Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Histologi

Pemilihan terapi yang terbaik untuk penyakit Graves tidak mudah, tetapi perlu diingat bahwa ketiga pilihan terapi di atas sama baiknya dan memberikan hasil yang baik jika dilakukan oleh dokter yang berpengalaman. Kebanyakan pasien memutuskan untuk memulai pengobatan dengan PTU atau metimazol bersama dengan beta bloker, dan selanjutnya mempertimbangkan kembali pilihan terapi lain setelah merasa baik dan tenang. Hal ini merupakan pendekatan singkat yang baik dalam pengobatan penyakit Graves dan sering direkomendasikan kepada pasien berdasarkan pengalamannya. pasien merasa nyaman dengan terapi yang dipilih Batubara, 2010.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran kejadian hipertiroid pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008 hingga 2012.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui insidens kejadian hipertiroid pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik RSUPHAM Medantahun 2008 hingga 2012 . 1.3.2. Tujuan Khusus Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui jumlah kasus anak penderita hipertiroid di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2008 hingga 2012. 2. Mengetahui distribusi frekwensi usia anak penderita hipertiroid di RSUP Haji Adam Malik. 3. Mengetahui proporsi jenis kelamin yang lebih sering mendapat penyakit hipertiroid. 4. Mengetahui penyebab tersering pada penyakit hipertiroid pada anak. Universitas Sumatera Utara 1.4. Manfaat penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti Sebagai sarana pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh penulis tentang metodologi penelitian.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian lain yang ingin mengembangkan ilmu.

1.4.3. Bagi Institusi Rumah Sakit

Sebagai bahan evaluasi dan satu dasar memiliki langkah yang tepat dalam upaya melakukan asuhan dan pengobatan yang komprehensif terhadap penderita hipertiroid anak.

1.4.4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat awam tentang penyakit hipertiroid pada anak sehingga peran serta masyarakat terutama orang tua dibutuhkan untuk deteksi dini penyakit hipertiroid pada anak. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Kelenjar Tiroid 2.1.1. Embriologi Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang pertama kali tampak pada fetus, kelenjar ini berkembang sejak minggu ke-3 sampai minggu ke-4 dan berasal dari penebalan entoderm dasar faring, yang kemudian akan berkembang memanjang ke kaudal dan disebut divertikulum tiroid. Akibat bertambah panjangnya embrio dan pertumbuhan lidah maka divertikulum ini akan mengalami desensus sehingga berada di bagian depan leher dan bakal faring. Divertikulum ini dihubungkan dengan lidah oleh suatu saluran yang sempit yaitu duktus tiroglosus yang muaranya pada lidah yaitu foramen cecum Cady Rossy, 1998. Divertikulum ini berkembang cepat membentuk 2 lobus yang tumbuh ke lateral sehingga terbentuk kelenjar tiroid terdiri dari 2 lobus lateralis dengan bagian tengahnya disebut ismus. Pada minggu ke-7 perkembangan embrional kelenjar tiroid ini mencapai posisinya yang terakhir pada ventral dari trakea yaitu setinggi vertebra servikalis V, VI, VII dan vertebra torakalis I, dan secara bersamaan duktus tiroglosus akan hilang. Perkembangan selanjutnya tiroid bergabung dengan jaringan ultimobranchial body yang berasal dari branchial pouch V, dan membentuk C-cell atau sel parafolikuler dari kelenjar tiroid Cady Rossy, 1998 . Sekitar 75 pada kelenjar tiroid ditemukan lobus piramidalis yang menonjol dari ismus ke kranial, ini merupakan sisa dari duktus tiroglosus bagian kaudal. Pada akhir minggu ke 7 – 10 kelenjar tiroid sudah mulai berfungsi, folikel pertama akan terisi koloid. Sejak saat itu fetus mulai mensekresikan Thyrotropin Stimulating Hormone TSH, dan sel parafolikuler pada fetus sementara belum aktif Cady Rossy, 1998. Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi

Tiroid berarti organ berbentuk perisai segi empat.Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada leher bagian bawah di sebelah anterior trakea.Kelenjar ini merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinya, dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda.Kapsula ini melekatkan tiroid ke laring dan trakea Cady Rossy, 1998. Klenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan ismus tiroid yang tipis dibawah kartilago krikoidea di leher, dan kadang-kadang terdapat lobus piramidalis yang muncul dari ismus di depan laring Cady Rossy, 1998. Kelenjar tiroid terletal di leher depan setentang vertebra servikalis 5 sampai trokalis 1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan ileh ismus. Setiap lobus berbentuk seperti buah pear, dengan basis di bawah cincin trakea 5 atau 6. Kelenjar tiroid mempunyai panjang lebih kurang 5 cm, lebar 3 cm, dan dalam keadaan normal kelenjar tiroid pada orang dewasa beratnya antara 10 sampai 20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi lebih kurang 5mlmenitgram tiroid, kira-kira 50x lebih banyak dibanding aliran darah dibagian tubuh lainnya Cady Rossy, 1998. Pada sebelah anterior kelenjar tiroid menempel otot pretrakealis musculus.sternothyroideus dan musculus sternohyoideus kanan dan kiri yang bertemu pada midline.Otot-otot ini disarafi oleh cabang akhir nervus kranialis hipoglossus desendens dan yang kaudal oleh ansa hipoglossus. Pada bagian superfisial dan sedikit lateral ditutupi oleh fasia kolli profunda dan superfisial yang membungkus musculus sternokleidomastoideus dan vena jugularis eksterna. Sisi lateral berbatasan dengan arteri karotis komunis, vena jugularis interna, trunkus simpatikus, dan arteri tiroidea inferior Cady Rossy, 1998. Bagian posterior dari sisi medialnya terdapat kelenjar paratiroid, nervus rekuren laringeus dan esofagus.Esofagus terletak dibelakang trakea dan laring sedangkan Universitas Sumatera Utara nervus rekuren laringeus terletak pada sulkus trakeoesofagikus Cady Rossy, 1998. Sumber: Netter F.H, 2006 Gambar 2.1. Anatomi Kelenjar Tiroid Hormon tiroid disintesis oleh glandula tiroidea. Sekresi hormon dipengaruhi oleh TRH dan TSH dari hipotalamus dan hipofisis anterior. Hormon stimulator Universitas Sumatera Utara tiroid thyroid stimulating hormone, TSH memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. Proses yang dikenal sebagai negative feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Dengan demikian, sekresi tiroid dapat mengadakan penyesuaian terhadap perubahan di dalam maupun di luar tubuh Watson, 2002. Mekanisme feedback terhadap hipotalamus dan hipofisis dilakukan oleh T3 dan T4.Sel-sel follikular kelenjar tiroid mensintesis tiroksin dan tiroglobulin.Tiroksin berikatan dengan tiroglobulin. Tiroksin yang terkandung dalam tiroglobulin disekresikan ke dalam koloid secara eksositosis. Iodine dari darah masuk ke dalam sel folikel dengan bantuan iodine pump. Iodine yang sudah sampai ke koloid akan berikatan dengan tiroksin yang terkandung dalam globulin Agamemnon, 2001. Bila 1 iodine + 1 tyrosine = Monoiodotyrosine MIT Bila 2 iodine + tyrosine = Diiodotyrosine DIT MIT + DIT = T3 DIT + DIT = T4 T3 dan T4 kemudian dilepaskan ke dalam darah sedangkan iodine yang terikat pada MIT dan DIT dipergunakan kembali. TSH berperan untuk mempertahankan integritas kelenjar tiroid dan meningkatkan sekresi hormon tiroid dari kelenjar tiroid. Dalam keadaan fisiologis, faktor yang diketahui dapat meningkatkan sekresi TRH dan TSH dalam darah adalah rasangan udara dingin pada bayi baru lahir untuk meningkatkan produksi panas dan suhu tubuh Agamemnon, 2001. Sedangkan pada orang dewasa mekanisme meningkatkan suhu tubuh tidak melalui TRH atau TSH melainkan melalui jalur simpatis. Respon terhadap kenaikkan kadar hormon tiroid di dalam darah dapat dideteksi setelah beberapa jam. Durasi kerjanya bisa sangat lama oleh karena responsnya akan tetap berlangsung sampai konsentrasi hormon tiroid di dalam darah normal dan juga karena hormon tiroid tidak didegradasi Agamemnon, 2001. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Sumber: Agamemnon, 2001 Gambar 2.2. Fisiologi Kelenjar Tiroid Universitas Sumatera Utara

2.2. Histologi

Unit struktural dari tiroid adalah folikel, yang tersusun rapat, berupa ruangan bentuk bulat yang dilapisi oleh selapis sel epitel bentuk gepeng, kubus sampai kolumnar.Konfigurasi dan besarnya sel-sel folikel tiroid ini dipengaruhi oleh aktivitas fungsional kelenjar tiroid itu sendiri. Bila kelenjar dalam keadaan inaktif, sel-sel folikel menjadi gepeng dan akan menjadi kubus atau kolumnar bila kelenjar dalam keadaan aktif. Pada keadaan hipertiroidisme, sel-sel folikel menjadi kolumnar dan sitoplasmanya terdiri dari vakuol-vakuol yang mengandung koloid Koss, 2006. Folikel-folikel tersebut mengandung koloid, suatu bahan homogen eosinofilik.Variasi kepadatan dan warna daripada koloid ini juga memberikan gambaran fungsional yang signifikan; koloid eosinofilik yang tipis berhubungan dengan aktivitas fungsional, sedangkan koloid eosinofilik yang tebal dan banyak dijumpai folikel dalam keadaan inaktif berhubungan dengan beberapa kasus keganasan. Pada keadaan yang belum jelas diketahui penyebabnya, sel-sel folikel ini akan berubah menjadi sel-sel yang besar dengan sitoplasma banyak dan eosinofilik, kadang-kadang dengan inti hiperkromatik, yang dikenal sebagai oncocytes bulky cells atau Hürthle cells Koss, 2006. Sumber: Anthony, 2009 Gambar 2.3.: Histologi Kelenjar Tiroid Universitas Sumatera Utara 2.3. HIPERTIROIDISME 2.3.1. Pengertian