Implementasi Pedoman Perilaku Penyiaran P3 dalam Program Realigi

undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002. Berikut akan dibahas pelanggaran pada P3 dan SPS dalam episode Boneka Cantik dan Ibu Juga Manusia.

1. Implementasi Pedoman Perilaku Penyiaran P3 dalam Program Realigi

Selain tidak menerapkan penghormatan terhadap hak privasi dan pribadi yang telah disebutkan dalam Bab VI pasal 10, episode Boneka Cantik juga belum menerapkan pasal 16 dalam tayangannya, yang menjelaskan bahwa lembaga penyiaran wajib membatasi muatan mistik dan supranatural. Karena dalam tayangan tersebut terdapat adegan dimana Kia menganggap arwah ibunya tinggal di dalam boneka kesayangannya. Pasal 43 juga menyebutkan lembaga penyiaran wajib menghormati hak privasi seseorang dalam memproduksi dan atau menyiarkan suatu program siaran, baik siaran langsung maupun siaran tidak langsung. Jika dalam setiap episodenya Realigi selalu membantu menyelesaikan masalah dalam sebuah keluarga, tentu saja pelanggaran terhadap pasal 43 mengenai privasi selalu ada dalam setiap episodenya. Mengingat dalam pasal 4 telah disebutkan jika P3 disusun dengan tujuan untuk menghormati dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. Demikian pula yang terjadi dalam episode Ibu Juga Manusia, tayangannya belum menerapkan pasal 43 mengenai privasi. Bahkan dalam tayangan tersebut terdapat adegan konflik yang dapat dikatakan sebagai tindak kekerasan. Adegan ketika Pak Hendi menyiram Lala dengan air, disertai ekspresi emosi yang berlebihan. Hal ini telah dijelaskan dalam pasal 14, lembaga penyiaran wajib melakukan pembatasan adegan kekerasan, sesuai dengan penggolongan program siaran. Sedangkan tayangan ini tidak diberi penggolongan program siaran, terlebih jam tayangnya yang dianggap kurang tepat. Mengingat efek dari tayangan televisi begitu besar terhadap penontonnya, adegan ini pula dirasa tidak memperhatikan norma kesopanan dan kesusilaan yang disebutkan pada pasal 8 ayat 1, lembaga penyiaran harus berhati-hati agar tidak merugikan dan menimbulkan efek negatif terhadap keberagaman khalayak baik dalam agama, suku, budaya, usia, gender dan atau latar belakang ekonomi. Besar kemungkinan adegan konflik tersebut menimbulkan efek negatif pada penonton yang salah mempersepsikannya. Konflik memanglah salah satu faktor penting dari keberhasilan program, yakni adanya benturan kepentingan atau benturan karakter di antara tokoh-tokoh yang terlibat. Seperti yang diungkapkan oleh Host Realigi: 52 “Kami melakukan penentuan kasus apa yang akan diangkat, melihat dari banyak hal, salah satunya konflik apa yang terjadi dalam kasus itu sebagai penunjang cerita, menentukan lokasi yang akan dijadikan penggambaran kasus dan memilih para pemain yang akan memerankan tokoh yang dimak sud.” Dapat disimpulkan jika tanpa adanya konflik, kemungkinan kecil program itu akan mampu menahan perhatian penonton. Faktor 52 Wawancara Pribadi dengan Santika Permata, di Lt. 3 Gedung Trans TV, 06 Juni 2011 konflik menjadi sangat penting dalam program, seperti drama, namun adanya konflik dalam suatu program juga tidak boleh berlebihan.

2. Implementasi Standar Program Siaran SPS dalam Program Realigi