Redaksi Realigi Trans TV Program Realigi sebagai Reality Show

Menurut produser Realigi visi dan misi dari program Realigi adalah: 38 ”Memberikan tontonan yang menarik namun bisa tetap menghibur dan mendidik, memberikan wacana pada pemirsa agar tidak salah langkah dalam menghadapi kehidupan mereka. Bahwa segala sebab akan mengakibatkan akibat, tetap memberikan tuntunan pada pemirsa khususnya, bahwa agama Islam mampu berperan dalam penyelesaian semua permasalahan hidup manusia.” Tujuan penayangan Realigi adalah memberikan alternatif tontonan selain sinetron, melalui bentuk format tayangan yang se-real mungkin. Mengangkat tentang proses pertobatan sesorang kejadian yang banyak terjadi di masyarakat dan ada di masyarakat dan mengedepankan penyelesaiannya dengan kekuatan agama Islam. Karena pada dasarnya Realigi adalah program agama memang dibuat untuk mengisi slot program agama.

F. Redaksi Realigi Trans TV

Kru Realigi terdiri dari tim inti yaitu Produser, Kreatif dan Production Assisten PA dan tim pendukung adalah dari bagian teknis: camera person, audio, general support dan wardrobe, office boy serta security dan editor. Struktur tim: Produser 1 : Sunka Da Ferry Produser 2 : Hans Haryanto Senior Creative : Gina Herlianawati Creative : Cici Permata Santika Permata 38 ibid Wisnu Ady Pratama Production Asissten : Dody Firmansyah Iif Viatmansyah Tica Sriwahyuni M. Arief BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Program Realigi sebagai Reality Show

Banyaknya tayangan reality show yang dapat menarik perhatian penonton, membuat para pembuat program televisi berlomba-lomba menghadirkan tayangan baru yang dapat menaikkan rating programnya. Sejatinya reality show hanyalah program drama yang dibuat seperti nyata tanpa rekayasa. Dapat ditarik benang merah bahwa reality show bukanlah acara nyata dan tidak benar-benar terjadi seperti yang dapat disaksikan kebanyakan penonton. Reality show sebenarnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipasi di lokasi-lokasi tertentu eksotis, atau situasi- situasi yang tidak lazim, memancing reaksi-reaksi tertentu dari partisipan, dan melalui penyuntingan dan teknik-teknik pascaproduksi lainnya. Ironisnya, masyarakat umum terutama masyarakat menengah ke bawah yang sudah tentu awam terhadap dunia pertelevisian tak banyak yang tahu bahwa acara realitas hanyalah kebohongan belaka. Mereka terlalu fanatik dan menganggap bahwa kisah-kisah haru dan dramatik yang kebanyakan ditonjolkan oleh acara-acara realitas memang benar-benar terjadi dengan tanpa adanya skenario. Tayangan reality show ini pada awalnya mirip dengan dokumentasi news. Hanya saja pada perkembangannya reality show ini bukan berita yang menjadi pokok tayangannya, melainkan keterkaitan emosi penonton dengan aktornya. Perkembangan acara televisi, khususnya reality show tampaknya mampu menggeser fenomena tayangan mistis dan tayangan-tayangan berbau religi. Semua acara yang melibatkan orang biasa bukan artis, kini dicap sebagai acara reality show. Siapa pun pemerannya asal punya cerita atau kisah yang menyentuh emosi penonton, maka ia layak tonton. Reality show diramu dengan penambahan-penambahan rekayasa tertentu agar alur ceritanya menjadi lebih sendu. Belakangan ini banyak bermunculan reality show bertemakan drama, dengan menambahkan kata „drama‟ di depan kata reality show. Seperti yang diungkapkan Senior Kreatif Realigi yang dalam hal ini mewakili Produser sebagai berikut: 39 “Drama adalah cerita tentang konflik manusia, tujuannya untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat, yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari. Bisa diambil dari kejadian sebenarnya, fiksi atau rekaan atau hanya mengambil inti cerita dan melakukan pengembangan ide. Sedangkan reality disini adalah formatnya, bagaimana pengemasannya menjadi sebuah pertunjukan. Kenapa disebut reality, karena setting yang digunakan seadanya, tanpa harus membangun set atau properti lain yang berlebihan, tidak melakukan setting pencahayaan setting lampu seperti sinetron dan berusaha memanfaatkan apa yang ada, baik lokasi, pencahayaan bahkan gambar buram atau goyang atau gelap sekalipun akan dipergunakan untuk kebutuhan tayang. Intinya drama reality show adalah tayangan drama yang digarap dengan gaya reality .” Kebanyakan reality show yang ada menceritakan kisah percintaan, perselingkuhan, eksploitasi kemiskinan, hipnotis, dan lain 39 Wawancara pribadi dengan Gina Herlianawati di Lt. 3 Gedung Trans TV, 26 Mei 2011 sebagainya. Namun berbeda dengan tayangan yang ditawarkan Realigi sebagai drama reality show. Hal ini pula yang diungkapkan oleh Host Realigi mengenai keberbedaan Realigi dengan program reality show lainnya: 40 “Program Realigi merupakan sajian drama reality berisikan tentang siraman rohani, yang mengangkat kisah manusia yang sedang terjerumus dalam hal-hal yang tidak benar. Realigi membantu orang yang melaporkan orang terdekatnya yang telah terjerumus untuk di sadarkan kembali dan berupaya untuk mengajak orang tersebut kembali ke jalan yang benar, dengan cara di bantu oleh seorang ustadz, psikologi dan lain-lain. Pesan yang disampaikan pada setiap penontonnya berupa kasus yang diim bangi solusi berlandaskan ilmu agama.” Dapat disimpulkan bahwa Realigi hadir dengan menggunakan tuntunan islami dalam setiap menyelesaikan masalah yang ditangani oleh tim Realigi. Realigi bernafaskan islam dengan mencoba memasukkan unsur-unsur keagamaan sebagai bagian penting dalam drama ini. Baik melalui pengadegan scene sholat atau berdoa ataupun melalui ucapan doa atau tausiah. Disetiap kasus yang diangkat pastinya ada nilai positif yang dapat diambil. Dalam hal ini, Host juga mengungkapkan: “Disetiap kasus yang ditemui pasti ada nilai positif yang dapat dipetik, kami selalu menyimpulkan bahwa Allah SWT tak mungkin memberi cobaan diluar kemampuan umat Nya selama umat Nya mau berusaha, berdoa dan berserah.” Untuk Realigi, misinya adalah bagaimana mengembalikan orang yang sudah mulai menyimpang atau keluar dari norma keagamaan agar kembali ke jalan yang benar, jalan yang diridhoi 40 Wawancara Pribadi dengan Santika Permata, di Lt. 3 Gedung Trans TV, 06 Juni 2011 Allah, agar orang bertobat dan mengakui kesalahannya. 41 Dalam hal ini Realigi berhasil menyatukan persepsi dengan penontonnya: 42 “Kesan pertama, Realigi drama realita yang mampu memberikan gambaran tentang realita kehidupan, yang memang ada disekitar kehidupan manusia, terutama kaitannya dengan aga ma.” Namun penyiaran program reality show memiliki sisi buruk manakala privasi narasumber sudah tidak lagi diperhatikan dan hal ini tentu sangat melanggar norma ketimuran yang notabene telah dianut oleh bangsa Indonesia sejak lama. Selain itu, dalam peraturan tersebut sebenarnya sudah jelas bahwa program siaran tidak boleh membuka aib atau kejelekan keluarga. Belakangan ini terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan dalam reality show, misalnya pelanggaran terhadap hak privasi, pelanggaran perlindungan kepentingan psikologi publik. Hal itu dikarenakan acara realitas yang tak jarang menjurus pada hal-hal mistik yang menyebabkan ketakutan tersendiri pada penonton, memupuk rasa sadisme ketika reality show mempertontonkan adegan- adegan kekerasan, hal itu secara tidak langsung akan memupuk jiwa sadis karena terbiasa dan senang melihat pemeran merasakan ketakutan. Reality show banyak melakukan intervensi pada masalah pribadi seseorang, yang seharusnya tidak diekspos keluar sedetail mungkin, bahkan menonjolkan masalah yang cenderung melanggar 41 ibid 42 Wawancara Pribadi dengan Penonton Realigi, 28 Mei 2011 norma budaya apalagi norma agama seperti pergaulan bebas atau ayah yang meninggalkan keluarganya. Nilai-nilai yang seharusnya tabu untuk dilakukan menjadi masalah seolah-olah sudah biasa terjadi akibat reality show yang sering menceritakan adegan-adegan seperti itu, misalnya orang yang hamil di luar nikah. Pengaruh-pengaruh tersebut tidak akan terealisasi tanpa adanya ketertarikan mayoritas masyarakat Indonesia terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah yang menjadi penonton sejati acara realitas, adapun beberapa alasan yang mendasari mengapa masyarakat kita begitu mengikuti acara realitas, antara lain: masyarakat Indonesia cenderung memiliki karakteristik tontonan yang sensasional dan mengeksploitasi emosi, terutama kalangan menengah kebawah yang pendidikannya relatif rendah, minimnya kreativitas oleh pelaku seni terutama insan pertelevisian di Indonesia yang cenderung membuat tayangan sejenis yang mereka anggap akan mempunyai rating tinggi. Beberapa pembuat program reality show di stasiun televisi yang sudah menyadari akan kuatnya pengaruh acara realitas terhadap perkembangan pola pikir dan psikologi penontonnya. Kemudian menawarkan dan menerapkan suatu kebijakan dengan menyertakan kata drama pada judul beberapa reality show. Misalnya di Trans TV program tersebut seperti Termehek-mehek, Orang Ketiga dan Realigi. Meskipun demikian, penambahan kata drama dianggap belum bisa menekan dampak dari penayangan acara realitas pada program TV Indonesia, sehingga dianggap perlu untuk menawarkan dan menerapkan gagasan baru yang lebih efektif dan efisien dalam menekan dampak tersebut akibat kebiasan definisi dari istilah reality show antara fakta atau rekayasa. Penyertaan kata drama saja dianggap masih belum bisa mengatasi masalah yang sebenarnya, karena dilihat dari istilahnya sendiri drama mempunyai definisi cerita sandiwara yang mengharukan, lakon yang sedih, peristiwa yang mengerikan atau menyedihkan. Memang dapat dilihat melalui pengertian tersebut bahwa drama merujuk pada kata sandiwara yang artinya bukan merupakan cerita yang diambil dari kehidupan yang sebenarnya namun tetap saja masyarakat masih menganggap reality show atau acara sejenisnya adalah nyata meskipun sudah ditambahi istilah drama. Inti dari permasalahan dalam menanggulangi dampaknya adalah meninjau kembali gagasan sebelumnya agar kondisi kekinian mengenai dampak dari menjamurnya acara realitas pada program TV Indonesia saat ini akibat biasnya definisi reality show antara fakta atau rekayasa. Penulis tetap berkeyakinan bahwa dengan cukup sosialisasi dan penyeleksian secara ketat oleh lembaga yang berwenang maka pembohongan publik seperti ini akan mudah ditanggulangi, tentunya hal itu dapat dilakukan disamping penemuan hasil peninjauan kembali terhadap gagasan yang sebelumnya dan diterapkan oleh pihak program acara realitas yang berupa penyertaan kata drama pada judul beberapa acara realitas seperti Termehek-mehek, Orang Ketiga, dan Realigi. Meskipun dalam tayangannya reality show tidak ada privasi yang terganggu dan dirugikan karena dalam setiap tayangannya menggunakan peran pengganti, 43 yang dikhawatirkan adalah jika masyarakat mempercayai apa yang ditayangkan oleh program-program reality show tersebut, maka secara spontan maupun bertahap akan tumbuh paradigma di masyarakat bahwa hal-hal yang diungkap dalam tayangan-tayangan tersebut ialah cerminan kehidupan nyata masyarakat bangsa ini yang pada perkembangannya cepat atau lambat melahirkan wacana yang permisif atas fenomena-fenomena yang konon merupakan kisah nyata diungkap dalam tayangan-tayangan tersebut. Hadirnya UU Penyiaran No.32 tahun 2002 merupakan patokan untuk membuat sebuah tayangan yang akan diproduksi. Hendaknya aturan tersebut ada untuk dipatuhi bukan hanya menjadi hiasan untuk dunia penyiaran saja. KPI diberi kewenangan yang sangat besar untuk mengatur, mengawasi, membekukan sementara, sampai mencabut izin siaran, yang diharapkan dapat menjadi patokan baru bagi dunia penyiaran Indonesia. Hal ini diatur dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran P3 dan SPS. P3 dan SPS mengatur mana saja tayangan yang boleh dan tidak untuk disiarkan. Hal ini berkaitan dengan regulasi isi yang diungkapkan oleh Mike Feintuck. Kemudian objek yang akan diteliti adalah tayangan Realigi episode Boneka Cantik dan epidose Ibu Juga Manusia. 43 Wawancara Pribadi dengan Penonton Realigi, 28 Mei 2011 Episode Boneka Cantik, pada episode ini menceritakan seorang remaja berusia 17 tahun bernama Kia yang sudah empat bulan ditinggal orangtuanya karena meninggal. Ia tinggal bersama tantenya yang bernama Yesi. Sejak ditinggal oleh orangtuanya perilaku Kia kerap kali aneh. Ia mempunyai boneka yang diberi nama Isaura. Kia sangat sayang dengan bonekanya bahkan ia menganggap kalau arwah ibunya ada di dalam boneka kesayangannya itu. Dalam episode ini pula terdapat adegan dimana Kia menggantung bonekanya disebuah pohon. Melihat perlakuan aneh keponakannya itu, Yesi emosi lalu boneka tersebut dibanting, diinjak, kemudian dikubur.hingga pada akhirnya Kia sadar bahwa itu hanyalah boneka biasa dan kemudian tante Kia, Yesi, membelikan boneka yang baru. Episode Ibu Juga Manusia, tayangan ini menceritakan konflik dalam sebuah keluarga. Pak Hendi, adalah kepala rumah tangga yang kecewa dengan anaknya yang bernama Lala. Lala yang merupakan pelapor dan meminta tim Realigi untuk membantu menyelesaikan masalah keluarganya. Lala sudah menikah dan mempunyai seorang anak dan diberi nama Nabila, namun karena dalam pernikahan tersebut Lala dijodohkan oleh ayahnya, Pak Hendi, Lala merasa kecewa dan kemudian berselingkuh dengan temannya sewaktu SMA dulu hingga selanjutnya ia mempunyai anak dari selingkuhannya tersebut. Melihat kejadian tersebut Pak Hendi marah hingga kemudian Lala tidak diperbolehkan untuk bertemu dengan Nabila anak kandung dari pernikahannya. Ibu Warni, adalah ibunya Lala, ia juga membantu Lala dalam menyelesaikan masalah ini. Hari demi hari bersama tim Realigi, Lala terus menyelidiki Pak Hendi dengan bantuan dari Ibu Warni. Hingga suatu hari Pak Hendi marah karena Lala ketahuan mengikuti Pak Hendi berkunjung ke suatu rumah, beliau mengusir Lala. Namun, Lala tetap bersikeras untuk menunggu di depan rumah, hingga Pak Hendi kesal lalu menyiramnya dengan seember air dan bercerita mengungkapkan kejadian yang sebenarnya, bahwa ia marah karena Lala telah menelantarkan Nabila anak kandungnya sendiri. Kemudian Pak Hendi berjanji bahwa ia akan mempertemukan Lala dengan Nabila jika Lala sudah memperbaiki dirinya. Sampai pada akhirnya Lala berniat untuk bertobat dan berjanji tidak mengulangi kesalahannya lagi. Melihat cerita dari dua episode diatas, terlihat bahwa Realigi mengalami pergeseran konsep, dari awalnya mengajak seseorang untuk bertobat tetapi belakangan ini Realigi malah mengangkat konflik dalam keluarga. Hal ini pula yang dirasakan oleh penonton Realigi: 44 “Realigi episode pertama dan beberapa minggu pertama, masih layak ditonton dan memberikan motivasi, juga memberikan inspirasi rohani yang baik. Tapi, makin kesini, semakin tidak sesuai dengan tag line awal. Realigi lebih mengangkat unsur mistik yang bahkan terlalu berlebihan. Walaupun ada sedikit pesan agamanya. Tapi cerita yang diangkat lebih banyak tidak masuk akalnya. Mungkin ada hal-hal seperti itu disebagian kecil kehidupan orang, tapi harus disesuaikan juga dengan kehidupan kita yang modernnya terlebih sebagian besar penonton Trans TV adalah masyarakat perkotaan yang berfikir modern.” Setelah dikonfirmasi kepada tim Realigi, mengenai alasan adanya pergeseran konsep dari pertobatan hingga sekarang lebih 44 Ibid mengekspos konflik dalam keluarga. Menurut Senior Kreatif Realigi, menyatakan bahwa setiap tayangan harus memiliki pembaharuan agar lebih menarik dan diminati penonton, jika hanya tayangan yang itu-itu saja yang ditayangkan dapat diperkirakan kalau Realigi akan ditinggalkan penontonnya. Walaupun disetiap awal tayangan dari setiap episode tersebut terdapat penyataan: “Tayangan ini telah mendapat persetujuan dari se mua pihak yang terlibat”, namun tetap saja dalam setiap episodenya pasti terdapat adegan atau cerita yang melanggar kaidah-kaidah penyiaran.

B. Implementasi Undang-undang Penyiaran Dalam Program Realigi