BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat belakangan ini. Regulasi bidang penyiaran yang membawa
berbagai perubahan memberikan tantangan baru bagi pengelola media penyiaran. Berbagai media penyiaran saat ini dimungkinkan untuk dibuka.
Industri penyiaran saat ini telah mencapai tingkat persaingan yang tajam sehingga dibutuhkan strategi yang baik untuk memenangkan persaingan.
Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat
terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hampir serentak lima televisi swasta baru Metro, Trans, TV7,
Lativi, dan Global serta beberapa televisi daerah yang saat ini jumlahnya mencapai puluhan stasiun televisi lokal. Tidak ketinggalan pula
munculnya televisi berlangganan yang menyajikan berbagai program dalam dan luar negeri.
Ketatnya persaingan dalam dunia penyiaran menuntut para rumah produksi untuk menghasilkan suatu program yang banyak disukai
masyarakat. Tuntutan pasar menjadi tantangan bagi para pencipta program televisi. Tidak cukup tantangan itu dihadapi dengan bekal apa adanya.
Diperlukan banyak konsep dan gagasan untuk mengembangkan daya kritis dan kreatif untuk menghadapi tantangan itu. Program yang semakin
menarik merupakan salah satu kiat dari pengelola media untuk menarik
perhatian masyarakat, disamping sebagai media informasi juga sebagai alat bisnis hiburan yang sengaja mencari keuntungan. Tak heran jika kini
kita melihat banyak program baru yang tayang dilayar televisi. Jika dulu hanya ada program berita dan sinetron yang tayang setiap harinya, kini
banyak program yang dihadirkan mulai dari program berita, sinetron, infotainment, kuis, acara musik, siraman rohani, bioskop keluarga, ajang
pencarian bakat, hingga reality show yang banyak disukai oleh anak muda dan para ibu rumah tangga. Seperti Termehek-mehek Trans TV, Jika Aku
Menjadi Trans TV, Uya Memang Kuya SCTV, Jalinan Kasih RCTI, Kontes Dangdut TPI TPI, Take Me Out Indosiar dan Realigi Trans
TV. Setidaknya acara tersebut memiliki rating yang cukup tinggi, jam tayang yang strategis merupakan penyebab naiknya rating sebuah acara
TV, materi yang disajikan tidak hanya dapat menghibur para penonton, tetapi juga mengeksploitasi emosi. Reality show yang tayang biasanya
memiliki tema-tema
menarik seperti
percintaan, penghianatan,
perselingkuhan, dan bahkan hal-hal mistik seperti perdukunan serta hal-hal yang berbau religi pun semakin membuat masyarakat seolah-olah tersihir
untuk senantiasa menyaksikannya. Salah satu reality show yang berlatarbelakang keagamaan adalah Realigi yang tayang di Trans TV.
Realigi adalah drama reality yang sarat dengan siraman rohani. Mengangkat kisah anak manusia yang berupaya berusaha untuk
mengajak orang terdekat Orang tua, anak,sahabat, dll untuk kembali ke jalan yang benar. Program ini tidak menggunakan host. Disamping
keberadaan Tim Trans TV, akan ada seorang konselor dan motivator
Ustadz,Psikolog, dll bagi pelapor untuk mencari solusi yang terbaik. Pelapor adalah orang terdekat dengan target. Di akhir cerita usaha
menyadarkan target tidak selalu harus berhasil. Kamera akan selalu mengikuti pelapor dalam usahanya menyadarkan target No- Hidden
Camera. Program acara Realigi merupakan suatu bentuk acara dakwah islamiyah atau yang disebut sebagai salah satu program keagamaan yang
ditayangkan melalui stasiun Trans TV. Acara ini ditayangkan setiap hari Senin dan Rabu, pukul 20.15 WIB. Dalam siarannya, program acara ini
senantiasa menampilkan kesan yang berbeda serta keberhasilannya membuat seseorang kembali ke jalan yang benar. Menunjukan bahwa
program acara Realigi terselenggara berkat adanya persiapan perencanaan yang matang.
Fenomena membanjirnya reality show di layar kaca menjadi menarik karena keakuratan reality show berada diantara fakta dan
rekayasa, selain itu tema-temanya yang dinilai tidak mendidik mampu menimbulkan berbagai pengaruh buruk terhadap penonton. Masyarakat
menengah ke bawah yang sudah tentu awam terhadap dunia pertelevisian tak banyak yang tahu bahwa acara realitas hanyalah kebohongan belaka.
Mereka terlalu fanatik dan menganggap bahwa kisah-kisah haru dan dramatik yang kebanyakan ditonjolkan oleh acara-acara realitas memang
benar-benar terjadi dengan tanpa adanya skenario. Tayangan program reality show memiliki sisi buruk manakala privasi narasumber sudah tidak
lagi diperhatikan dan hal ini tentu sangat melanggar norma ketimuran yang notabene telah dianut oleh bangsa Indonesia sejak lama. Media penyiaran
harus berpedoman pada regulasi penyiaran yang telah ditetapkan dalam UU Penyiaran No.32 Tahun 2002. Namun pada faktanya, ada beberapa
pengelola media yang mengabaikan regulasi tersebut dan hanya menganggap sebagai formalitas belaka. Contohnya banyak suatu program
yang menayangkan adegan kekerasan, pemerkosaan, seks, mistik dan tak terkecuali tayangan reality show. Dalam penayangannya, terdapat konflik
dalam keluarga yang terlalu diblow up oleh media, juga adegan kekerasan, misalnya pemukulan, pengrusakan.
Melihat banyaknya tayangan pada program reality show yang umumnya mengangkat konflik dalam keluarga, apakah dalam setiap
programnya reality show tersebut menerapkan kaidah-kaidah penyiaran? Berdasarkan alasan tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat judul
“Implementasi Regulasi Penyiaran Dalam Program Drama Reality Show Realigi di Trans TV.”
B. Pembatasan Masalah