Gambaran Sumber Stres dan Reaksi Stresor pada Responden B

Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 Saat Duma menceritakan bagaimana perasaanya melihat suaminya yang sudah tidak aktif lagi dan merasa disepelekan, ia mengelus-elus dadanya dan mengatakan semoga ia masih tetap sabar dan tidak emosional.

3. Data Wawancara Responden B

a. Gambaran Sumber Stres dan Reaksi Stresor pada Responden B

1. Penurunan fungsi kognitif yang dialami oleh suami Duma seperti tidak mengetahui hari dan tanggal saat itu dan bertanya secara berulang-ulang kepada Duma membuat Duma menjadi stres. Ketika pertanyaan Daniel sudah dijawab kemudian sekitar lima menit Daniel akan menanyakan kembali hal yang sama. Hal ini membuat Duma stres dan terkadang marah jika ia harus menjawab pertanyaan suaminya yang sama. Duma ingin agar ia masih dapat sabar dan diberi ketabahan untuk menghadapi kondisi suaminya. “Umpama dia nanya ma kita, ditanya terus berulang-ulang..dia nanya hari apa ini,trus gak berapa lama ditanya lagi hari apa ini..hari senen saya bilang..trus ditanya tanggal berapa..ditanya terus..” R2. W1b. 60-65 hal 3 “Gimana ya..beratnya kita rasa itu..kita gak bisa lagi meninggalkan dia,umpama kita pergi keluar jadi emosi yang keluar..misalnya ditanya lagi bolak balik..pertanyaan itu 20 kali dalam sehari ditanya..” R2. W1b. 113-114hal 4 Setelah Duma menjawab pertanyaan suaminya yang terus sama, ia ingin agar suaminya menulis jawaban hari dan tanggal saat itu ditulis di tangan atau kertas agar tidak ditanyakannya lagi hal yang sama. Tetapi Daniel tidak pernah menulis jawaban tersebut dan bertanya lagi kepada Duma hal yang sama. Penurunan Kognitif pada Penderita Alzheiemer Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 “Saya bilang,pak tolong la kalo udah ditanya dicatat la di tangan..tapi gak pernah dibuatnya..bolak balik ditanya terus..daripada emosi yang keluar,terpaksa awak menahan dulu..” R2. W1b. 65-71hal 3 “Trus ditanya mau kemana,dah dikasih tahu..ditanya lagi..capek juga..nanti dia ngerasa kalo aku rada kesel gitu..ditengoknya mukaku rada lain..dibilangnya,mak jangan marah la..ini gak sengaja kubuat-buat..tapi setidaknya dia usaha buat inget..dicatat di tangan hari ini tanggal berapa..” R2. W2b. 23-33hal 2 Saat suami Duma yang selalu bertanya hal yang sama secara berulang-ulang seperti pertanyaan hari dan tanggal berapa pada saat itu kepada Duma. Hal ini terkadang membuat Duma kesal dan marah jika diberikan pertanyaan yang sama. Ketika Duma merasa kesal, ia berusaha untuk tidak langsung menjawab pertanyaan suaminya dan berdiam diri dulu untuk mengatur perasaannya dan menenangkan emosinya terlebih dahulu serta ia berdoa kepada Tuhan dan meminta agar ia diberi kesabaran untuk menghadapi kondisi suaminya. Ia tidak ingin menjawab pertanyaan suaminya dengan marah. “Jadi seolah-olah saya hitung 1,2,3..baru saya jawab..tarik napas la dulu aku daripada langsung kujawab..bolak balik kek gitu..tarik napas la dulu daripada aku marah nanti..buat mencegah amarahku ini,aku berdoa tolong Tuhan berikan aku kesabaran..” R2. W1b. 485-492hal 13 “Yah itu la..kayak yang waktu itu aku bilang..daripada aku emosi,stres gitu..mending aku tekan dulu emosiku..jangan langsung marah..umpama dia bolak balik nanya yang sama misalnya dah lama kali..aku tahan emosiku,kubilang ya Tuhan,beri aku kesabaran..baru bisa kujawab pertanyaan bapak..kucoba kuredamkan dulu emosiku,supaya gak marah yang keluar..supaya bisa kuterima kondisi bapak ini..” R2. W2b. 197-209hal 21 Duma juga merasa sedih ketika ia melihat suaminya yang sudah tidak bisa diajak untuk berdiskusi dan bercerita bersama lagi jika mereka memiliki masalah. Saat Duma bertanya pendapat dan meminta keputusan dari suaminya mengenai masalah yang ada, Daniel sudah tidak dapat memberikan pendapat lagi karena penurunan kognitif yang dialaminya. Hal Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 ini membuat Duma sedih dan stres karena semua keputusan harus ia lakukan sendiri serta ia merasa tidak ada teman untuk berbagi. “Yah..gimana ya..kayak seolah-olah ngerasa hilang bapak..kayak gak ada lagi kawan awak ngomong,diskusi gitu..itu la,kadang stres juga..misalnya lagi ada masalah,gak bisa diskusi lagi..orang ingatannya dah ilang..awak kan ada rasa ingin menopang,tapi sekarang dah gak bisa lagi..jadi,aku merasa ada yang hilang la..tapi berusaha gak mau terlalu dipikirkan kali..” R2. W2 b. 03-14hal 15 Ketika Duma melihat anak-anak dan cucunya yang sudah tidak menghargai lagi suaminya karena ingatan suaminya yang menurun, ia merasa sedih dan ingin agar keluarganya masih menghargai suaminya. Ia sedih jika mendengar cucunya mengeluh tentang Daniel yang selalu bertanya secara berulang-ulang. “kadang pun aku ngerasa sedih juga kalo denger cucuku bilang ah,opung ini bolak balik nanya lagi..kadang sedih juga..aku pikir biar la aku yang ngerasa seperti itu..jangan pula orang lain negur suamiku..saya bilang gimana lagi,ingatannya dah terganggu..yah,sedih aku..cuman ya berdoa aja la aku..semoga aku masih kuat..” R2. W2b. 160-169hal 20 “kadang kalo liat orang di rumah ke’ anak-anak kami kurang bisa menerima atau respect ma bapak,awak rasanya liat itu sedih..kayak gak dipedulikan la..sakit la memang rasanya,kawan kita diskusi dah gak bisa lagi..” R2. W1b. 461-467hal 12 Kondisi suaminya yang sudah mengalami penurunan kognitif sejak menderita penyakit Alzheimer membuat Duma menjadi lebih sabar lagi dalam menjalani hidup dan ia lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Duma lebih banyak berdoa dan mendekatkan diri dengan Tuhan. “Aku coba sabar aja..tapi aku juga berpikir,karena ada kondisi seperti ini melatih aku buat bersabar la..aku jadi makin tabah..biasanya dulu aku juga kadang emosional,sekarang aku menciba sabar la..semakin banyak berdoa juga aku,makin dekat aku sama Tuhan..aku cuman Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 melakukan apa yang bisa kulakukan la..masih berusaha aku membuat bapak semakin membaik..” R2. W2b. 283-294hal 23-24 Untuk mengatasi penurunan kognitif yang dialami suaminya, Duma fokus kepada permasalahan yang dialami suaminya. Duma selalu berusaha dan mencari cara bagaimana ingatan suaminya dapat lebih membaik lagi. Ia juga berdoa agar dokter yang merawat suaminya masih dalam keadaan baik dan sehat. “gimana la ya..aku masih berharap juga bapak ingatannya kembali seperti semula atau setidaknya sedikit membaik la..jadi aku masih berharap juga la..manatau ada keajaiban lagi dari Tuhan..saya gak mau juga apatis,gak mau putus berusaha buat bikin baik ingatan bapak..masih berharap saya bapak membaik..saya juga terus berdoa semoga dokter saya masih baik..” R2. W2b. 184-194hal 20-21 2. Kondisi Daniel setelah menderita penyakit Alzheimer sudah tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya seperti mandi atau berpakaian sendiri membuat Duma menjadi sedih dan belum bisa menerima kondisi suaminya seperti ini. Ia ingin agar suaminya berinisiatif sendiri untuk melakukan aktivitasnya seperti berpakaian tanpa harus diingatkan oleh Duma dan Duma terkadang capek untuk terus mengingatkan suaminya yang dilihat seperti tanpa usaha dari diri suaminya sendiri. “Yah,itu dia bapak gak berinisiatif sendiri mau pake bajunya..mesti aku juga yang bilangin..nanti gak mikir mana baju yang buat jalan-jalan,pesta,di rumah sama rata aja ma bapak..jadi,mesti kita ingatkan lagi..yah,terkadang capek juga la aku..sepertinya usaha kita mau bangkitkan cara pikirnya juga kayaknya gak berhasil juga..tak ada juga usaha dari dia sendiri..yah,nanti dia bilang kan bukan aku yang bikin kayak gini..betul juga itu,aku pikir..bukan dia yang bikin sendiri tapi aku mau ada usahanya sedikit..” R2. W2b. 64-79hal 17 Ketergantungan Melakukan Aktivitas Sehari-hari pada Penderita Alzheimer Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 Duma berusaha untuk membuat suaminya berinsiatif sendiri untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti berpakaian sendiri. Cara yang Duma lakukan dengan ia sudah menyiapkan pakaian suaminya di tempat tidur dan ia ingin agar suaminya sendiri yang memilih bajunya dan memakainya. Tetapi kadang suaminya masih memakai baju yang sudah dipakainya selama beberapa hari. “kadang saya latih la bapak buat bekerja lagi otaknya..bapak sendiri yang berusaha..kayak baju dah kusiapkan yang mau dipakai,tapi bapak sendiri yang berinisiatif pake bajunya..tapi terkadang masih baju yang lama juga yang dipakainya..” R2. W2b. 53-60hal 16-17 Selain itu, Duma juga meminta saran kepada salah saudaranya yang juga pernah merawat suaminya yang menderita penyakit Alzheimer. Ia bertanya bagaimana cara yang dilakukan oleh saudaranya ketika merawat suaminya. Tetapi kondisi suami saudaranya lebih parah lagi dibanding dengan kondisi Daniel. “jadi,ada la saudara saya juga..suaminya hampir kayak gini tapi dah meninggal..saya minta saran juga sama dia gimana caranya dia..kepingin juga aku minta saran dari kawan yang lebih berpengalaman..tapi dia lebih parah lagi penyakitnya..” R2. W2b. 82-89hal 17-18 Duma melihat beberapa pengalaman dari temannya yang juga merawat suaminya. Duma melihat ternyata ada yang lebih parah lagi daripada dirinya dimana kondisi suami temannya yang sudah melakukan semua aktivitas di tempat tidur saja. Duma melihat pengalaman orang lain yang membuat dirinya menjadi lebih beruntung daripada orang lain dapat membuat Duma menjadi lebih baik. “kayak suami temanku di gereja, yang suaminya gak bisa ngapa-ngapain lagi..semua aktivitasnya di kamar tidur aja..ngeliat itu,masih beruntung la saya..suami saya gak sampe kayak gitu..terkadang kalo liat itu,bikin kita terobati juga..kalo liat yang mulus-mulus,kadang Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 sakit hati juga..biar agak terobati juga hati awak..jadi,berat pikiran juga la ngurus yang kayak gini..” R2. W1b. 495-506hal 13 Kondisi Daniel yang sejak menderita penyakit sudah tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, berpakaian, mengingat waktu untuk makan, dan lainnya membutuhkan bantuan dari Duma untuk melaksanakan aktivitasnya. Hal ini membuat Duma membutuhkan kesabaran untuk memberikan perawatan kepada suaminya dengan cara ia selalu berdoa kepada Tuhan untuk kuat dan sabar. Saat ia merasa marah dan emosi dengan melihat kondisi suaminya yang tidak bisa berinisiatif sendiri untuk mandi atau berpakaian, Duma selalu berdoa pada Tuhan agar ia tidak marah dan selalu sabar. “Ha,iya la..jangan sampe saya berdosa..karena kalo sempet aku bilang,ah repot kali pun ngerawat dia..kan dah berdosa nanti aku..terkadang mengganti pakaiannya angin- anginan..nanti sekali pake bisa dipake terus mpe berapa hari..jadi sekarang kayak bayi lagi..semua saya siapin bajunya,celananya..dalam hal ini pun saya,itu la kalo saya rasa dengan doa la yang bikin aku kuat menghadapi si bapak..kalo dengan emosi,termasuk emosional juga aku..tapi karena dengan kita mengandalkan diri kita sendiri emosi yang keluar..tapi itu la,kucoba la..kalo bapak nanya gak langsung kujawab..supaya mengendalikan ato menurunkan emosiku ini..Tuhan tolong la berikan aku kesabaran,jangan sampe aku marah sama suamiku..jadi,sebagai orang yang beragama saya percaya sama kekuatan Tuhan..” R2. W1b. 237-261hal 7-8 3. Selain itu, Duma juga selalu memikirkan Daniel di rumah jika ia sedang di luar. Duma takut suaminya akan pergi jalan-jalan ke luar rumah dan tersesat tidak mengetahui jalan untuk pulang ke rumah. Hal ini membuat Duma selalu memikirkan suaminya jika ia sedang pergi ke luar rumah dan suaminya berada di rumah. Ia tidak pernah tenang jika meninggalkan suaminya di rumah walaupun suaminya bersama anaknya di rumah. Sehingga Duma susah untuk melakukan kegiatan sosial di luar rumah. Gangguan Perilaku pada Penderita Alzheimer Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 “Terkadang juga,ya lumayan fisik saya gak capek kali..tapi sama aja beratnya,fisik capek pikiran saya pun capek..jadi kadang kalo kita pergi keluar,saya mikir juga dia di rumah gimana..karena pernah tetangga disana,seminggu gak nampak..gak tau pigi kemana..jadi,saya mikir jangan sampe ke’ gitu la nanti..jadi kalo ada orang di rumah pun,saya gak percaya lagi..kalo bisa ada duplikat saya di rumah..” R2. W1b. 90-103hal 4 “Ya,kalo aku keluar sama aja aku juga mikirin gimana bapak di rumah..takut aku nanti bapak keluar terus tersesat..walaupun ada anakku yang jaga tetap aja aku masih kepikiran..takut aku bapakku tersesat..itu terus yang aku pikirin..jadi susah juga la kalo aku keluar..” R2. W2b. 232-240 hal 22 “yah,gimana ya..aku susah juga buat keluar..mau gimana lagi,daripada waktu aku di luar..aku kepikiran terus bapak gimana di rumah..ada keluar-keluar gak..aku selalu telepon ke rumah la buat tanya bapak dimana..di rumah apa gak..susah juga la kalo mau ditinggal..” R2. W2b. 243-251hal 22 Saat ada tamu di rumah atau acara perkumpulan Batak, Daniel sudah tidak bisa aktif lagi seperti dulu. Daniel sudah tidak dapat ikut dalam pembicaraan dan memberikan pendapat ke orang lain seperti ketika dulu sebelum ia menderita penyakit Alzheimer. Hal ini membuat Duma merasa suaminya disepelekan oleh orang lain dan sudah tidak dipandang lagi seperti dulu. Duma sedih melihat aktivitas suaminya yang sudah tidak aktif lagi dan terlihat apatis untuk tidak ikut terlibat lagi dalam kegiatan sosial baik di gereja maupun di perkumpulan Batak. “Yah,sedih ya..kadang kan kita ngeliat punya suami yang biasa tampil..misalnya ada acara gitu,tapi dia pikir ah udah la biar aja itu..jadi dah apatis dia kan..kita rasanya kecil juga..jadi itu la perasaan itu penghargaan orang awak rasa dah gak seperti sedia kala..ke’ disepelekan gitu..karena dia dulunya aktif gitu ya di perkumpulan..kok sekarang jadi gak ke’ dulu lagi ya,diem aja..tapi yah sudah la,udah ke’ gini ya..” R2. W1b. 207-219hal 7 “jadi,kan itu perkumpulan batak gitu..kalo orang Batak kan harus ngomong la di depan,ada yang diomongin..saya rasa kan nanti di mata orang itu nanti Bapak kayak disepelekan gitu kan..” R2. W2b. 113-118hal 18 Rianti Widiastuti : Coping Stress Pada Primary Caregiver Penderita Penyakit Alzheimer, 2009. USU Repository © 2009 Selain itu, Duma mengatasi rasa sedihnya ketika ia melihat suaminya yang sudah tidak aktif lagi dan apatis dalam perkumpulan Batak dengan cara ia mendorong suaminya untuk memberikan pendapat dan berbicara di depan umum. Hal ini merupakan salah satu gangguan perilaku pada suaminya yang menderita Alzheimer. Ia mendorong suaminya untuk membicarakan apa yang dirasakan Daniel dan berbicara berdua dengan Duma. Hal ini dilakukan agar ia merasa suaminya tidak disepelekan dan masih dihargai oleh orang lain karena Daniel masih dapat memberikan pendapat. “jadi saya usahakan la bapak buat ngomong di depan..setidaknya ada ikut berpartisipasi..kadang bapak gak mau,tapi saya usahakan..berdua pun tak apa,ngomong apa aja apa yang bapak rasakan..biar diliat orang masih dipandang..gak saya rasa disepelekan suami saya..jadi saya usahakan,dorong bapak buat ngomong..” R2. W2b. 118-128hal 17-18 “Yah,itu la..saya dorong bapak untuk ngomong di depan..agar ada partisipasi di pertemuan itu..biar gak dilihat diam aja,biar gak dirasa disepelekan..aku gak mau orang lain liat suamiku cuman diam aja..” R2. W2b. 140-145hal 19

4. Pembahasan Data Responden B