Teknik Analisis Data METODE PENELITIAN

maupun tidak langsung. Signifikan model tampak berdasarkan koefisien β yang signifikan terhadap jalur. 1. Pengembangan Model Berbasis Teori Langkah pertama dalam analisis jalur adalah menerjemahkan hipotesis penelitian yang bentuknya proporsional ke dalam bentuk diagram. Diagram yang digunakan dalam analisis jalur disebut diagram jalur path Diagram dan bentuknya ditentukan oleh preposisi teoritik yang berasal dari kerangka berpikir tertentu. Pengembangan diagram jalur bertujuan untuk menggambarkan hubungan kausalitas yang ingin diuji. Biasanya hubungan kausalitas dinyatakan dalam bentuk persamaan yang dibuat sebelum dilakukan analisis jalur. Hubungan kausalitas itu dapat juga digambarkan dalam sebuah diagram jalur Suwarno, 2007:69. 2. Konversi Diagram Path ke Persamaan Struktur Untuk penyelesaian analisis jalur dengan metode kuadrat terkecil maka dalam penelitian ini terdapat dua substruktur. Substruktur pertama adalah pengaruh variable motivasi dan pengembangan karir terhadap komitmen organisasi, sedangkan substruktur kedua adalah pengaruh motivasi, pengembangan karir, dan komitmen organisasi terhadap prestasi kerja. Kedua substruktur pada penelitian ini dapat ditulis persamaannya sebagai berikut: Substruktur I : Substruktur II : Dimana : = Prestasi Kerja = Motivasi = Pengembangan Karir = Komitmen Organisasi = measurement error Keterangan: βZX l = koefisisen pengaruh X l terhadap Z βZX 2 = koefisien pengaruh X 2 terhadap Z βYX l = koefisisen pengaruh X l terhadap Y βZX 2 = koefisien pengaruh X 2 terhadap Y βYZ = koefisien jalur pengaruh langsung Z terhadap Y 3. Pemeriksaan Asumsi Model Analisis Jalur Secara teoritis analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi sehingga asumsi-asumsi regresi juga terikat pada analisis jalur tersebut. Seperti dinyatakan Ghozali 2005:86 bahwa asumsi yang paling fundamental dalam analisis multivariate adalah normalitas. Analisis jalur pastinya termasuk dalam analisis multivariate karena pasti menggunakan lebih dari 1 variabel. Selain normalitas, uji prasyarat yang lain adalah multikolinearitas. Selain itu, prasyarat yang lain adalah uji linearitas, skala datanya harus interval, dan uji autokorelasi. Menurut Olobatuyi 2006 the assumptions for path analysis include: linearity, interval level of measurement, normality, and autocorrelation http:olahdata.com. Namun, autokorelasi bisa diabaikan apabila data berupa data cross section bukan time series. Seperti diterangkan oleh Stokes 1997, Armstrong 2001, Doane, et al 2008, Verbeek 2008 dan Abrams 2010 bahwa uji autokorelasi bisa diabaikan dalam penelitian yang menggunakan data cross-section http:olahdata.com. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, maka uji prasyarat analisis jalur yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji linieritas. a. Uji Normalitas Menurut Ghozali 2005:18, uji normalitas data sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak yang digunakan dalam penelitian adalah data yang distribusi normal. Dalam penelitian ini normalitas data dilihat dengan Kolmogorov Smirnov test dengan menetapkan derajat keyakinan α sebesar 5. Uji ini dilakukan pada setiap variabel dengan ketentuan bahwa jika secara individual masing-masing variabel memenuhi asumsi normalitas maka secara simultan variabel-variabel tersebut juga bisa dinyatakan memenuhi asumsi normalitas. Kriteria pengujian dengan melihat besaran Kolmogorov Smirnov test adalah sebagai berikut: 1 Jika nilai signifikan 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal 2 Jika nilai signifikan 0,05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas merupakan pengujian dari asumsiyang berkaitan bahwa antara variabel-variabel bebas dalam suatu model tidak saling berkolerasi satu dengan yang lainnya. Kolinearitas ganda terjadi apabila terdapat hubungan yang sempurna antar variabel bebas, sehingga sulit untuk memisahkan pengaruh tiap-tiap variabel secara individu terhadap variabel terikat. Salah satu cara untuk melihat terjadinya multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai VIF Variance Inflation Factor dengan ketentuan apabila nilai VIF5, maka terjadi multikolinearitas. Begitupun sebaliknya, jika nilai VIF5, maka tidak terjadi multikolinearitas Gujarati, 1999:299. c. Uji Linieritas Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau kubik Ghozali, 2005:93. Dengan uji ini akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya linear, kuadrat atau kubik. Dalam penelitian ini untuk mengetahui terpenuhinya asumsi linearitas digunakan bantuan SPSS dengan melihat nilai deviation from linearity yang akan menunjukkan seberapa jauh model kita menyimpang dari model linier. Jika hasilnya tidak signifikan p 0,05 maka model dapat dikatakan linier. 4. Pengujian Hipotesis a. Uji Pengaruh Langsung Uji signifikansi untuk koefisien jalur pengaruh langsung sama seperti pada uji koefisien regresi metode OLS dengan menggunakan t-tes. Uji t digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh langsung dari variabel bebas secara parsial individu terhadap variabel tidak bebas dengan rumus sebagai berikut Sugiyono, 2006:84: b 1 t = S b1 Dimana: b 1 = koefisien regresi linier dari X 1 dan X 2 S = standart error dari b 1, b 2 Perumusan Hipotesis: 1 H : b 1  b 2  0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas Xi dengan Y secara individu.. 2 Ho ≠ b 1 ≠ b 2 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Xi dengan Y. Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara t hitung dengan t tabel pada taraf nyata  yang digunakan sebesar 5 dengan derajat kebebasan : df = n - k. Kriteria pengujian yang digunakan adalah: 1 Apabila t hitung t tabel berarti H o ditolak dan H a diterima, jadi variabel bebas secara parsial memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat. 2 Apabila t hitung t tabel berarti H o diterima dan H a ditolak, jadi variabel bebas secara parsial tidak memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat. b. Uji Pengaruh Tak Langsung Pengujian pengaruh tidak langsung dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tidak langsung motivasi dan pengembangan karir terhadap prestasi kerja melalui komitmen organisasi. Pengujian hipotesis mediasi dapat dilakukan dengan prosedur yang dikembangkan oleh Sobel dalam Baihaqi, 2010:72 dan dikenal dengan Uji Sobel Sobel Test. Uji Sobel ini dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variabel independen X kepada variabel dependen Y melalui variabel perantara Z. Pengujian pengaruh tidak langsung digunakan rumus sebagai berikut: Nilai Z hitung ini dibandingkan dengan nilai z tabel dengan tingkat signifikansi 0,05 yaitu 1,96. Jika nilai Z hitung lebih besar dari nilai Z tabel maka dapat disimpulkan bahwa terjadi pengaruh mediasi dari variabel perantara. c. Uji Serempak Uji F Uji F dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis yang menyatakan bahwa Motivasi X1 dan Pengembangan Karir X2 secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi. Perumusan hipotesis: 1 H : b 1  b 2  b 3  b 4  b 5  0 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. 2 Ho ≠ b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ b 4 ≠ b 5 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujuan melalui Uji F ini dengan jalan membandingkan F hitung dengan F tabel pada taraf nyata  yang digunakan sebesar 5 dengan derajat kebebasan : df k - 1 n - k - 1. Kriteria pengujian yang digunakan adalah: 1 Apabila F hitung F tabel berarti H o ditolak dan H a diterima, jadi variabel bebas secara simultan memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat. 2 Apabila F hitung F tabel berarti H o diterima dan H a ditolak, jadi variabel bebas secara simultan tidak memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat. 99

BAB IV HASIL PENELITIAN ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Sebelum berdirinya Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan DPUBMP Kabupaten Situbondo bernama Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Dinas Daerah yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Organisasi Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Situbondo, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2001, kemudian Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2002, kemudian pada tahun 2008 DPUK diganti dengan nama Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Situbondo, berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten SitubondoNomor 7 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Dinas daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Situbondo. Selanjutnya pada tahun 1982 dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Situbondo nomor: 20 Tahun 1981 tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pekerjaan Umum Daerah. Saat itu Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Situbondo membawahi seksi Pengairan, seksi Bina Marga, Seksi Cipta Karya dan Seksi Peralatan dan Perbekalan. Pada tahun 2000 dengan Peraturan Daerah Kabupaten Situbondo Nomor 18 tahun 2000, Seksi Bina Marga dan Seksi Pengairan digabung menjadi satu dinas yang dipimpin seorang Kepala Dinas menjadi Dinas Bina Marga dan Pengairan. Selanjutnya Seksi Cipta Karya menjadi Dinas Cipta Karya dan Pembinaan Prasarana Daerah yang juga dipimpin seorang Kepala Dinas. DPUBMP memiliki tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah dibidang Bina Marga dan Pengairan. DPUBMP memiliki fungsi; perumusan kebijakan teknis dibidang Bina Marga dan Pengairan, pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum, pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas dan cabang dinas dibidang bina marga dan pengairan, pengelolaan urusan ketatausahaan dinas. Dalam menjalankan tugas pokok, fungsi, dan wewenangnya DPUBMP dibantu oleh UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas yang tersebar dalam enam wilayah kerja se Kabupaten Situbondo. UPTD-UPTD ini menjadi ujung tombak dalam hal pelayanan terhadap masyarakat, terutama di bidang pengairan. Para juru pengairan yang bekerja sama dengan Himpunan Pengguna Air HIPPA menjadi sebuah pelayanan terdepan yang dituntut untuk siap sedia selama 24 jam dalam hal pelayanan pada masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya Dinas Bina Marga dan Pengairan pada Bulan September 2014 telah dikukuhkan menjadi Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pengairan DPUBMP sebagai aktualisasi garis koordinasi kepada Kementerian Pekerjaan Umum.

4.1.1 Visi dan Misi

Visi Terpenuhinya kebutuhan kehidupan masyarakat lingkup bidang bina marga dan pengairan. Misi a. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dengan menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dibidang kebinamargaan dan pengairan. b. Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat dibidang kebinamargaan serta pengairan.

4.1.2 Struktur Organisasi

Suatu organisasi agar dapt menjalankan kegiatan dengan lancar, tertib, maka diperlukan adanya alat atau sarana yaitu struktur organisasi. Pada hakikatnya instansi terdiri dari orang-orang yang kegiatannya harus dikoordinasikan yang tercermin dalam sebuah kerangka kerja yang tertib, logis, dan serasi yang saling berhubungan dan kerja sama atas dasar pembagian kerja. Adapun struktur organisasi beserta uraian tuags dan tanggungjawab masing- masing jabatan disajikan sebagai berikut: