalnya dengan mempertahankan
kontur tanah. Tidak mengambil jalan pintas dengan cara cut dan fill site dalam pembangunan di tapak. Memberi pori-pori bagi tanah agar tetap
memiliki aliran udara. •
Menurut seorang arsitek Australia, Glenn Murcutt “Seorang harus menyentuh bumi secara ringan” yang ia kutip dari kata-kata orang Aborigin.
Kata-kata ini meliputi interaksi bangunan dan sitenya merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penerapan Green Architecture. Suatu bangunan
yang menghabiskan banyak energi, menghasilkan sumber polusi dan menjadi asing bagi penggunanya tidak menyentuh bumi secara ringan.
6. Holistik •
Seluruh prinsip-prinsip Green Architecture digabungkan dalam suatu pendekatan holistik pada lingkungan yang dibangun.
Hal-hal yang mungkin dapat dilakukan dalam arsitektur adalah sebagai berikut : 1. Pertapakan
Dalam melakukan penentuan pertapakan Green Arcitecture berusaha untuk menyelaraskan massa dan citra visual bangunan dengan tapaknya dan seminimal
mungkin mengeluarkan energi untuk mengubah tapak yang akan diolah. 2. Pencahayaan alami siang
Pencahayaan alami pada siang hari pada konsep Green Architecture didasarkan pada pemanfaatan potensi dan untuk menghemat energi.
3. Pencahayaan buatan dan sistem HVAC yang hemat energI Penggunaan bangunan pada malam hari serta untuk kasus bangunan dengan
persyaratan teknis tertentu tetap dibutuhkan pencahayaan buatan serta pengkondisian udara buatan. Pendekatan desain Green Architecture dalam hal ini
adalah penggunaan lampu dan teknologi sistem HVAC hemat energi.
Universitas Sumatera Utara
58
4. Pemanfaatan sumber daya alam alternatatif Penggunaan sunber daya alam pada konsep Green Architecture haruslah
digunakan seefisien mungkin. Hal ini dapat diimplementasikan dalam penggunaan material bangunan yang merupakan :
• Hasil daur ulang maupun yang dapat didaur ulang.
• Material bangunan yang alami dan dapat diperbaharui.
• Material bangunan dari sumber daya alam yang mendukung efisiensi
sumber daya alam. Penggunaan material seperti tersebut di atas didukung oleh industri-industri pendaur
ulangan material sebagai bagian dari tanggung jawab antar disiplin. Selain itu mencerminkan cinta terhadap lingkungan, strategi ini juga biasanya dapat
menghemat biaya pembangunan. 5. Insulasi thermal selubung bangunan dan pengudaraan alami
Merupakan bagian dari strategi desain Green Architecture yang tanggap terhadap lingkungan, dalam hal ini iklim. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan
kenyamanan yang efisien. Strategi ini diterapkan dengan cara : •
Penggunaangn material bangunan yang tanggap terhadap iklim •
Desain massa bangunan dan ruang dengan pertimbangan iklim 6. Pemanfaatan kondisi kondisi iklim matahari, angin, air sebagai sumber energy
Pemanfaatan sumber energi matahari menghasilkan onovasi baru dalam penggunaan material bangunan, seperti photovoltaic-material pengubah cahaya
matahari menjadi energi listrik secara langsung, yang memiliki implikasi arsitektural yang telah mengubah status bangunan yang semula pemakai energi menjadi
penghasil energi. Pemanfaatan matahari dan angin untuk pengudaraan alami dan pemanasan juga menghasilkan bangunan-bangunan berteknologi khas yang
mempengaruhi citra visual. 7. Pengelolahan limbah
Sistem pengelolahan limbah dalam operasional bangunan Green Architecture benar-benar diupayakan untuk tidak mencemari lingkungan. Salah satu caranya
adalah dengan biogeneratif waste treatment daya alam yang sangat tinggi dan dapat dimanfaatkan dengan situasi iklim yang sangat mendukungnya
Universitas Sumatera Utara
59
Secara teknis lingkungan topografi, iklim dan lainnya mempengaruhi desain proyek ini, dimana topografi berpengaruh terhadap bentuk bangunannya, iklim dan angin
berpengaruh terhadap teknis kenyamanan dalam bangunan dan tapak.
Heinz Frick 1999 memberikan empat kriteria arah pembangunan secara Green
Architecture, yaitu: 1. Pembangunan berwawasan lingkungan menuntut adanya proses yang
melestarikan lingkungan alam dan peredarannya, sehingga menghemat energi.
2. Pembangunan biologis baubiologie yang memperhatikan kesehatan penghuni dan menganggap rumah sebagai kullit ketiga manusia.
3. Pembangunan psikospiritual, berkaitan dengan jiwa manusia, rasa dan karsa, serta susunan organisme manusia yang mengerti arsitektur sebagai
pengalaman kesadaran. 4. Pembangunan organik yang bobot arsitekturalnya terletak pada fungsi
pembentukan dan kesenian.
Menurut Frick, 1997, pola perencanaan green arsitektur selalu memanfaatkan alam , sebagai berikut:
• Penyesuaian pada lingkungan alam sekitar.
• Menghemat sumber energi alamyang tidak dapat diperbaharui dan mengirit
penggunaan energi. •
Memelihara sumber lingkunganudara, tanah, air. •
Memelihara dan memperbaiki peredaran alam. •
Mengurangi ketergantungan pada system pusat energi listrik, air dan limbah air, limbah dan sampah.
• Penghuni ikut serta secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan
pemeliharaan perumahan. •
Tempat kerja dan pemukiman terdekat. •
Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-hari. •
Penggunaan teknologi sederhana. •
Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.
• Kulit dinding dan atapsebuah gedung harus sesuai dengan tugasnya harus
melindungi dirinya dari sinar panas, angin dan hujan.
Universitas Sumatera Utara
60
• bangunan sebaiknya diarahkan beorientasi timur barat dengan bagian utara
selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan. •
Dinding bangunan harus memberikan perlindungan terhadap panas, daya serap panas dn tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim ruang
dalamnya. •
Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.
• Bangunan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan
penyegaran udara secara alamiah dan memanfaatkan angin sepoi-ssepoi untuk membuat ruang menjadi sejuk.
• Semua gedung harus bisa mengadakan regenrasi dari segala bahan bangunan,
bahan limbah, dan mudah dipelihara. Dengan demikian, green arsitektur dapat dijadikan istilah payung bagi semua
pandangan yang melihat bangunan dan manusia penggunanya sebagai bagian dari alam lingkungannya yang tak terpisahkan dalam suatu siklus alami yang
berkelanjutan. Prinsip dasar Green Architecture adalah berpikir secara holistic artinya,
bahwa seluruh unsur alam, benda buatan maupun unsur alamiah, merupakan bagian kehidupan alamiah yang saling berinteraksi dan berinterrelasi secara utuh
Koestomo A. C., 2000
. Berbagai konsep yang berusaha mengintegrasikan faktor-faktor lingkungan ke
dalam perancangan arsitektur diajukan oleh banyak arsitek dalam konsep dan karya- karyanya.
Ken Yeang 1995, berpendapat bahwa faktor iklim menjadi sangat penting
untuk menciptakan perancangan yang khas karena sangat terikat dengan konteks tempat. Karya-karya
Ken Yeang kemudian banyak menuruti prinsip bioklimatik, termasuk untuk
perancangan bangunan tinggi Ken Yeang, 1994
. Dari berbagai prinsip tersebut, dapat ditarik “benang merah” dari perencanaan
Green Architecture antara lain : •
Kajian tentang aktifitas manusia, meliputi pengakomodasian dan modifikassi potensi-potensi sosial budaya, tradisi serta ragam aktifitas yang berorientasi kepada
proses penyadaran lingkungan environmental conscious. •
Kajian tentang potensi lingkungan alamiah, meliputi iklim, kondisi tanah dan vegetasi serta potensi sumber daya alam setempat, terutama yang terbaharui
renewable recources yang dapat dimanfaatkan untuk perencanaan ruang arsitektur.
Universitas Sumatera Utara
61
• Kajian tentang sistem bangunan alamiah dengan memperhatikan faktor fungsi dan
unteraksi dengan iklim yang menjadi pertimbangan utama dalam menentukan keseluruhan sistem, yaitu sistem tata bentuk, sistem struktur konstruksi serta sistem
utilitasnya.
III.2 INTERPRETASI TEMA
Tema yang diangkat adalah sesuai dengan kriteria dan karakter perancangan suatu kawasan, yang berusaha memanfaatkan potensi alam yang ada pada tapak, misalnya air
hujan yang ditampung dan diolah sehingga dapat digunakan kembali, material yang dipakai merupakan material setempat, dan lain sebagainya. Dengan demikian diharapkan tercipta
suasana unik dalam kawasan. Sasaran yang diharapkan dari kajian tema ini adalah menjadikan Kawasan Wisata
agro buah dan sayur Buah dan Sayur dengan fasilitas tertentu untuk mendukung wisata agro buah dan sayur induk sayur dan buah yang akan dibangun di kawasan tersebut
dibangun dengan memperhatikan lingkungan sekitar serta memberikan lingkungan kerja dan hunian yang lebih sehat bagi penggunanya. Hasil lain dengan pendekatan tema Green
Architecture juga adalah agar memberikan kenyamanan, sehingga pengunjung merasa betah dan selalu ingin kembali. Green Architecture juga diterapkan mulai dari penentuan
tapak bangunan dengan memperhatikan keadaan kontur tanpa banyak merusak kondisi eksisting tapak sampai penyelesaian arsitektur bangunan dan sistem utilitasnya yang
disesuaikan dengan kondisi iklim dan tapak sehingga tercipta masa depan yang berkelanjutan. Tujuan jangka panjangnya yaitu dapat menstimulasi kesadaran masyarakat
akan pentingnya penerapan pola pembangunan yang berkelanjutan.
A. Perencanaan suatu kawasan dengan perbandingan luas lahan yang terbangun dan tidak terbangun yang sesuai
Kebanyakan kawasan di Indonesia belum memperhatikan perbandingan antara luas lahan hijau dengan lahan terbangun. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam hal salah
satunya adalah kurang adanya kesadaran masyarakat maupun pemerintah dalam membuat lingkungan menjadi lebih baik. Padahal apabila terjadi ketidakseimbangan luas lahan hijau
dan luas lahan terbangun menyumbangkan banyak sekali resiko kerusakan lingkungan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.06PRTM2007 tanggal 16
Maret 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dijelaskan bahwa perbadingan antara lahan hijau dengan lahan terbangun adalah 40 : 60 . Hal
Universitas Sumatera Utara
62
tersebut tercantum dalam KDH Koefisien Daerah Hijau yaitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung diperuntukkan
bagi pertamanan penghijauan dan luas tanah perpetakan daerah perencanaan yang dikuasai.
Dengan adanya perbandingan yang sesuai antara luas lahan hijau dan lahan terbangun akan mengakibatkan dampak positif dalam menciptakan kondisi lingkungan yang
lebih baik.
B. Menciptakan suatu tata vegetasi yang terencana dengan baik
Tata vegetasi suatu kawasan perkotaan juga sangat mempengaruhi kondisi lingkungan perkotaan tersebut. Dengan adanya tata vegetasi yang baik diharapkan dapat
memperbaiki iklim mikro dan mengurangi polusi udara terutama di lingkungan perkotaan. Dengan adanya tata vegetasi yang baik dapat mengurangi emisi gas karbondioksida yang
akan mengurangi dampak pemanasan global. Tata vegetasi yang baik juga dapat mendukung para pejalan kaki pada kawasan
tersebut sehingga lebih nyaman dalam berkeliling kawasan. Dengan adanya kondisi daerah pejalan kaki yang nyaman akan mengurangi pemakaian kendaraan pribadi sehingga dapat
mengurangi polusi udara. Tata vegetasi yang baik dapat terdiri atas perencanaan taman kota, penanaman pohon maupun tanaman pada sisi jalan, dan lain sebagainya.
C. Mengembangkan tema
green architecture
Dalam konsep Green Building terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu : •
Terintegrasi dengan alam •
Memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan jangka panjang •
Produk dari tindakan manusia dengan mempertimbangkan kualitas lingkungan baik fisik maupun sosial
• Memenuhi kriteria LEED Leadership in Energy and Environtmental Design
• Menyelamatkan energi sekaligus memenuhi kebutuhan
Strategi dalam menerapkan konsep green building pada desain bangunan yaitu sebagai berikut:
• Pemanfaatan material yang berkelanjutan
• Keterkaitan dengan ekologi lokal
• Keterkaitan antara transit dengan tempat tinggal, bekerja dan rekreasi
• Efisiensi penggunaan air dan listrik
Universitas Sumatera Utara
63
• Penanganan limbah
• Mengedepankan kondisi lokal, baik secara fisik maupun sosial
• Pendidikan sustainability melalui desain
• Pendekatan daur hidup terhadap keberhasilan bangunan
• Pemakaian kembalirenovasi bangunan, ketahanan bangunan melalui layout yang
fleksibel •
Pengelolaan pemakaian jalan Dalam mewujudkan konsep green building pada bangunan dapat dilakukan
berbagai cara sebagai berikut : •
Pengaplikasian taman atap roof – garden •
Menyediakan bukaan sebagai tempat masuknya cahaya dan udara pada tempat yang tepat
• Menerapkan teknologi photovoltaic , water filtration , air filtration , dan lain – lain
• Menghadirkan taman pada bangunan
• Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan
• Melakukan penanganan limbah bangunan secara efektif
• Menggunakan perabot dalam bangunan yang hemat energi dan pemakaian air
• Menerapkan system utilitas pada bangunan yang hemat energi
D. Melakukan Proses 3R Reuse, Reduce, Recycle
Untuk mewujudkan konsep green architecture perlu dilakukan proses
pendaurulangan, pengurangan dan pemanfaatan kembali air dan limbah. Air yang di pakai pada bangunan akan di daur ulang kembali melalui proses water treatment dan di pakai
kembali sehingga kita tidak perlu menggunakan air dalam jumlah yang banyak. Begitu juga dengan limbah. Air limbah hasil buangan bangunan dapat ditreatment kembali dan dipakai
untuk keperluan taman. Selain itu juga bisa dilakukan system penampungan air hujan yang kemudian akan digunakan untuk keperluan bangunan sehingga penggunaan air bersih dari
PAM dapat dikurangi. Proses pendaurulangan, pengurangan dan pemanfaatan juga dapat dilakukan pada
sampah padat buangan manusia. Sampah dapat dikelola dengan baik, dipisahkan antara sampah kering dan sampah basah sehingga memudahkan proses daur ulang. Proses daur
ulang sampah ini dapat mengurangi sampah yang dibuang sehingga dapat dimanfaatkan menjadi barang- barang yang berguna.
Universitas Sumatera Utara
64
III.3 KETERKAITAN TEMA DENGAN JUDUL DAN ANALISIS PENENTUAN TEMA
A. Keterkaitan Tema Dengan Judul
Medan Fresh Market merupakan suatu wadah aktivitas yang beragam dalam perdagangan sayur, buah dan kebutuhan sehari-hari lainnya, sehingga diperlukan konsep
yang tepat dan jelas untuk memecahkan masalah arsitekturalnya tanpa menyampingkan kenyamanan dan keamanan pengguna.
Konsep yang dimaksud dalam pertimbangan green arsitektu di atas antara lain : 1. Penggunaan material yang ramah lingkungan demi kenyaman pengguna wisata
agro buah dan sayur 2. Penghematan energi guna menekan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk energy
yang digunakan. Hal ini akan berdampak pada harga sewa setiap stan penjualan yang ada. Karena tampak bangunan yang mewah akan membuat masyarakat takut
menyewa stan karena dianggap mahal 3. Strategi untuk lebih memaksimalkan desain yang bersih, nyaman dan aman.
4. Diharapkan wisata agro buah dan sayur ini akan bertahan 10-20 tahun kedepan. Karena bangunan juga sedapat mungkin terdesain secara sustainable dan
berkesinambungan.
III.4 Studi Banding Proyek Sejenis
a. Tech-Linx Technology Park, Cyberjaya, Malaysia