Tema Alur atau Plot

BAB 1V PEMBAHASAN

4.1. Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Pulau Si Kantan

4.1.1 Tema

Tema yang dipaparkan dalam cerita Pulau Si Kantan ini adalah tema Anak Durhaka, yaitu ketika sudah tinggal di istana dan menikah dengan putri raja si Kantan menjadi sombong dan tinggi hati, dan menyebabkan si Kantan lupa pada ibu kandungnya yang ditinggalkannya sendiri di Hutan. Ini jelas terlihat pada kutipan berikut: “Hei, perempuan jelek Enak saja mengaku-ngaku sebagai ibuku. Aku tidak punya ibu seburuk kamu” hardik si Kantan dengan kesal. “Tenang, Kanda Siapa tahu wanita itu benar ibu kanda. Sepertinya ia sangat mengenal Kanda, sahut sang istri menenangkan suaminya. “Tidak, Istriku Ia bukan ibuku. Ibuku masih muda dan cantik,” bantah si Kantan. “Hei, orang tua gila Jangan dekati kapalku. Dasar perempuan pembawa sial” si Kantan kembali mencaci-maki ibunya, Pengawal Usir dia dari sini” perintah si Kantan”. Berdasarkan kutipan diatas memperjelas tentang tema anak durhaka yang disebabkan oleh kekayaan dan kejayaan yang dimiliki oleh si Kantan menyebabkan ia lupa pada ibu kandungnya. Akan tetapi sesombong dan sekuat apapun Kantan, ia akhirnya tenggelam bersama kapal besarnya. Dalam cerita Pulau Si Kantan tampak unsur-unsur kesombongan yang dimiliki oleh Kantan sebagai orang yang kaya dan tinggal di istana. Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tema dari Pulau Si Kantan adalah kesombongan dan keangkuhan yang merugikan dirinya sendiri. Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Alur atau Plot

1. Situation mulai melukiskan suatu keadaan Setiap pada permulaan cerita, pembaca akan diperkenalkan terlebih dahulu tentang permulaan terjadinya sebuah kisah atau dapat dilakukan pengantar kepada cerita, pada latar aksi dipaparkan tentang terjadinya cerita, perkenalan watak-watak dalam cerita itu. Cerita Pulau Si Kantan pada latar aksi memulakan kisah mengenai seorang ibu yang mendapat petunjuk lewat mimpi, dan kemudian berniat untuk membuktikan pesan dalam mimpinya. Hal ini didukung oleh kutipan berikut : “Pada suatu malam, amak si Kantan baghmimpi didatangi oleh saoghang atok tua yang indak dikonalnya. Dalam mimpinya, atok tua ika manyughuhnya pogi manggali tanah di sabuah tompat di dalam hutan. Pada pagi haghinya, ia mancaghitakan mimpinya tasobut kepada si Kantan. “Ai mak, enen mimpi bagus en, Mak Cocoknya kita laksanakan patunjuknya en. Siapa tau ika bisa mangubah nasib kita,” kata si Kantan. Maka, amak dan anak ika pogi ka hutan dengan mambawa linggis.” 2 . Generating circumstances peristiwa yang bersangkutan mulai bergerak Peristiwa selanjutnya mulai terjadi setelah melihat sebuah benda yang mereka temukan dibawah pohon tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan cerita berikut : “Sasampenya di hutan, amak si Kantan baghusaha mangingat-ingat patunjuk yang ditaghima dari atok tua di dalam mimpinya. “Botul, Kantan Tompatnya poghsis di sika” kata amak Kantan dengan yakinnya. “Baiklah, Mak Samoga ingatan Amak indak salah,” kata si Kantan. Si Kantan pun mulai manggali tanah di bawah sabuah pohon yang bosagh dengan ponuh samangat. Satolah manggali sadalam dua kaki, si Kantan pun manomukan sabuah bonda yang tagh bungkus kain putih yang sudah bughuk. “Mak, Kantan manomukannya” “Bonda apa en, Nak?”tanya sang amak panasaran. “Ontahlah, Mak” jawab si Kantan.” “Tanpa baghpikir panjang, bonda panjang yang taghbungkus kain ika segogha dibukanya. Taghnyata bonda ika sabuah tungkat omas yang baghhiaskan paghmata. Tengoklah, Mak Bondaka botul-botul hebat. Bonagh, Anakku Baghangkali Tuhan ingin mangubah nasib kita ka yang udah lama mandaghita ka.” Universitas Sumatera Utara 3. Rising Action keadaan mulai memuncak Keadaan mulai memuncak ketika Ibu dan Kantan berniat menjual tongkat emas itu ke pulau lain, karna di daerah tempat tinggal mereka tak ada yang sanggup untuk membeli benda sebagus itu dengan harga tinggi. Hal ini dapat dari kutipan cerita berikut : “Tapi, Mak Siapa na sanggup memboli bonda yang sangat bahaghga ka?” tanya si Kantan. “Botul jua katamu, Nak Panduduk desa ka ghata-ghata hanya patani biasa ja, pandapatannyapun pas-pasan sijo. Bagaimana kalo ko jual sijo kapulo lain?” usul amak si Kantan. Si Kantan maneghima usulan amaknya dengan sonang hati. Namun, di sisi lain, ia sangat sodih kaghena akan maninggalkan amaknya yang udah tua itu sandighian.” Rising action meningkat saat Kantan memutuskan untuk pergi ke pulau lain untuk menjual tongkat emas tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan cerita berikut : “Keesokan haghinya, si Kantanpun bapamitan kapada amaknya. “Jaga dighi baik-baik, na Mak Satolah bondaka tajual, Kantan akan sagogha balek manomui Amak,” ucap si Kantan kapada amaknya. “Baiklah, Anakku Baghangkatlah dan hati-hati di jalan Jangan lupa copat pulang kalo udah baghasil,” seru sang amak. “Baiklah, Mak Kantan baghangkat” pamit si Kantan sambil mencium tangan amaknya. Tiba-tiba suasana haghu manyalimuti hati amak dan anak ika. Tak taghasa, sang amak maneteskan aigh mata, lalu dipoluknya anak satu-satunya ika dengan eghat-eghat. “Nak, Jangan lupakan Amakmu di sika. Copatlah balek” pesan sang amak. “Iya, Mak Kantan bajanji balek sacopatnya”. Jawab si Kantan mambalas polukan amaknya.” “Dalam perjalanan menuju ke pelabuhan, ia bertemu dengan beberapa hulu balang dari Kerajaan Malaka yang sedang berkeliling ronda di kota itu. “Hai, Anak Muda Benda apa yang sedang kamu bawa itu?” tanya salah seorang hulu balang. “Tongkat Emas, Tuan” jawab si Kantan. Lalu ia menceritakan maksud kedatangannya ke kota itu. “Bagaimana jika benda itu kamu tawarkan kepada raja kami. Siapa tahu beliau tertarik.” Hulu balang lainnya menawarkan.” 4. climax peristiwa baru mencapai puncak Peristiwa baru mencapai puncak setelah Kantan sampai di Istana dan bertemu dengan Raja, dan Raja ingin menukarkan tongkat emas dengan imbalan menikahi putrinya dan tinggal di Istana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut : Universitas Sumatera Utara “Sang Raja kemudian mengamati benda itu. “Aduhai, istimewa sekali benda ini,” gumam Baginda Raja. Setelah itu, ia berkata kepada si Kantan, “Hai, Anak Muda Aku sangat tertarik dengan tongkat emas engkau ini. Tapi, aku tidak ingin membelinya dengan uang. Bagaimana jika engkau tinggal di istana ini dan aku jadikan menantuku?” sang Raja menawarkan. ”Ampun,Baginda Jika itu kehendak Baginda, hamba menerima tawaran itu,” jawab si Kantan sambil memberi hormat. Seminggu kemudian, si Kantan pun dinikahkan dengan putri raja yang cantik jelita. Pesta pernikahannya dilangsungkan dengan sangat meriah”. Keadaan mulai mulai memuncak ketika Putri ingin bertemu dengan ibu mertuanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan cerita berikut : “Sang istri selalu mendesak ingin bertemu mertuanya dan ingin melihat kampung halaman suaminya. “Kanda” Kapan Kanda akan mengajak Dinda untuk menemui ibu di kampung?” tanya sang istri. Mula-mula si Kantan enggan mengabulkan permintaan istrinya dengan alasan sibuk mengurus istana. Namun, karena didesak terus oleh istrinya dan direstui oleh Baginda Raja, maka si Kantan pun tidak bisa mengelak lagi. “Baiklah, Dinda Besok pagi kita berangkat” janji si Kantan kepada istrinya”. 5. Ending penyelesaian Ending adalah penutup pada akhir Cerita Pulau Si Kantan. Penyelesaian pada cerita ini diakhiri dengan sampainya Kantan di Pelabuhan di Labuhan Bilik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut : “Daghi anjungan kapal, nampaklah oleh magheka saoghang peghempuan tua yang sodang mandayung sampan ka aghah kapalnya. “Kantaaan, Anakku Aku ka amakmu yang ko tinggalkan dolu,” taghiak amak tua ika.“Hei, perempuan jelek Enak sijo mangaku-ngaku sebagai amakku. Aku indak punya amak saburuk kau” caci si Kantan dengan kesal. “Tenang, Kanda Siapa tahu wanita itu benar ibu Kanda, Sepertinya ia sangat mengenal Kanda,” sahut sang istri menenangkan suaminya. Seburuk apapun dia, bukanlah suatu masalah yang besar kanda, aku tidak merasa keberatan dan malu mengakuinya sebagai mertuaku, aku yakin dia ibumu karena dia sangat mengenalimu. “Tidak, Istriku Ia bukan ibuku. Ibuku masih muda dan cantik,” bantah si Kantan. “Hei, orang tua gila Jangan dekati kapalku. Dasar perempuan pembawa sial” si Kantan kembali mencaci-maki amaknya. “pengawal, usir dia dari sini ” perintah si kantan.” “Satolah babaghapa pangawal mangusigh peghempuan tua ika, si Kantan kambali mamaghintahkan pangawalnya untok mamutagh haluan kapal dan kambali ka Malaka. Sementagha ika, peghempuan tua ika bagai disambagh petigh melihat peghilaku anak kesayangannya, yang sungguh di luagh dugaan. Dadanya teghasa sesak, aigh matanya pun tak taghbendung lagi. Dengan sisa tanaganya, ia mangayuh sampannya kambali ke Universitas Sumatera Utara guboknya dengan peghasaan hancugh-lebugh. Ia sangat sodih kaghena telah, Diusigh oleh anak kandungnya sendighi.” “Dengan deghaian aigh mata, ia pun beghdoa, “Ya Tuhan, budak en udah dughaka sama amaknya yang malahighkan mambosaghkannya ka. Boghi ia palajaghan, agagh ia manjadi anak nan tau babakti pada oghang tua” “Baghu sijo ucapan ika lopas daghi mulut sang amak, tiba-tiba potigh manyambagh, hujan badai yang sangat dahsyat pun datang. Tak baghapa lama, aigh Sungai Baghumun pun bagulung-gulung lalu menghantam kapal si Kantan dengan baghtubi-tubi. Kapal bosagh yang mogah ika pun tanggolam ka dasagh Sungai Baghumun. Salughuh awak kapal tak dapat menyelamatkan dighi, taghmasuk si Kantan dan istghinya.” “Satolah kapal ika udah indak nampak lagi, suasana kembali tenang sepeghti samula. Bebeghapa haghi kamudian, muncullah sabuah pulo kocil di tompat kajadian ika, yaitu topatnya di tongah-tongah Sungai Baghumun dan beghhadapan dengan kota Labuhan Bilik.”

4.1.3 Latar atau Setting