Sumber Stres dan Coping Stress pada Responden A

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 Wawancara kedua dilakukan 17 hari setelah wawancara pertama dilakukan pada tanggal 29 Januari 2009 pada pukul 11.45-13.00 WIB. Pertemuan ini dilakukan setelah peneliti menelepon responden ke rumah dan bertanya waktu yang sesuai untuk bertemu. Peneliti datang ke Rumah Sakit dan ruangan yang sama pada wawancara pertama. Saat peneliti datang, Nazwa duduk di luar depan ruang Rawat Inapnya dan sedang membaca tabloid. Peneliti dipersilahkan masuk dalam kamar dan melakukan wawancara di ruangan tersebut. Dalam ruangan terdapat seorang laki-laki yang sedang duduk di samping suami Nazwa. Peneliti berkenalan dan mengetahui bahwa lelaki tersebut merupakan kerabat suami Nazwa dan bertugas untuk menjaga dan membantu Nazwa dalam memberikan perawatan. Peneliti duduk di kursi yang sama ketika melakukan wawancara pertama sebelumnya. Pada wawancara ini, peneliti bertanya tentang metode coping apa yang digunakan oleh responden. Saat wawancara berlangsung, dua orang perawat masuk ke dalam ruangan dan bertugas untuk memandikan suami Nazwa saat jam 12.30 WIB. Tempat wawancara pindah ke luar di depan ruangan dan duduk di kursi deret yang telah ada. Setelah 15 menit, peneliti dan responden kembali melanjutkan wawancara ke kamar karena tugas perawat Rumah Sakit telah selesai dilakukan. Peneliti juga bertanya mengenai hal-hal apa saja yang membuat Nazwa stres ketika ia menjadi caregiver suaminya yang menderita penyakit Alzheimer. Nazwa menceritakan bagaimana ia mengatasi stresnya dengan memukul suaminya ketika ia sedang kesal saat memberikan perawatan. Responden menunjukkan bagaimana tangannya memukul suaminya dan mengeluarkan kata “Pam..” saat ia memukul suaminya.

3. Data Wawancara Responden A

a. Sumber Stres dan Coping Stress pada Responden A

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 Ketika di Jakarta, Responden meminta dokter agar suaminya dipindahkan dari Rumah Sakit Pertamina untuk ke rumah responden dan dirawat oleh dirinya. Ia ingin agar ketika Hari Raya Lebaran dapat dilakukan di rumahnya. Pemberian perawatan kepada suaminya di rumah ia lakukan sendiri tanpa bantuan dari anak-anaknya. “Terus kan,pas mau Hari Raya setelah dah 22 hari di Rumah Sakit..saya minta tolong ma dokter supaya pulang aja la..cemmana saya mau Hari Raya pas puasa gak pa-pa la..saya juga bilang,dah la gak usah dirawat di rumah sakit lagi biar saya aja yang rawat di rumah..” R1. W1b.69-78hal 6 “Iya,saya yang lakukan la..siapa lagi..anak-anak juga dah kawin semua gak ada satupun yang tinggal sama saya..paling-paling orang tu datang sekali trus tengok..yang ngerawat di rumah juga gak ada..” R1. W1b.213-219hal 7 Selama lima tahun Nazwa telah memberikan perawatan dan melaksanakan tugas perawatan yang diberikan kepada suaminya. Tugas tersebut ia lakukan sendiri dan anak- anaknya terkadang datang ke rumah untuk menjenguk dirinya. Kadang anak-anaknya membawa Nazwa dan suaminya jalan-jalan ke luar dan makan di luar. Ia merasa lelah dengan tugas yang dilakukannya dan merasa tidak pernah bisa bebas dari ia muda dulu hingga sekarang. “Anak-anak juga dah kawin semua gak ada satupun yang tinggal sama saya..paling-paling orang tu datang sekali trus tengok..yang ngerawat di rumah juga gak ada..paling-paling nanti,ayok bu kita bawa keluar aja..kita makan di luar..” R1. W1b.214-221 hal 7-8 “Pokoknya makan dimana-mana..capek,tu lah..saya bilang udah tersiksa masa mudanya tersiksa pula masa tuanya..jadi kapan lagi saya bebas tu saya belum tau..” R1. W1b. 225-230 hal 8 1. Perubahan Hidup yang dialami oleh Caregiver Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 Ketika masa mudanya responden merasa tidak pernah bebas dan pernah disakiti oleh suaminya dan sampai sekarang ia merasa tidak bebas lagi karena harus merawat suaminya. Nazwa merasa kesal dan bodoh untuk menjalankan kehidupan seperti ini. Ia tidak ingin mengingat pengalamannya ketika muda dulu tetapi terkadang muncul ingatan tentang pengalamannya dulu dan membuat ia merasa kesal. Nazwa berpikir tidak pernah bebas hidupnya dari masa muda dulu hingga sekarang. Masa mudanya dulu yang pernah disakiti oleh suaminya yang berperilaku selalu berpacaran dengan wanita lain membuat ia kesal hingga sekarang. Ketika ia merasa kesal bahwa hidupnya sekarang masih harus merawat suaminya membuat ia sering marah dan memukul badan suaminya. “apa namanya, kesel… yah,kesel rasanya kita pernah hidupnya gak tenang..pertama aku muda pernah diinikannya trus kenapa waktu tua aku diginikannya lagi.. rasanya “Pam..” kupukulkan..panas sendiri..sebetulnya yang manasinnya bukan orang lain,kita sendiri..yah itu la dia..kalo kita sendiri yang bikin kek gitu seharusnya gak boleh..yang harus diatasi kadang gak teratasi saya..yah,kadang keluar la kumat saya marah gitu..” R1. W1b. 274-287 hal 9-10 “perasaan saya kesel gitu..kenapa saya begini,kenapa saya begini aja..terus kepikir apakah saya salah pilih dulu..sampe kesitu..saya kok pilih yang ini,kok saya ni bodoh kali dulu ya sampe sekarang masih tolol ya pikir saya..ya itu,datang itu..padahal sudah kita bunuh itu dalam-dalam jangan sampe timbul lagi tapi saya gak bisa..timbul juga,macem stress kalo kata orang gitu..” R1. W1 b. 290-302 hal 10 Untuk mengatasi rasa kesalnya terhadap hidupnya yang harus dijalani sekarang, Nazwa berusaha untuk tidak mendekati Raffi dulu agar ia tidak memukul suaminya. Ketika Nazwa emosi dan marah terkadang ia langsung memukul suaminya sehingga untuk mengatasinya ia menjauhi suaminya dulu dan mengatur emosi yang dirasakannya kemudian ia membaca terus majalah yang ada di dekatnya. Pembantu di rumahnya juga membantunya Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 untuk tidak dekat dengan Raffi dan menggantikan tugas caregiving yang sedang dikerjakan oleh Nazwa pada saat itu. “Yah,jangan la saya deket bapak lama-lama..kalo lagi emosi,jangan deket la..nanti saya puku l..nanti teriak-teriak saya..paling nanti saya baca majalah gitu la..baca aja terus..” R1. W2b. 107-117hal 4 “Iya..ntar pun pembantu saya bilang,udah ibu kesana aja dulu..” R1. W2b. 115-116hal 4 “Iya..saya tahan aja la dulu emosi ini..jangan deket bapak..nanti saya teriak kalo emosi..yah,gimana ya..kadang otak ini mikir sampe mana..jadinya emosi saya..” R1. W2b. 119-123hal 4-5 Ketika suami Nazwa sedang diopname di Rumah Sakit Permata Bunda di Medan, Nazwa pernah meminta agar suaminya dirawat di rumah saja agar Raffi meninggal di rumah. Nazwa juga minta kepada dokternya agar tidak memberikan lagi obat-obat yang bagus kepada suaminya. Hal ini dilakukan untuk mengatasi stress Nazwa karena perubahan hidupnya dan ia merasa bahwa sudah cukup ia memberikan perawatan kepada suaminya selama lima tahun. “maksudnya kan manatau dia minta mati di rumah..hehe..saya bilang ma dokter,manatau dok mau mati di rumah dia..ditunggu-tunggu ya sama aja gitu-gitu aja..ya jangan la dikasih obat paten-paten itu..macemmana la kalo biar cepet mati aja..hah,dokternya kaget..dokternya bilang kan saya dokter,gak boleh gitu..abisnya saya bingung..ceplas ceplos aja saya bilang gitu..” R1. W2b. 007-019hal 15 “abisnya gimana ya..dah 5 tahun lebih Ibu nungguin terus..ngerawat dia aja..apa gak capek,jenuh..dah cukup la saya membantu..” R1. W2 b.022-027hal 16 Selain itu cara Nazwa untuk mengatasi stres yang dialami terhadap perubahan hidupnya yang masih harus memberikan perawatan kepada suaminya yang terkena Alzheimer Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 dengan cara ia melihat apa yang orang lain alami di Rumah Sakit. Raffi sudah beberapa kali dirawat di Rumah Sakit yang berbeda dan Nazwa selalu menemaninya. Ia melihat seorang istri yang merawat suaminya dan istri disebut dipukul oleh suaminya menggunakan tongkat. Nazwa melihat bahwa apa yang dialaminya masih lebih baik dan masih banyak yang lebih parah daripada apa yang ia alami. “Yah,gimana ya..saya liat apa yang orang lain alami..saya kan banyak di rumah sakit,saya liat la orang-orang yang di sekitar saya..ternyata ada yang lebih parah lagi..yang istrinya dipukul la pake tongkat..yah saya bandingkan ma diri saya lagi sendiri ternyata saya masih mending,masih beruntung la daripada orang lain..bapak juga gak pernah ngeluh jadi ya gak terlalu parah dibanding orang lain..” R1. W1b. 526-539hal 14 “Iya la..saya liat la orang-orang di sekitar saya..yang di rumah sakit ini..masih untung bukan saya yang kena pukul..eh,malah saya yang mukul..tapi ngeliat masih banyak yang lebih parah lagi..itu la yang bikin aku gak terlalu stres..” R1. W2b. 241-247hal 22 Hidup yang dijalani Nazwa sekarang dalam memberikan perawatan kepada suaminya yang menderita penyakit Alzheimer sudah merupakan takdir yang memang harus dijalaninya. Nazwa menerima hidup yang dijalaninya sekarang sebagai suratan takdir yang sudah ada pada Nazwa. “barangkali itu suratan takdir saya yang memang harus saya jalani..jadi saya gak berapa dendam la..udah gitu,dia sifatnya gak pernah ngeluh,baek..sakit pun ditahankannya..gak pernah ngeluh..” R1. W1b. 504-510hal 13-14 2. Ketergantungan Melakukan Aktvitas Sehari-hari pada Penderita Alzheimer Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 Bentuk perawatan yang Nazwa berikan pada suaminya seperti menyediakan makanan, memandikan, dan membantu memakaikan pakaian. Hal ini karena suami Nazwa yang sudah tidak mampu lagi untuk melakukan aktivitas sehari-harinya secara sendiri yang merupakan salah satu gejala penyakit Alzheimer. Ketidakmampuan Raffi yang sudah tidak dapat lagi melakukan aktivitas sehari-harinya membuat Nazwa stres dan kesal. Ketika responden kesal, ia sering marah-marah kepada suaminya. “ya,saya yang mandikan,nyediain makan,pakaikan bajunya bapak..tapi ada la yang bantu- bantu juga di rumah..” R1. W2b. 187-190 hal 6-7 “Yah,kasian juga saya liatnya..bapak dah ingat lagi semuanya..ngomongnya pun tambah gak jelas..nanti ngomong bahasa Inggris,bahasa Aceh pun dibilangnya..saya juga harus ngerawat Bapak lagi sekarang..kadang pun saya marah-marah..kok mesti la lagi saya harus ngerawat bapak kayak gini..stres berat juga la saya..” R1. W2 b. 195-205 hal 7 Saat ia memandikan suaminya kemudian ia tiba-tiba kesal dan langsung memukul suaminya dengan keras hingga badan Raffi menjadi biru dan ia berteriak dengan kuat di dalam rumah. Nazwa selalu berteriak di dalam rumah dari kamar hingga ke depan rumah. Teriakan Nazwa dapat didengar sampai ke tetangganya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi stresnya karena kondisi suaminya yang mengalami ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. “Gimana ya..kalo saya lagi emosi gitu,misalnya lagi kasih makan..tiba-tiba saya emosi,nanti saya bisa teriak sekuat-kuatnya la di rumah tu..teriak aja saya dari belakang ke depan..” R1. W2b. 67-72hal 3 “Yah,saya tekanan batin..waktu ganti bajunya,pakein pampersnya..trus kalo bandel gitu dia,saya pukul la..saya cubit gitu..kalo dia masih bandel juga,mulai saya teriak- teriak..daripada saya mukul dia ya bagusan saya teriak aja la..” R1. W2b. 75-81hal 3 Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 Nazwa juga memukul badan suaminya ketika ia sedang memandikan suaminya dan Raffi tiba-tiba melawan. Nazwa merasa kesal pada suaminya yang terkadang melawan saat dimandikan dan Nazwa memukul badan suaminya hingga biru. “kalo mandi,saya mandikan..jadi kan dia duduk di tempat duduk WC saya semprot aja trus saya sabunin bersih..waktu dimandiin suka melawan dia..nah,waktu itu la “Pok..” saya pukul dia..gak mau dia,saya pukul juga..jadi biru kan..anak-anak saya suka nanya kenapa di paha Abah biru?ya saya bilang aja la kejedot apa..mereka bilang kan karena Ibu..ya iya la,mereka dah tau..yah gimana,berat juga..” R1. W1b. 471-484hal 12-13 3. Selama Nazwa memberikan perawatan kepada suaminya, ia jarang melakukan aktivitas lain di luar rumah. Hal ini disebabkan karena suami Nazwa yang selalu bertanya dimana Nazwa berada. Padahal ia telah memberitahukan suaminya bahwa ia akan pergi ke luar tetapi suaminya tidak pernah ingat pesan yang disampaikan Nazwa dan selalu mencarinya di rumah sampai menunggunya hingga tengah malam ia pulang. Ketika Nazwa pergi ke Jakarta, suaminya selalu mencarinya dan menelpon dirinya untuk segera pulang. Sehingga Nazwa hanya pergi selama satu malam saja di Jakarta dan segera pulang ke Medan. Ia merasa jenuh dengan kegiatannya yang hanya di rumah saja. “oo..setelah merawat,gak ada aktivitas lain lagi..gak pernah kerja lagi udah di rumah aja,jadi tambah stress saya..” R1. W1b. 416-419 hal 11 “Ya sudah pasti..ya jenuh kali la..tapi saya tu kan,macem mana ya..pernah kan saya berangkat pagi ke Jakarta sampe sore..itu terus lapor disuruh pulang..dia muntah-muntah gak mau makan..jadi,saya balek lagi gak sempet ngurus apa-apa..pulang lagi,cuman nginep aja semalem di Jakarta..ke undangan,karena famili dekat ya saya kan santai-santai pulang malam..ditunggunya di luar pake selimut nungguin saya pulang jam 12 malam..gila gak,walhasil saya gak kemana-mana..” Penurunan Kognitif pada Penderita Alzheimer Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 R1. W1b. 425-440 hal 11 “Gak bisa..dicariin terus,mana dia mana dia..pokoknya saya tu jangan pigi,diliatnya saya ada di matanya..kalo ada di mata dia,senyum-senyum aja dia tu..kalo gak ada,dicarinya keliling rumah...padahal kita pergi kan permisi,abis itu dia lupa..dicari la saya setengah mampus..gak bisa kemana-mana kita..” R1. W1b. 443-452 hal 12 Nazwa mengatasi kejenuhan dengan aktivitasnya yang selalu di rumah dan tidak dapat ke luar rumah karena suaminya yang selalu bertanya dimana Nazwa jika ia sedang ke luar dengan ia pergi berbelanja makanan sebentar ke luar rumah. Hal ini dilakukan untuk mengatasi stres karena penurunan kognitif yang dialami oleh suaminnya. Nazwa sudah tidak bersemangat lagi untuk menonton film di rumah ataupun menanam bunga, ia hanya duduk dan berjalan-jalan dalam rumah untuk menghilangkan kejenuhannya. “Yah,kesel lagi saya..kesel la ya kan,duduk..capek ngomong-ngomong ma dia ngapain lagi..nonton film di rumah kan bosen..dulu rajin juga mutar-mutar film,sekarang apapun gak mau..malas..” R1. W1b. 455-460hal 12 “Di rumah la.. jalan dari muka ke belakang terus menghilangkan jenuh..mau tanam bunga pun,ah malas la...yah,pigi la bentar belanja di luar..rencana mau masak tapi abis itu lupa..busuk la di lemari itu makanannya..” R1. W1b. 463-469hal 12 4. Raffi juga mengalami gangguan perilaku dengan menyapukan kotorannya di tiang tempat tidur Rumah Sakit. Ia marah ketika ia minta agar dipulangkan saja ke rumah. Nazwa mengatasinya dengan meminta perawat di Rumah Sakit untuk membersihkan kotorannya. Hal ini dilakukan karena tidak ada anggota keluarganya yang mau membersihkannya termasuk dirinya sendiri. Gangguan Perilaku pada Penderita Alzheimer Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 “yang lucunya dianya minta pindah ke Medan pula..tau,eek dia sapukannya semua di tiang- tiang tempat tidur..habis la semua..aduh,semua lari la keluar..abis tu minta tolong la kami ke suster biar bersihin..trus dibersihkan la semua itu,kasian kali la kita aja lari..” R1. W1b. 127-136hal 5 “ya kami manggil suster buat ngebersihinnya..orang saya sendiri aja pun jijik liatnya..gak bisa ngebersihin..gimana ya,saya kasih uang juga la suster itu..ya saya mikir saya sendiri gak sanggup buat ngebersihin itu..” R1. W2b. 164-170hal 20 Hal inilah yang membuat caregiver penderita Alzheimer semakin stress dan bagaimana caregiver mengurangi stresnya dengan melakukan coping stress. Reaksi responden terhadap sumber stress dapat mempengaruhi kesehatannya dan bagaimana ia memberikan perawatan kepada suaminya yang menderita penyakit Alzheimer.

4. Pembahasan Data Responden A