guboknya dengan peghasaan hancugh-lebugh. Ia sangat sodih kaghena telah, Diusigh oleh anak kandungnya sendighi.”
“Dengan deghaian aigh mata, ia pun beghdoa, “Ya Tuhan, budak en udah dughaka sama amaknya yang malahighkan mambosaghkannya ka. Boghi ia palajaghan, agagh ia
manjadi anak nan tau babakti pada oghang tua” “Baghu sijo ucapan ika lopas daghi mulut sang amak, tiba-tiba potigh manyambagh,
hujan badai yang sangat dahsyat pun datang. Tak baghapa lama, aigh Sungai Baghumun pun bagulung-gulung lalu menghantam kapal si Kantan dengan baghtubi-tubi. Kapal
bosagh yang mogah ika pun tanggolam ka dasagh Sungai Baghumun. Salughuh awak kapal tak dapat menyelamatkan dighi, taghmasuk si Kantan dan istghinya.”
“Satolah kapal ika udah indak nampak lagi, suasana kembali tenang sepeghti samula. Bebeghapa haghi kamudian, muncullah sabuah pulo kocil di tompat kajadian ika, yaitu
topatnya di tongah-tongah Sungai Baghumun dan beghhadapan dengan kota Labuhan Bilik.”
4.1.3 Latar atau Setting
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan watak dan lingkungan sosial.
Nurgiyantoro 2001 : 227 menyatakan bahwa : “Unsur latar dapat dibedakan menjadi tiga unsur pokok yaitu tempat, waktu dan sosial.
Ketiga unsur ini walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya”.
Dalam cerita Pulau Si Kantan ini dapat dibagi menjadi tiga latar yaitu : 1.
Latar tempat 2.
Latar waktu 3.
Latar social
Universitas Sumatera Utara
a. Latar tempat, latar ini menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan pada sebuah karya sastra. Unsur tempat yang digunakan berupa tempat dengan nama tertentu, inisial
tertentu maupun lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat-tempat yang bernama adalah nama- nama yang dijumpai dalam dunia nyata misalnya, Hutan, Pelabuhan, Labuhan Bilik, Selat
Malaka, Istana, Gubuk. b. Latar Waktu, latar ini berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.
Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita. Pembaca berusaha memahami dan menikmati cerita
berdasarkan acuan waktu yang diketahui yang berasal dari luar cerita yang bersangkutan. Adanya persamaan perkembangan atau kesejalanan waktu tersebut juga dimanfaatkan untuk
mengesani pembaca seolah-olah cerita itu sungguh-sungguh ada terjadi. c. Latar sosial, latar ini menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan
sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkungan yang cukup kompleks. Dia dapat
berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, bersikap dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Setelah penulis membaca dan memahami cerita rakyat Pulau Si Kantan maka latar yang terdapat dalam cerita tersebut adalah sebagai berikut :
1. Latar tempat, latar tempat yang ada pada cerita Pulau Si Kantan yaitu : a. Labuhan Bilik, tempat tinggal Kantan dan ibunya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita
berikut : “Pada zaman dahulu kala, di tepi sebuah sungai di daerah Labuhanbatu, Sumatera Utara
sekitar Desa Sungai Durhaka, Labuhan Bilik, hiduplah seorang janda tua bersama seorang anak laki-lakinya bernama si Kantan”.
b. Di Gubuk tempat tinggal Kantan dan ibunya. Hal ini dapat dillihat pada kutipan berikut: “Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil yang sudah reot. Ayah si Kantan, sudah lama
meninggal dunia. Sejak itu, ibu si Kantanlah yang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.Si Kantan seorang anak yang tampan, rajin dan tekun bekerja”.
c. Di Pasar tempat mereka menjual kayu bakar yang mereka kumpulkan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut :
“Satiap haghi ia mambantu amaknya mancari kayu bakar di hutan untuk dijual ke pasar”. d. Di Hutan, ibu Si Kantan berusaha mengingat-ingat petunjuk yang diterima dari atok tua
didalam mimpinya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut : “Maka, amak dan anak ika pogi ka hutan dengan mambawa linggis. Sasampenya di
hutan, amak si Kantan baghusaha mangingat-ingat patunjuk yang ditaghima dari atok tua di dalam mimpinya. “Botul, Kantan Tompatnya poghsis di sika” kata amak Kantan
dengan yakinnya. “Baiklah, Mak Samoga ingatan Amak indak salah,” kata si Kantan.”
Universitas Sumatera Utara
e. Dibawah sebuah Pohon, Amak si Kantan bermimpi didatangi oleh seorang atok tua yang tidak dikenalnya. Dalam mimpinya, atok tua itu menyuruhnya poi menggali tanah disebuah tempat di
dalam Hutan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Si Kantan pun mulai manggali tanah di bawah sabuah pohon yang bosagh dengan ponuh
samangat. Satolah manggali sadalam dua kaki, si Kantan pun manomukan sabuah bonda yang tagh bungkus kain putih yang sudah bughuk. “Mak, Kantan manomukannya”
“Bonda apa en, Nak?”tanya sang amak panasaran. “Ontahlah, Mak” jawab si Kantan.
f. Di sungai Barumun menuju laut lepas, menuju Malaka. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut :
“Satolah ika, beghangkatlah si Kantan dengan sabuah tungkang manyusughi Sungai Baghumun manuju laut lopas, manuju Malaka. Baghhaghi-haghi udah si Kantan
taghombang-ambing oleh galombang di tongah laut. Meskipun paghjalanan ika mangughas tanaga dan mambosankan, namun hal ika indaklah mambuat niat si Kantan
sughut. Ia yakin bahwa hasil daghi panjualan tungkat omas ika akan mangubah nasibnya manjadi lobih baik.”
g. Di Malaka, ia pun segera menawarkan kepada para pedagang disana. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut :
“Setibanya di Malaka, ia pun segera menawarkan kepada para pedagang disana. Seluruh pedagang di kota itu sudah ia tawari, namun tak seorang pun yang sanggup membelinya.
Ia pun berniat kembali ke kampung halamannya
tanpa membawa hasil. Dalam perjalanan menuju ke Pelabuhan, ia bertemu dengan beberapa hulu balang dari Kerajaan Malaka yang sedang berkeliling ronda di kota itu”.
h. Di Istana, para hulu balang melaporkan kepada raja, bahwa pemuda miskin itu ingin menjual sebuah benda yang sangat berharga. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut :
“Si Kantan menerima tawaran itu. Ia kemudian dibawa untuk menghadap kepada sang raja. Setibanya di istana, para hulu balang melaporkan kepada raja, bahwa pemuda
miskin itu ingin menjual sebuah benda yang sangat berharga. Sang Raja kemudian mengamati benda itu”.
Universitas Sumatera Utara
i. Di Kapal pribadinya yang besar dan mewah, si Kantan dan istrinya beserta puluhan prajurit istana berlayar menuju Pulau Sumatera. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut :
“Dengan menggunakan kapal pribadinya yang besar dan mewah, si Kantan dan istrinya beserta puluhan prajurit istana berlayar menuju Pulau Sumatera. Setelah berhari-hari
mengarungi Selat Malaka, akhirnya kapal si Kantan berlabuh di kota kecil, Labuhan Bilik, yang terletak di muara Sungai Barumun. Penduduk setempat sangat terkejut
dengan kehadiran kapal sebesar itu.”
j. Di muara Sungai Barumun. Penduduk setempat sangat terkejut dengan kehadiran kapal sebesar itu. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut :
“Labuhan Bilik, yang terletak di muara Sungai Barumun. Penduduk setempat sangat terkejut dengan kehadiran kapal sebesar itu. Mereka pun berdatangan ke pelabuhan ingin
melihatnya dari dekat. Woiiii, mogah kali kapal enen Tapi, siapa ja pamiliknya?”
k. Di anjungan Kapal. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut. “Oiii, lihat enen” seru panduduk lainnya sambil menunjuk ka arah saoghang laki-laki
gagah baghsama seoghang wanita cantik baghdighi di anjungan kapal. “Indak ja jantan enen si Kantan?” tanya saoghang panduduk mangonali si Kantan. “Osahmu enen si
Kantan, lajang na tinggal di gubok di topi sungai enen”, kata seoghang panduduk yang juga mangonal si Kantan”.
l. Di Pelabuhan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut. “Akhighnya, ibu tua ika mamutuskan untuk manyusul anaknya di palabuhan. Dengan
menggunakan sampan, janda tua ika manyusughi Sungai Baghumun manuju Palabuhan tompat kapal si Kantan baghlabuh. Ia udah indak sabagh lagi ingin mamoluk anak yang
sangat disayanginya ika”.
2. Latar waktu, dalam cerita Pulau Si Kantan ini seperti yang biasa pada sebuah karya sastra lama klasik lainnya. Dalam cerita Pulau Si Kantan ini waktu yang diceritakan sebagian besar
tidak dinyatakan dengan tepat dan jelas. Misalnya pada zaman dahulu, setiap hari, pada suatu
Universitas Sumatera Utara
malam, pada pagi harinya, keesokan harinya, berhari-hari, seminggu kemudian, sejak itu, sementara itu, bertahun-tahun, baru saja. Hal ini dapat dilihat pada kutipan cerita berikut :
a. Pada zaman dahulu, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Pada zaman dolu kala, ditopi sabuah sungai didaeghah Labuhanbatu, Sumatera Utara
sakitagh Desa Sungai Dughhaka, Labuhan Bilik, hiduplah saoghang janda tua baghsama saoghang anak laki-lakinya baghnama si Kantan.”
b. Setiap hari, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Setiap haghri ia mambantu amaknya mencaghi kayu bakagh di hutan untuk dijual ka
pasagh”. c. Pada suatu malam, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut :
“Pada suatu malam, amak si Kantan baghmimpi didatangi oleh saorang atok tua yang indak dikonalnya. Dalam mimpinya, atok tua ika manyughuhnya pogi manggali tanah
disabuah tompat didalam hutan.”
d. Pada pagi harinya, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Pada pagi haghinya, ia mancaghitakan mimpinya tasobut kepada si Kantan. “Ai mak,
enen mimpi bagus en, Mak Cocoknya kita laksanakan patunjuknya en. Siapa tau ika bisa mangubah nasib kita,” kata si Kantan.”
e. Keesokan harinya, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Keesokan haghinya, si Kantanpun bapamitan kapada amaknya. “Jaga dighi baik-baik, na
Mak Satolah bondaka tajual, Kantan akan sagogha balek manomui Amak,” ucap si Kantan kapada amaknya.”
f. Berhari-hari, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Baghhaghi-haghi udah si Kantan taghombang-ambing oleh galombang di tongah laut.
Meskipun paghjalanan ika mangughas tanaga dan mambosankan, namun hal ika indaklah mambuat niat si Kantan sughut.”.
g. Seminggu kemudian, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut :
Universitas Sumatera Utara
“Seminggu kemudian, si Kantan pun dinikahkan dengan putri raja yang cantik jelita. Pesta pernikahannya dilangsungkan dengan sangat meriah.
h. Sejak itu, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Sejak itu, si Kantan resmi menjadi anggota keluarga istana Kerajaan Malaka. Ia bersama
istrinya hidup bahagia di istana.Kehidupan yang serba mewah membuat si Kantan lupa kepada ibunya yang sudah tua dan hidup sendirian di kampung”.
i. Sementara itu, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Sementara itu, sang istri selalu mendesak ingin bertemu mertuanya dan ingin melihat
kampung halaman suaminya. “Kanda” Kapan Kanda akan mengajak Dinda untuk menemui ibu di kampung?” tanya sang istri”.
j. Bertahun-tahun, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Paghampuan tua ika sangat sonang, kaghena anak yang ditunggu-tunggunya salama
baghtahun-tahun tolah kambali. Saat managhima baghita ika, ia mamutuskan untok manunggu anaknya dengan sabagh di gubok reotnya.”
k. Baru saja, dapat dilihat pada kutipan cerita berikut : “Baghu sijo ucapan ika lopas daghi mulut sang amak, tiba-tiba potigh manyambagh,
hujan badai yang sangat dahsyat pun datang. Tak baghapa lama, aigh Sungai Baghumun pun bagulung-gulung lalu menghantam kapal si Kantan dengan baghtubi-tubi.”
3. Latar sosial, dalam cerita Pulau Si Kantan adalah sosial secara keseluruhan yang ada didalam cerita . latar sosial mengarah kepada hal-hal yang berkaitan dengan perilaku kehidupan sosial
masyarakat. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkungan yang cukup kompleks yaitu berupa kebiasaan hidup, adat-istiadat, tradisi, spiritual
dan lain sebagainya. Dalam cerita ini Sejak itu, si Kantan resmi menjadi anggota keluarga istana kerajaan Malaka. Ia bersama istrinya hidup bahagia di istana. Maka tersiarlah kabar bahwa si
Kantan telah menjadi kaya-raya, bagai seorang Raja dengan kapalnya yang besar dan megah. Dalam hal ini gelar Raja juga tersemat pada namanya yang bila ditinjau dari segi
kemasyarakatannya akan adanya sikap masyarakat terhadap Raja. Dalam cerita ini juga dapat dilihat kelas sosial yang dimiliki ibu Kantan, dimana ibunya
hanya seorang janda tua, tinggal disebuah gubuk kecil yang sudah reot, Setiap hari ia mencari
Universitas Sumatera Utara
kayu bakar di hutan untuk dijual ke pasar. pada cerita ini sangat jelas terlihat latar sosial yang berbeda antara Kantan dan Ibunya, yang secara kelas sosial mereka sangat berbeda.
Suasana umum tokoh cerita yang termasuk didalam latar ini dimaksudkan untuk memudahkan tanggapan terhadap masalah yang akan timbul kemudian. Dalam kesempatan ini,
latar yang membawa sebagian perwatakan atau tokoh akan dibahas pada penokohan.
4.1.4 Perwatakan