Pelaksanaan Tradisi Upacara Adat dan Kepercayaan Masyarakat

mempertahankan keberadaan hutan desa mereka.Referensi alam cukup memberikan pelajaran pada masyarakat.Bagaimana kondisi hasil tangkapan mereka ketika hutan desa dan hutan sekitarnya masih bagus, dan bagaimana pula ketika hutan sekitar Jaring Halus sudah rusak parah.Satu hal lagi yang menjadi pelajaran sangat berarti bagi masyarakat, yaitu ketika tragedi tsunami yang meluluhlantakkan sebagian wilayah Aceh dan Sumatera Utara, membuat mereka semakin yakin betapa penting keberadaan hutan mangrove bagi keberlangsungan hidup mereka.

3.4 Pelaksanaan Tradisi Upacara Adat dan Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat Desa Jaring Halus, Kec. Secanggang, Langkat kembali akan melakukan Upacara Jamu Laut. Jamu Laut sebelumnya adalah tiga tahun yang lalu, dipimpin oleh Pawang Zakaria. Kali ini pun akan dipimpin oleh beliau, walaupun dengan kondisi kesehatan yang kurang baik. Pawang Zakaria dalam dua tahun terakhir sudah tidak bisa lagi berjalan sendiri.Usianya yang sudah senja, fisiknya sudah lemah dan sakit-sakitan,tidak untuk semangatnya. Ketika bertemu minggu lalu, Ia masih menyatakan akan memimpin upacara tersebut, walaupun ke lokasi upacara harus ditandu atau diangkut dengan gerobak dorong. Upacara Jamu Laut merupakan tradisi masyarakat pesisir, yang hampir punah. Hanya sebagian kecil desa yang masih melakukannya secara reguler.Di beberapa desa, terkadang masih melakukannya yang disponsori pihak luar namun telah kehilangan sakralitasnya. Di Kabupaten Langkat, hanya di Desa Jaring Halus pelaksanaan masih diakui oleh masyarakat pesisir lainnya masih menjalankan tradisi tersebut dengan tahapan dan tata cara yang sebenarnya, termasuk aturan pantangan dan waktunya. Upacara Jamu Laut yang dilaksanakan di Desa Jaring Halus merupakan bahagian dari kearifan tradisional, karena sebagai bentuk hubungan yang harmonis manusia dengan alam. Masyarakat mengkonsepsikan bahwa di alam dan sekitar pemukiman serta tempatnya mencari nafkah muara, laut dan hutan juga dihuni oleh mahluk lain yang memiliki kekuatan supranatural. Mahluk lain dengan kekuatannya dapat memberikan kebaikan berupa hasil tangkapan yang berlimpah, tetapi juga berbagai penyakit yang bisa menyebabkan kematian. Sikap terbaik dalam konsepsi masyarakat adalah membangun hubungan yang harmoni dengan mahluk tersebut melalui cara tidak merusak alam dan memberikan makanan melalui Upacara Jamu Laut. Perkembangan jaman membuat gugatan terhadap Upacara Jamu Laut juga semakin besar. Ada yang mempersoalkan dari sudut paham keagamaan, karena dinilai bertentangan dengan ajaran Islam. Gugatan dari sisi keagamaan, tidak membuat tradisi ini kehilangan legitimasinya karena terjadi kompromi dalam tata caranya dan interpretasinya sesuai dengan budaya Melayu dilandasi oleh ajaran Islam. Tata cara upacara diberikan muatan keagamaan dengan bacaan surat dari Al Qur’an dan doa secara Islam. Begitu juga tujuannya diberikan makna sebagai wujud syukur kepada pencipta, jamuan makan bersama untuk warga dan bahagian tertentu dipersembahkan untuk mahluk gaib yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal manusia. Saat itu, upacara Jamu Laut dilaksanakan setiap tahunnya dengan masa pantang selama 3 hari. Namun, saat krisis moneter tahun 1997 yang diikuti dengan terjadinya booming harga udang, sesaat mampu peningkatan pendapatan nelayan pada posisi tertinggi yang pernah dicapai. Namun beberapa waktu kemudian anjlok kepada posisi terendah sepanjang sejarah desa, ketika merambahnya puluhan pukat trawl dari Belawan ke wilayah perairan desa yang melakukan eksploitasi siang dan malam, yang diikuti dengan terjadinya konflik nelayan.Beberapa nelayan ditahan, dan nelayan distigmatisasi sebagai perampok dan selalu sipersalahkan oleh pemerintah dan pihak keamanan sebagai penyebab terjadinya konflik.Laut menjadi sangat tidak aman bagi nelayan dari ancaman serangan dari awak pukat harimau, alat tangkap nelayan desa yang pasif seperti jaring selapis, ditabrak oleh pukat harimau.Belum lagi isu pembakaran terhadap pemukiman, yang membuat kehidupan di desa menjadi sangat tidak nyaman. Akhir tahun 1990- an hingga awal tahun 2000-an menjadi masa paceklik yang parah dialami oleh Masyarakat Desa Jaring Halus. 16 16 https:saruhumrambe.wordpress.com. tradisi-jamu-laut-di-desa-jaring-halus. Di akses pada tanggal 5 mei 2015

BAB IV PERKEMBANGAN MASYARAKAT SUKU BANJAR YANG TINGGAL DI DESA