28
Keberadaan ICD-10 penting karena menyediakan bahasa umum untuk pelaporan dan pemantauan penyakit. Hal ini memungkinkan dunia untuk
membandingkan dan berbagi data dengan cara yang konsisten dan standar antar rumah sakit, daerah dan negara dan selama periode waktu. Hal ini juga
memfasilitasi pengumpulan dan penyimpanan data untuk analisis dan berbasis bukti pengambilan keputusan Krisna, 2014.
2.7 Formularium Nasional
Formularium Nasional adalah daftar obat yang disusun oleh komite nasional yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, didasarkan pada bukti ilmiah
mutakhir berkhasiat, aman, dan dengan harga yang terjangkau yang disediakan serta digunakan sebagai acuan penggunaan obat dalam jaminan kesehatan
nasional Menkes RI., 2013. Fornas adalah bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Oleh
karena itu, perlu disusun suatu daftar obat yang digunakan sebagai acuan nasional penggunaan obat dalam pelayanan kesehatan SJSN untuk menjamin aksesibilitas
keterjangkauan dan penggunaan obat secara nasional dalam Formularium Nasional Menkes RI., 2013.
Tujuan utama pengaturan obat dalam Fornas adalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi pengobatan
sehingga tercapai penggunaan obat rasional. Bagi tenaga kesehatan, Fornas bermanfaat sebagai acuan bagi penulis resep, mengoptimalkan pelayanan kepada
pasien, memudahkan perencanaan, dan penyediaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan adanya Fornas maka pasien akan mendapatkan obat terpilih
yang tepat, berkhasiat, bermutu, aman dan terjangkau, sehingga akan tercapai
29
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu obat yang tercantum dalam Fornas harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya
Menkes RI., 2014. Penerapan Formularium Nasional dimaksudkan untuk dapat memberikan
manfaat bagi pemerintah maupun fasilitas kesehatan dalam: 1.
Menetapkan penggunaan obat yang aman, berkhasiat, bermutu, terjangkau, dan berbasis bukti ilmiah pada peserta Jaminan Kesehatan Nasional.
2. Meningkatkan penggunaan obat rasional.
3. Mengendalikan biaya dan mutu pengobatan.
4. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan kepada pasien.
5. Menjamin ketersediaan obat yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan.
6. Meningkatkan efisiensi anggaran pelayanan kesehatan Menkes RI., 2014.
2.8 Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harustetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Tujuan penyelenggaraan Rumah Sakit:
a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,
b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit, c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit,
30
d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit dan rumah sakit.
Pada hakikatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi dimaksud memiliki makna
tanggung jawab yang seyogyanya merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.
Menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009, rumah sakit diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit kelas A Rumah sakit kelas A yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medis spesalistik luas dan sub spesialistik yang luas. b. Rumah Sakit kelas B
Rumah sakit kelas B yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik luas dan sub spesialistik
yang terbatas. c. Rumah Sakit kelas C
Rumah sakit kelas C yaitu rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialstik dasar.
d. Rumah Sakit kelas D Rumah sakit kelas D yaitu rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan medis dasar Presiden RI., 2009. Berdasarkan Keputusan Menkes No. 335 Menkes SKVII1990, RSUP
H. Adam Malik ditetapkan sebagai rumah sakit kelas A yang mempunyai tugas menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan secara paripurna,
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan secara serasi, terpadu dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan lainnya serta
melaksanakan upaya rujukan Menkes RI., 1990.
31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif non-eksperimental menggunakan desain pendekatan retrospective yaitu
penelitian yang berusaha melihat kebelakang Notoatmodjo, 2010.
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di apotek rawat jalan RSUP H. Adam Malik Medan.
3.2.2 Waktu
Waktu pengambilan data adalah selama 1 bulan Mei 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lembar resep pasien rawat jalan di apotek rawat jalan Jaminan Kesehatan Nasional JKN RSUP H. Adam
Malik periode Oktober-Desember 2014. Adapun diperoleh populasi resep pasien rawat jalan di RSUP H. Adam Malik pada periode Oktober-Desember 2014
adalah sebanyak 36.631 resep.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lembar resep pasien rawat jalanJaminan Kesehatan Nasional JKN di apotek rawat jalan RSUP H. Adam
Malik periode Oktober-Desember 2014. Sampel diambil secara acak sederhana