Solidaritas Masyarakat Kehidupan Sosial

masyarakat yang tinggal di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, walaupun jika ada perbedaan bagaimana penerapan suku Banjar ini di tempat lain dapat di jadikan bahan komparasi, namun paling tidak di semua tempat di Masyarakat Suku Banjar yang tinggal di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat ini memiliki latar belakang dan fungsi yang sama. Masyarakat desa mengelompokkan diri atas penduduk asli dan pendatang.Dari segi tempat tinggal terdapat segmentasi berdasarkan penduduk asli dan pendatang walaupun tidak bersifat absolut. Mayoritas penduduk asli, beretnis Melayu tinggal di dusun dua, tiga dan lima. Sementara pendatang yang beretnis Banjar, Jawa dan lainnya umumnya berada di Dusun satu dan empat.Hubungan sosial diantara pendatang dan penduduk asli dipermukaan terlihat baik jika ukurannya tidak pernah terjadi konflik.Tidak ada catatan yang menjelaskan terjadi konflik yang didasarkan atas penduduk asli dan pendatang.Sebaliknya, diantara penduduk asli dan pendatang juga ditemukan ada hubungan perkawinan.Namun hubungan diantaranya tidak lepas dari prasangka.Misalnya, penduduk asli memandang pendatang kurang peduli dan enggan dalam pelaksanaan tradisi Jamu Laut, sementara pendatang menganggap tradisi tersebut bertentangan dengan ajaran Islam.Penduduk asli sesuai dengan keturunan pembuka desa memiliki hak istimewa untuk dipilih menjadi kepala desa selain menjadi pemimpin sesuai dengan tradisi desa pawang laut.Penegasan ini disampaikan secara terbuka dengan Pawang Zakaria sebagai simbol. 20 20 https:saruhumrambe.wordpress.com. relasi-kuasa-pemimpin-desa-di-jaring-halus . Di akses pada tanggal 20 mei 2015

4.1.1 Solidaritas Masyarakat

Banjar merupakan salah satu istilah yang diberikan oleh masyarakat pada salah satu jenis koperasi sosial yang mereka ciptakan bersama untuk saling membantu sesama ketika salah satu anggota masyarakatnya memerlukan bantuan, terutama dalam hal ini berupa bantuan pendanaan dan bahan kebutuhan untuk dapat melancarkan kegiatan atau acara yang memang sedang dijalani oleh salah satu keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat tersebut. Masyarakat sering menyebut Banjar ini menjadi dua bagian yaitu apa yang mereka sebut sebagai Banjar idup irup dan apa yang mereka namakan Banjar mati. Banjar idup hidup difungsikan untuk kegiatan orang yang masih hidup seperti untuk begawe resepsi pernikahan, sunatan, atau acara selamatan lainnya.Namun pada umumnya mereka menggunakan Banjar ini ketika acara begawe tersebut. Sedangkan Banjar mate digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi acara begawe selametan bagi orang yang telah meninggal dunia, dan biasanya gawe ini dinamakan gawe mate. Pada dasarnya konteks Banjar ini tidak berbeda, yang berbeda hanya penemaan nama saja. Begitu juga dalam kuantitas sebenarnya apa yang dinamakan Banjar mate ini tidak terlalu jelas, karena bisa saja yang awalnya dibuat untuk Banjaridup kemudian ketika salah satu anggota dari kelompok Banjar tersebut ada keluarganya yang meninggal dunia dan untuk selamatan ataupun gawenya supaya bisa mencukupi maka boleh saja menggunakan Banjar yang pada awalnya dibuat untuk pernikahan misalnya. sehingga seperti dikatakan tadi antara kedua jenis Banjar ini tidak perlu dipertegas perbedaannya karena memiliki tujuan dan konteks yang sama. Pembuatan kelompok Banjar oleh masyarakat sifatnya tidak mengikat, karena berdasarkan kemauan saja. Namun biasanya dalam satu kelompok Banjar akan beranggotakan hampir sebagian besar penduduk yang ada di satu dusun tersebut. Namun ada juga Banjar yang jangkauannya lebih kecil karena dibuat hanya kurang lebih 20-an orang dan kadang-kadang sebatas keluarga, dan jumlah pengeluaran dari Banjar ini karena bisa dikatakan Banjar keluarga maka pengeluarannya lebih banyak, misalnya satu orang dari anggotanya akan mengeluarkan satu kuintal gabah jika salah satu anggotanya sedang membutuhkan terutama saat begawe idup. Pembuatan Banjar ini biasanya dimulai biasanya ketika ada salah satu keluarga yang anaknya menikah namun untuk beberapa prosesi pernikahannya dari segi biaya tidak mencukupi, maka keluarga dan masyarakat banyak akan diajak bermusawarah untuk penyelesaiaanya, dan biasanya ketika keluarga yang membutuhkan tersebut mengusulkan biasanya banyak diantara masyarakatnya yang akan mengikuti sebagai bagian dari anggota Banjar yang dibuat tersebut, karena itu bisa saja satu keluarga memiliki lima atau lebih jenis Banjar yang memiliki anggota yang berbeda. Banyak sekali jenis Banjar yang dikenal mulai dari keperluan ragi sampai beras.Wanita sangat berperan penting dalam hal ini, karena bukan hanya laki-laki saja yang mengusulkan pembuatan anggota Banjar ini. Biasanya kalau berupa Banjar ragi di tenggarai oleh para ibu-ibu, hal ini mereka lakukan supaya ketika keluarga mereka menikah maka dari segi perlengkapan ragi mereka tidak perlu membeli, karena sudah memiliki Banjar ragi yang akan digunakan. Banjar ragi ini dapat berupa minyak goreng, gula, kelapa dan lain sebagainya.Selain Banjar ragi ada juga bajar beras yang jumlahnya tidak menentu, dari 10 kg sampai 25 kg.Selain itu ada juga Banjar kambing, dan Banjar uang. Memang tanpa Banjar ini juga antusiasme masyarakat untuk saling tolong menolong sudah ada, namun dengan adanya Banjar ini kekompakan mereka akan sangat terasa, sehingga dalam pembuatan kelompok Banjar ini juga cukup mereka mengatakan akan ikut kalau ditanya dan saat itu juga mereka dengan kesadaran sosial yang cukup tinggi akan menjadi bagian dari anggota salah satu kelompok Banjar tersebut dan mereka siap untuk mengeluarkan barang sesuai dengan jenis kelompok Banjar yang dibuat. Satu juga yang perlu diperhatikan ternyata adanya kekompakan masyarakat di beberapa desa di beberapa kecamatan di Lombok Timur ini, terutama di Kecamatan Jerowaru yang masih mengandalkan Banjar sebagai wahana untuk mempermudah kesulitan bersama ternyata bisa dikatakan menjadi salah satu bentuk penanaman solidaritas sosial yang sangat ampuh. Kenapa demikian, karena secara kasat mata dapat kita melihat bahwa jika pada satu kelompok masyarakat suatu waktu terpecah karena pertentangan politik, namun ketika ada salah satu keluarga dalam satu dusun tersebut yang mengadakan resepsi pernikahan begawe maka mereka disana akan berbaur dan seolah tidak pernah terjadi adanya konflik bagi mereka, selain itu semangat adanya Banjar itu juga ada disana. Seperti disebutkan diatas Banjar berfungsi sebagai wahana untuk saling meringankan beban pada masyarakat sehingga apa yang menjadi kebutuhan individu dalam satu keluarga bisa ditangani bersama sebagai anggota masyarakat. Dan itulah yang terjadi sehingga ini mencerminkan bahwa di beberapa tempat yang masih menghidupkan kelompok Banjar ini di masyarakatnya identik dengan adanya solidaritas sosial yang cukup tinggi.Secara kasat mata memang keberadaaan Banjar ini sangat perlu bagi masyarakat dan pada nyatanya juga seperti itu. Namun jika diperhatikan lebih dalam adanya solidaritas yang terlalu tinggi ini jika tidak memiliki batasan akan menjadi hal yang kurang baik. Salah satunya adalah banyaknya terjadi kawin cerai.Memang kawin cerai ini bukan hanya diakibatkan oleh faktor Banjar, melainkan juga faktor pendidikan dan mungkin juga kebiasaan masyarakat. Namun ada Banjar yang dibuat ketika beberapa kali orang menikah dan tidak ada sangsi sosial maka secara tidak langsung akan memberikan dampak negative, walaupun dampak negatif yang ditimbulkan jauh lebih tidak berarti daripada dampak positifnya.Orang dapat menikah beberapa kali dan tidak akan terlalu takut dengan biaya pernikahan, juga pada akhirnya keluarga dan masyarakat akan membantu dengan membuat Banjar atau memang masih ada Banjar yang diandalkan walaupun nantinya juga akan mengganti apa yang dikeluarkan oleh masyarakat ketika anggotanya sedang dalam keadaan seperti kasus semula, namun untuk kepentingan saat itu tidak perlu dihiraukan. Karena itu tidak salah kalau di Kecamatan Jerowaru sangat terkenal dengan penomena kawin cerainya, yang bisa saja satu orang laki-laki pernah berhubungan sebagai suami istri sampai empat atau lima orang atau bahkan lebih. Bukan hanya itu dalam satu dusun saja bisa jadi beberapa perempuan pernah menikah dengan dua atau tiga laki-laki di dalam dusunnya. Karena itu secara tidak langsung keberadaan Banjar ini akan mempermudah orang untuk bisa menikah lebih dari satu kali, walaupun hal ini juga tidak lepas dari pendidikan dan kebiasaan masyarakat seperti yang dikatakan diatas.

4.1.2 Kegiatan Pendidikan