Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian penulis terhadap tiga permasalahan dalam tesis, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai jawaban atas tiga permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Konsepsi kekayaan negara yang dipisahkan dalam Penyertaan Modal Negara PMN pada BUMN Persero adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN untuk selanjutnya dijadikan Penyertaan Modal Negara pada BUMN Persero dan pembinaan selanjutnya serta pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip pada hukum korporasi. Secara yuridis, PMN yang disertakan ke dalam perseroan bukan lagi menjadi bagian dari kekayaan negara, tetapi menjadi kekayaan perseroan itu sendiri selaku badan hukum yang mandiri persona standi in judicio. Perseroan memperoleh status sebagai badan hukum pada saat akta penediriannya mendapatkan pengesahan Menteri Hukum dan HAM. Di sini terjadi pemisahan kekayaan antara kekayaan pemegang saham dan perseroan. Dengan karakteristik yang demikian, tanggung jawab pemerintah selaku pemegang saham atas kerugian atau utang perseroan juga terbatas yaitu sebesar modal PMN yang disetor. Pada saat negara melalui representasi pemerintah Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara dalam Hal Terjadi Kerugian. USU e-Repository © 2008. menyertakan modalnya pada BUMN Persero, maka pada saat itu statusnya bukan lagi sebagai pemerintah tetapi sebagai pemegang saham dengan hak dan kewajiban yang melekat padanya selaku shareholder, kedudukannya sama dengan pemegang saham yang lain, yang membedakan adalah sejauh mana penguasaan jumlah saham pada BUMN Persero yang nantinya akan mempengaruhi terhadap pengendalian BUMN Pesero melalui RUPS. Menurut doktrin hukum dari sistem hukum Civil Law maupun Common Law, kekayaan BUMN Persero bukanlah kekayaan negara. Dalam hal ini kekayaan negara sebagai pemegang saham adalah dalam bentuk kepemilikan lembar-lembar saham itu sendiri. Dalam prakteknya di masyarakat konsepsi kekayaan negara yang dipisahkan merupakan bagian dari keuangan negara masih menjadi pendapat dari aparat penegak hukum Kejaksaan, Kepolisian, dan Pemeriksa BPK, namun peradilan pada tingkat MA dengan adanya Fatwa MA Nomor WKMAYud20VIII2006, MA berpendapat bahwa penyertaan modal pemerintah pada BUMN Persero merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dari pengelolaan dan mekanisme pertanggung jawaban APBN, selanjutnya didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan hukum korporasi tunduk pada pengaturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. 2. Kerugian BUMN Persero bukan merupakan kerugian negara. Kedudukan pemerintah dalam BUMN Persero tidak dapat dikatakan sebagai mewakili negara sebagai badan hukum publik. Hal ini disebabkan ketika pemerintah Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara dalam Hal Terjadi Kerugian. USU e-Repository © 2008. sebagai badan hukum publik memutuskan menyertakan modalnya berbentuk saham dalam BUMN Persero yang merupakan Perseroan Terbatas, maka pada saat itu juga imunitas publik dan negara hilang dan terputus hubungan hukumnya dengan keuangan negara yang telah berubah dalam bentuk saham. Kekayaan negara yang dipisahkan ini yang dijadikan Penyertaan Modal Negara pada BUMN Persero ketika disetorkan maka saat itu menjadi modal BUMN Persero, bukan lagi bagian dari kekayaan negara, negara dalam hal ini bertindak sebagai pemegang saham. 3. Pembelaan Direksi BUMN Persero yang dalam pelaksanaan tugasnya mengelola perusahaan yang menjadi tanggung jawabnya telah melaksanakan GCG, beritikad baik good faith, penuh kehati-hatian duty of care, dan penuh tanggung jawab duty of loyalty, apabila mengalami kerugian dalam transaksi bisnisnya dapat dilakukan melalui doktrin business judgment rule. Doktrin business judgment rule pada awalnya berasal dari sistem hukum common law yang kemudian dalam perkembangannya telah diakomodasi dengan tegas dalam undang-undang korporasi yang baru sebagai ganti dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yaitu Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Ketentuan yang mirip dengan doktrin business judgment rule dalam UUPT terdapat pada Pasal 97 ayat 5 huruf b, c, dan d, sedangkan ketentuan huruf a merupakan ketentuan tambahan yang ada pada UUPT, ketentuan yang sudah jelas, artinya apabila direksi melakukan kesalahan atau kelalaian dalam pengurusan bisnisnya harus bertanggung jawab Kusmono: Tanggung Jawab Direksi Persero pada Pengelolaan Penyertaan Modal Negara dalam Hal Terjadi Kerugian. USU e-Repository © 2008. pribadi secara tanggung renteng.

B. Saran