240 Buku Guru Kelas XI SMASMK
hidup tersebut membuat Romo Mangun mengenal arti humanisme. Ia menyaksikan sendiri rakyat Indonesia menderita, kelaparan, terancam jiwanya, dan bahkan mati
sia-sia akibat aksi militer Belanda yang mencaplok wilayah Republik. Berangkat dari pengalaman hidup inilah, Romo Mangun bertekad untuk sepenuhnya mengabdikan
diri pada rakyat. Putu Wijaya, seorang dramawan dan novelis pernah bertutur, “Romo Mangun adalah seorang yang sangat dekat dengan rakyat. Dia selalu berpihak
kepada mereka yang tertindas. Contohnya, kepeduliannya pada warga Kali Code dan Kedung Ombo. Perhatiannya selalu kepada rakyat sederhana, miskin, disingkirkan,
dan tertindas.”
Sumber: Buku “Kotak Hitam Sang Burung Manyar, Kebijaksanaan dan Kisah Hidup Romo Mangunwijaya”, oleh YSuyatno Hadiatmojo, Pr, Galang Press, Yogyakarta, 2012
12. Pendalaman Cerita
• Guru mengajak para peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk berdiskusi. Pertanyaan-pertanyaan itu, misalnya;
1. Siapakah Romo mangun Wijaya itu? 2. Apa saja yang telah diperjuangkannya dalam hidupnya?
3. Buatlah analisa tentang hubungan perjuangan Romo. Mangun dengan ajaran dan sikap Yesus yang dijelaskan dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja.
4. Apa saja upaya Gereja Katolik Indonesia dalam memperjuangkan HAM di Indo- nesia?
13. Penjelasan Hasil Diskusi
• Setelah para peserta didik berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusinya, guru memberikan penjelasan, misalnya;
- Romo Mangun Wijaya, merupakan salah satu pejuang HAM di Indonesia. Sebagai pengikut Yesus, ia berkomitmen untuk membela orang-orang kecil, orang miskin,
serta orang-orang yang tertindas sampai akhir hayat hidupnya. - Gereja Katolik Indonesia, baik secara lembaga ataupun secara komunitas, atau
perorangan ikut berjuang menegakkan HAM di Indonesia. Misalnya perjuangan membela hak-milik warga dalam kasus pertambangan di Flores, di Sumatra Utara,
di Papua, dan sebagainya. -
Konperensi Waligereja Indonesia KWI dalam banyak surat gembalanya menyerukan supaya hak-hak rakyat kecil diperhatikan dan ditegakkan. KWI
selalu berpegang teguh pada ajaran sosial Gereja yang antara lain menegaskan bahwa “karena semua manusia mempunyai jiwa berbudi dan diciptakan menurut
citra Allah, karena mempunyai kodrat dan asal yang sama, serta karena penebusan
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
241 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Kristus mempunyai panggilan dan tujuan ilahi yang sama, maka kesamaan asasi antara manusia harus senantiasa diakui” Gaudium et Spes, Art. 29.
- Pandangan Gereja tentang hak asasi, yakni hak yang melekat pada diri manusia sebagai insan ciptaan Allah. “Hak ini tidak diberikan kepada seseorang karena
kedudukan, pangkat atau situasi; hak ini dimiliki setiap orang sejak lahir, karena dia seorang manusia. Hak ini bersifat asasi bagi manusia, karena jika hak ini diam-
bil, ia tidak dapat hidup sebagai manusia lagi. Oleh karena itu, hak asasi manusia merupakan tolok ukur dan pedoman yang tidak dapat diganggu-gugat dan harus
ditempatkan di atas segala aturan hukum.
- Gereja mendesak diatasinya dan dihapuskannya “setiap bentuk diskriminasi, en- tah yang bersifat sosial atau kebudayaan, entah yang didasarkan pada jenis kela-
min, warna kulit, suku, keadaan sosial, bahasa ataupun agama, karena berlawanan dengan maksud dan kehendak Allah” Gaudium et Spes, Art. 29.
- KWI dan hampir semua keuskupan membentuk lembaga yang antara lain mem- perjuangkan hak asasi manusia dari rakyat kecil itu, misalnya: Komisi Keadilan
dan Perdamaian, Migran dan Perantau; Komisi Hubungan Antara Agama dan Kepercayaan; Sekretariat Gender Pemberdayaan Perempuan. Lembaga-lembaga
tersebut telah bekerja keras, antara lain: Mengadakan pendidikan dan pelatihan tentang HAM kepada para fasilitator dan masyarakat luas supaya mereka menge-
tahui dan menyadari akan hak-haknya dan kemudian terlibat untuk turut mem- perjuangkan haknya; Mengadakan berbagai lembaga advokasi untuk membela
hak-hak rakyat; Memperluas jaringan kerjasama dengan pihak mana saja untuk memperjuangkan HAM.
Langkah ketiga: Menghayati HAM sesuai Ajaran Yesus 1. Releksi
• Guru mengajak para peserta didik untuk membaca tulisan berikut ini: Gereja hendaknya mawas diri dan mencoba menegakkan hak-hak asasi manusia di
kalangannya sendiri. Kalau tidak ada keadilan dalam lingkungan Gereja sendiri, maka Gereja baik Imam maupun Awam tidak berhak berbicara mengenai keadilan. Gereja
juga tidak berhak berbicara kalau orang-orang Katolik sendiri tidak sungguh-sungguh terlibat dalam perjuangan bangsa di segala bidang pembangunan. Tidak ada keadilan
tanpa perjuangan. Dalam usaha memperjuangkan keadilan, kaum beriman dapat memperoleh pedoman dan dukungan dari ajaran sosial Gereja. Tetapi pengarahan
umum itu belum menjamin, sejauh belum ada kaidah tindakan menanggapi situasi konkret. Untuk membentuk kaidah-kaidah itu, perlu ada pengamatan cermat atas
kehidupan sosial di lingkungan konkret analisis sosial. Jadi, guna membela hak- hak asasi manusia, masih harus dicari cara-cara rasional, perumusan yang tepat,
dan perencanaan bagi tindakan yang efektif. Dalam hal ini Gereja seluruhnya harus
Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id
242 Buku Guru Kelas XI SMASMK
berjuang, tetapi semua anggota, Imam, dan Awam, mengambil bagian menurut tempat dan panggilannya masing-masing.
Gereja harus berjuang bersama antar-warga masyarakat. Dalam semua kegiatan konkret itu, perhatian Gereja seharusnya menjadi “tanda dan pelindung martabat
luhur pribadi manusia”GS 76. Hak-hak asasi dan semua tata hukum lainnya hanya akan terlaksana, kalau dalam masyarakat ada kesadaran etis yang mengikat. Maka
tidak cukup bila Gereja hanya menyumbangkan kritik dan celaan. Gereja masih harus berusaha membangun keterpaduan antar-warga masyarakat dalam semangat cinta
kasih dan perdamaian. Menegakkan keterpaduan dalam masyarakat merupakan sumbangan khas kelompok-kelompok agama. Bersama dengan orang beragama
lain, dan orang-orang yang berkehendak baik, umat Kristen harus memperjuangkan keadilan dalam persaudaraan dengan semua orang.
• Setelah membaca tulisan di atas, guru mengajak para peserta didik menuliskan sebuah releksi pribadinya tentang penegakan HAM di Indonesia sesuai ajaran
Yesus.
2. Aksi