Evaluasi Program Televisi Tahapan Produksi Program Televisi

32 d. Apakah respons memberi kesimpulan bahwa dipahami oleh komunikasi. e. Adapun evaluasi mengenai berhasil tidaknya suatu pesan yang telah dilancarkan oleh suatu organisasi instansi adalah dengan mengadakan Reader Interest Study and Readubility Test. Kemungkinan lain untuk mengukur ekeftifitas suatu pesan adalah dengan radio dan televisi Audience Research serta Programme Analysis Test. 23 23 Phil Astrid S, Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, Bandung: PT Rindang Mukti, 1997, cet. ke-2, h. 157. 33

BAB III GAMBARAN UMUM TVRI DAN PROGRAM WISATA RELIGI

1. Gambaran Umum TVRI A. Sejarah dan Perkembangan TVRI

Kehendak rakyat dan Pemerintah Indonesia untuk mengadakan medium televisi merupakan loncatan besar bangsa Indonesia dalam usaha mewujudkan cita-cita nasional. Keputusan yang memiliki wawasan jauh kedepan ini, bermula dengan lahirnya ketetapan MPRS No. IIMPRS1960, yang menyebutkan pada Bab I, Pasal 18, bahwa pembangunan siaran televisi untuk keperluan pendidikan, yang dalam tahap pertama dibatasi pada tempat- tempat yang ada pada universitas di Indonesia. Keputusan ini segera disusul dengan diterbitkannya SK Menpen No. 20SKM61 tertanggal 25 Juli 1961 tentang Pembentukan Panitia Persiapan Televisi disingkat P2TV. Kepmenpen ini berlaku surut mulai 1 Juli 1961. 1 Gagasan konkrit televisi di Indonesia dilahirkan setelah Pemerintah memutuskan pada tahun 1962 untuk memasukan proyek media massa televisi ke dalam proyek pembangunan Asean Games IV, di bawah koordinasi urusan proyek Asean Games pada 25 Juli 1961. Presiden Soekarno yang sedang berada di Wina mengirimkan teleks kepada Menpen Maladi untuk segera menyiapkan proyek televisi saat itu waktu persiapan hanya tinggal 10 bulan dengan jadwal sebagai berikut: 1 Hidajanto Djamal, Andi Fachruddin, Dasar-dasar Penyiaran Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi, Jakarta, Penerbit Prenada Media Group, 2011, Cet. Ke-1, h. 30. 34 1. Membangun studio di eks Akademi Penerangan AKPEN di Senayan TVRI sekarang. 2. Membangun dua pemancar: 100 watt dan 10 Kw dengan tower menara setinggi 80 Meter. 3. Mempersiapkan software program dan tenaga manusia SDM. TVRI sendiri mulai mengadakan siaran percobaan dengan acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt pada 17 Agustus. Sementara TVRI mulai mengudara pertama kalinya dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asean Games IV dari stadion utama Gelora Bung Karno pada 24 Agustus 1962. Pada 20 Oktober 1963, dikeluarkan Keppres No. 2151963 tentang pembentukan Yayasan TVRI dengan pimpinan umum Presiden RI. Pada 17 Agustus 1962, kerabat kerja pertama TVRI, di bawah produser pelaksana Soeparto, dan produser merangkap Director pengarah acara Victor Que keduanya memperoleh pendidikan singkat di TV luar negeri, Jepang dan London. Siaran percobaan dilangsungkan dari halaman Istana Merdeka, dengan acara tunggal peringatan HUT XVII Proklamasi RI. Nama-nama kerabat kerja yang terlibatantara lain: Rais Baheramsyah, Anwar Nurin, Rustamaji, dan Arijono sebagai Field directorFD, Alex Leo Zulkarnain, Kadiono, Sastroharjo reporter, Bugel Supardi Switcher, B. Sarojo, R.M. Hartoko, T. Johardin, Amar, Sunarto, Budi Sutarjo, dan F.A. 35 Sumampow kamerawan elektronik, Atmoko pengarah acara studio, J. Soemarsono, Saroso, Manalu, Saari, Witomo dan Soetipjo. Keberhasilan kerja keras para teknisi Indonesia dan Jepang ini juga menandai berakhirnya tugas P2TV sebagai langkah awal yang mengantar TVRI melaksanakan siaran. Keesokan harinya, pada 24 Agustus 1962, tugas- tugas P2TV telah beralih ke Biro Radio dan Televisi Organizing Committee Asian Games IV. 2 Pembangunan stasiun penyiaran TVRI sendiri dimulai pada 1964; dengan perlahan-lahan merintis pembangunan Stasiun Penyiaran Daerah, yang dimulai dari TVRI stasiun Yogyakarta, Medan, Surabaya, Ujung Pandang, Manado, Denpasar dan Balikpapan bantuan pertamina. Sedangkan pembangunan stasiun produksi keliling dimulai pada 1977. Secara bertahap, di beberapa ibukota provinsi dibentuklah stasiun-stasiun Produksi keliling atau SPK. Yang berfungsi sebagai perwakilan atau koresponden TVRI di daerah. SPK itu terdiri dari perwakilan wilayah Jayapura, Ambon, Kupang, Malang tahun 1982 diintegrasikan dengan TVRI stasiun Surabaya, Semarang, Bandung. Banjarmasin, Pontianak, Banda Aceh, Jambi, Padang, dan Lampung. Perkembangan status TVRI terjadi pada Era Orde Baru, tahun 1974. TVRI diubah menjadi salah satu bagian dari organisasi dan tata kerja Departemen Penerangan, yang diberi status “Direktorat”, yang langsung bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Radio, TV, dan Film Departemen 2 Ibid h. 33