Sistem Mata Pencaharian Penduduk Desa Jaring Halus

merupakan ciri khas wilayah kampung ini maka mereka pada waktu itu menamai kampung ini sebagai Kampung Beting Jari Alus.Mereka ini adalah komunitas perantau yang datang dari wilayah negara tetangga Kedah, Malaysia yang menetap di kawasan Beting Jari Alus sejak tahun 1917. Suku melayu dari Malaysia menggunakan perahu tongkang menyebrangi Selat Malaka. Kemudian mereka tiba di sebuah tempat yang bernama Pulau Seremban, Pangkalan Berandan – Langkat.Dari tempat ini mereka terus bergerak mencari sebuah tempat yang sesuai dan nyaman. Setidaknya ada lima lokasi yang telah mereka jelajahi selama kurun waktu 17 tahun, yang kesemuanya berada di wilayah pesisir pantai timur Langkat. Setelah itu mereka menemukan kawasan beting pantai dimana menurut pertimbangan mereka tempat itu sangat strategis.Kawasan tersebut adalah Desa Jaring Halus yang dulu namanya Kampung Beting Djari Halus.Selama setahun disitu jumlah mereka bertambah menjadi 15 KK, karena adanya perpindahan penduduk lokal ke Jaring Halus.

2.3 Sistem Mata Pencaharian Penduduk Desa Jaring Halus

Desa Jaring Halus yang dikelilingi laut lepas ini adalah sebuah desa nelayan karena hampir secara keseluruhan bermata pencarian sebagai nelayan.Dan untuk sebagian lagi berprofesi sebagai guru, buruh industri bangunan, serta pengusaha seperti tauke.Sumber daya lautmerupakan penghasilan terbesar terhadap kehidupan masyarakat.Sehingga mereka mengelolanya dan berusaha menjaga laut agar tetap terjaga ekosistemnya.Nelayan Jaring Halus juga memanfaatkan laut dengan membuat keramba dan ambe. Adanya hutan bakau juga mempengaruhi hasil tangkapan karena akar-akar pohon bakau tersebut merupakan tempat bertelurnya ikan-ikan dan berfungsi sebagai tempat untuk ikan-ikan kecil yang belum bisa lepas di laut luas.Di awal tahun 2000-an, pernah terjadi masalah terhadap keberadaan hutan bakau.Pada mulanya pemerintah memang mengizinkan warga Desa Jaring Halus untuk memanfaatkan pohon bakau guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan jumlah yang terbatas dan tidak berlebihan. Tahun 2002, HPH Hak Pengusahaan Hutan atas izin pemerintah juga melakukan penebangan terhadap hutan bakau.Penebangan tersebut digunakan sebagai bahan dasar pembuatan arang.Memang riset membuktikan bahwa kayu bakau lebih bagus untuk dijadikan arang dari pada kayu sawit yang sering digunakan selama ini.Dan untuk selanjutnya dibangunlah sebuah PT Perseroan Terbatas yang mengolah kayu bakau tersebut.Pemerintah pun mengizinkan HPH untuk menebang hutan bakau dengan jumlah tak terbatas dengan imbasnya pemerintah juga memperoleh sebagian dari hasil keuntungan penjualan arang bakau tersebut. Dalam waktu satu tahun terakhir ini, pernah datang suatu LSM ke Desa Jaring Halus dan kemudian memperoleh informasi dari masyarakat setempat tentang masalah hutan bakau tersebut.Oleh LSM tersebut kemudian dicanangkan suatu program guna melakukan penanaman kembali bibit hutan bakau di Jaring Halus.Akan tetapi hingga sekarang ini, program yang bersifat menbangun tersebut belum dilaksanakan juga. Karena Jaring Halus adalah daerah pantai maka mata pencarian seperti petani sawah, ladang ataupun tanaman-tanaman tropis sangat jarang terdapat di desa ini Hasil tangkapan ikan di desa ini cukup beragam diantaranya yang paling banyak ditangkap adalah ikan cecah rebung cerbung dan jenis lainnya adalah udang, tongkol, gembung, kepiting, pare, ketam, dan lain-lain.Dalam sistem bagi hasil, nelayan kecil di Jaring Halus mengenal “patron-klien” yaitu sistem majikan dan bawahan.Dikarenakan nelayan kecil memakai pekarangan milik tauke, maka penjualan dan pembelian hasil tangkapan diberikan kepada tauke.Sistem penjualan dan pembelian tersebut merupakan tradisi lisankeharusan yang tidak tertulis yang harus dituruti oleh nelayan. Pembagian hasil pun tidak sebanding yaitu 1 : 3. Pembagian hasil ditentukan berdasarkan beban tanggungan seperti kebutuhan bahan bakar, peralatan, serta makan nelayan di laut.Dan hasil penjualan tersebut dibebankan tauke pada harga pembelian.

BAB III KEHIDUPAN MASYARAKAT DI DESA JARING HALUS