Uji Multikolinearitas Heteroskedastisitas Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda

44 Selain menggunakan teori diatas sebagai landasan uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini juga menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov untuk menguji sesuai goodness of fit. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel observasi dengan distribusi teoritis tertentu normal, uniform, eksponensial atau poisson. Jadi hipotesis statistiknya adalah bahwa distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi frekuensi harapan teoritis Tim penelitian dan pengembangan Wahana Komputer, 2006. Adapun hipotesisnya: H : Fx = F0x, dengan Fx adalah fungsi distribusi frekuensi hasil pengamatan, dan F0x adalah distribusi frekuensi harapan teoritis dalam artian populasi berdistribusi normal. H 1 : Fx ≠ F0x atau distribusi populasi tidak normal Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas dengan α = 0,05 : Jika probabilitas 0,05 , maka H0 diterima Jika probabilitas 0,05 , maka H1 ditolak

3. Uji Asumsi Klasik Regresi Berganda

Model regresi berganda dapat dikatakan sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi klasik statistik, baik itu multikoliniearitas dan heteroskedastisitas.

a. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas independen. Adanya 45 hubungan linear yang sempurna atau eksak diantara variabel bebas dalam model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi diantara variabel bebas, maka variabel-variabel ini tidak othogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Menurut Bhuono, 2005:59, mendeteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa variabel dependen. 1 Jika nilai Varians Inflation Faktor VIF tidak lebih dari 10 dan tolerande tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas VIF = 1Tolerance, jika VIF = 10 maka tolerance = 110 = 0,1 semakin tinggi VIF maka semakin rendah tolerance. 2 Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independent kurang dari 0,70. Maka model dinyatakan bebas dari asumsi klasik multikolinearitas. 3 Jika nilai koefisien determinan R-Square diatas 0,6 namun tak ada variabel independent yang berpengaruh terhadap variabel dependen maka model terkena multikolinearitas.

b. Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. 46 Asumsi heteroskedastisitas ialah apabila variasi dari faktor pengganggu selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data pengamatan yang lain. Jika ciri ini terpengaruhi, berarti variasi faktor pengganggu pada kelompok data tersebut bersifat homoskedastik. Jika asumsi itu tidak dapat dipenuhi, maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan. Penyimpangan terhadap faktor pengganggu sedemikian itu disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastis dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Bhuono, 2005 : 63 untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas ada beberapa cara yaitu: 1 Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat antara SPRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang diprediksi dan sumbu adalah residual. 2 Dasar analisis jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas secara titik-titik menyebar diatas dan dibawah titik origin pada sumbu y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. 47 4. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda yaitu suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antara variabel bebas dan variable terikat. Teknik analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari Promosi Penjualan dan Respon Emosi terhadap Perilaku Pembelian Impulsif. Untuk mengetahui bagaimana Promosi Penjualan dan Respon Emosi dapat berpengaruh terhadap Perilaku Pembelian Impulsif dilakukan dengan menggunakan skala likert R.A, 1932 dengan mengembangkan prosedur penskalaan yang mewakili suatu kontinum bipolar. Pada ujung sebelah kiri angka yang rendah menunjukan suatu jawaban yang negatif, sedangkan ujung sebelah kanan angkaan besar menunjukan suatu jawaban yang positif . dengan keterangan sebagai berikut : Tabel. 3.1 Skala Likert Sangat Setuju SS Setuju S Ragu R Tidak Setuju TS Sangat tidak Setuju STS 5 4 3 2 1 Selanjutnya data diperoleh dengan menggunakan koesioner dan hasilnya akan dipresentasikan dalam bentuk tabel. Hasil dalam tabel dianalisis berdasarkan variabel promosi penjualan dan respon emosi yang selanjutnya dapat dilihat pengaruhnya terhadap keputusan pembelian. 48 Setelah dilakukan perhitungan dengan koesioner pengolahan data kuantitatif. Selanjutnya dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 16.0. Analisis ini dianggap tepat sebagai metode analisis penelitian karena dapat diketahui hubungan yang terjadi antara dua variabel, yaitu variabel independent dan variabel dependen. Regresi linier berganda ini didasarkan pada 2 variabel independen yaitu ; Promosi Penjualan X 1 dan Respon Emosi X 2 sedangkan untuk variabel dependen dari analisis ini adalah Perilaku Pembelian Impulsif Y. Di mana persamaan umum dari regresi linier berganda adalah : Ŷ = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 Ŷ = Subjek dalam variabel dependen promosi penjualan a = Konstanta nilai tetap pada saat nilai variabel bebas X = 0 b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variable independent . bila b + maka naik, dan bila - maka terjadi penuruanan.

5. Koefisien Determinasi