Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Ratna 2003: 1 bahwa : “ Sosiologi berasal dari kata sosio yang berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman dan
logi berarti, sabda, perkataan, perumpamaan. Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, sosiosocius berarti masyarakat, logilogos berarti ilmu. Jadi, sosiologi
berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya
umum, rasional, dan empiris”.
2.1.1 Sosiologi Sebagai Pendekatan Sastra
Hubungan sosiologi dengan sastra dimediasi oleh kenyataan. Secara lebih spesifik relasi ini yang menganalisis objek karya sastra dengan hukum dan teori sosiologi untuk merelasikan
hubungan sosiologi antara karya sastra dengan masyarakat. Abram 1960 dalam kurniawan, 2012: 9 menyatakan bahwa :
“Dalam klasifikasi pendekatan terhadap karya sastra mengungkapkan pendekatan mimetik, yaitu suatu pendekatan yang menganggap bahwa sastra adalah cerminan
kenyataan”.
yaitu sosiologi sastra pada sastra sebagai cermin masyarakat, yaitu sejauh mana sastra mencerminkan keadaan masyarakat. Serta selalu menggambarkan dunia yang menggambarkan
dunia yang sebenarnya. Oleh karena itu, kenyataan sosial imajiner sastra juga merepresentasikan kenyataan yang sebenarnya. Dari konsep inilah hubungan sosiologi dengan sastra dimediasi oleh
kenyataan sosial yang sebenarnya. Hubungan sosiologi dan sastra dimediasi oleh fakta sastra. Sastra adalah dunia yang
disusun dalam deskripsi kata-kata, atau ada yang menyebut “sastra sebagai dunia kata”, artinya, dunia yang mempresentasikan kehidupan dibangun dan disusun dalam kata. Oleh karena itu,
dunia sebagai peristiwa dalam sastra memiliki relasi dengan kondisi sosial masyarakat yang diacu. Hal ini sebagai mana diungkapkan oleh:
Universitas Sumatera Utara
Teeuw 1980:7 yang menyatakan bahwa : “Sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya. Artinya, konteks peristiwa yang dibangun
dan disusun dalam sastra jelas berkaitan dengan budaya dan kondisi sosial yang menginternal dalam diri penulis.”
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mendekatkan sebuah karya sastra, misalnya melalui apresiasi. Apresiasi adalah penghargaan dan pemahaman atas hasil seni atau budaya.
Natawijaya 1990: 3 mengatakan : Membuat tingkat apresiasi dalam sosiologi sebagai pendekatan sastra, tingkat apresiasi
dalam sosiologi sebagai pendekatan sastra. Tingkat apresiasi sastra itu dibagi lima yaitu : “Tingkat penikmat, tingkat penghargaan, tingkat pemahaman, tingkat penghayatan dan
tingkat implikasi. Tingkat penikmat dan penghargaan berdasarkan tingkat operasionalnya masih bersifat monoton atau merasa senang serta bersifat pemilikan atau merasa kagum.
Sedangkan tingkat pemahaman, tingkat penghayatan dan implikasi berdasarkan tindakan operasional telah bersifat studi dan meyakini akan karya sastra yang diapresiasikan.
Selain itu, pendekatan sastra dapat juga dilakukan melalui kritik, kritik adalah upaya menentukan nilai hakiki pada sastra dalam bentuk memberi pujian, mengatakan
kesalahan, memberikan pertimbangan melalui pemahaman dan penafsiran yang tepat”.
Disamping tingkat apresiasi, ada pula cara lain yang dilakukan dalam upaya mendekati sebuah karya sastra, karya sastra terbagi atas dua yakni berdasarkan bentuk dan isi. Maka cara
lain yang penulis maksud adalah berdasarkan isi karya, yang misalnya mengandung nilai agama, psikologi, filsafat dan lain-lain.
Meskipun bentuk pendekatan melalui salah satu tingkat apresiasi atau melalui satu jenis kritik, akan tetapi terkandung pendekatan tetap mengutamakan isi karya sastra tersebut. Artinya,
mendekati karya sastra itu melalui isi yang dalam hal ini adalah sosiologi.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Teori yang Digunakan