Topeng sebagai Karya Seni Rupa

tube dan langsung membubuhkan cat pada kanvas, melukis menggunakan ranting pohon sebagai pengganti kuas dan sebagainya.

2.3 Topeng sebagai Karya Seni Rupa

Topeng, atau disebut juga kedhok, tapel, dan lain-lain, dikenal pada beberapa suku bangsa di Indonesia. Bentuk dan fungsinya bermacam-macam. Topeng merupakan benda hasil budaya manusia yang sudah setua kebudayaan manusia itu sendiri Sedyawati, 1993: 1. Topeng sudah dikenal sejak zaman prasejarah. Topeng semula tercipta berdasarkan gagasan yang bersifat religius dari salah satu sarana atau media untuk melaksanakan ritus pemujaan terhadap nenek moyang Soelarto, 1984: 92 Secara umum dapat dikatakan bahwa topeng merupakan salah satu wujud ekspresi yang dibuat manusia untuk maksud tertentu. Topeng adalah benda yang dipakai di atas wajah, biasanya topeng dipakai untuk mengiringi musik kesenian daerah dalam wikipedia http:id.wikipedia. OrgwikiTopeng yang diunduh pada tanggal 04022011. Topeng di kesenian daerah umumnya untuk menghormati sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi kesenian. Bentuk topeng bermacam-macam ada yang menggambarkan watak marah, ada yang menggambarkan lembut, dan ada pula yang menggambarkan kebijaksanaan. Topeng telah menjadi salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah diciptakan peradaban manusia dalam wikipedia http:id.wikipedia.orgwiki Topeng yang diunduh pada tanggal 04022011. Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng memegang peranan penting dalam berbagai sisi kehidupan yang menyimpan nilai-nilai magis dan suci. Ini karena peranan topeng yang besar sebagai simbol-simbol khusus dalam berbagai uparaca dan kegiatan adat yang luhur. Kehidupan masyarakat modern saat ini menempatkan topeng sebagai salah satu bentuk karya seni tinggi dalam wikipedia http:id.wikipedia.orgwiki Topeng yang diunduh pada tanggal 08022011. Tidak hanya karena keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan. Topeng dapat didefinisikan sebagai suatu tiruan wajah yang dibentuk atas bahan dasar yang tipis atau ditipiskan Sedyawati, 1993: 1. Dengan memperhatikan kelayakannya untuk dikenakan di muka atau wajah manusia, sehingga wajah yang mengenakannya sebagian atau seluruhnya tertutup. Wujud yang demikian tersebut membuat topeng suatu kata yang tepat sebagai ungkapan figuratif untuk menyatakan kepalsuan pribadi, namun sebenarnya perlu direnungkan, mengenai gagasan dasar orang membuat topeng. Anggapan pertama yang kiranya melandasi pemberian makna kepada topeng ialah bahwa wajah adalah wakil dari keseluruhan pribadi. Anggapan ini memungkinkan manusia untuk lebih lanjut menggambarkan suatu pribadi melalui simbolisasi visual yang dipusatkan pada gambaran wajah, maka lahirlah topeng-topeng. Setiap tarikan garis dan pembentukan bidang pada topeng diperhitungkan oleh pembuatnya untuk melambangkan seluruh sifat dan watak pribadi yang diwakilinya. Pribadi yang dilambangkan dengan topeng itu beraneka macam, tidak hanya sebatas pada sesama manusia, melainkan juga tokoh-tokoh gaib, dari yang bercitra kemanusiaan dan bertataran kedewataan sampai yang bercitra kebinatangan dan bertataran lebih rendah dari manusia. Menurut fungsinya topeng dibedakan atas fungsi keagamaan dan fungsi kesenian Sedyawati, 1993: 1. Fungsi keagamaan, topeng merupakan sarana ekspresi simbolis untuk mewujudkan konsepsi-konsepsi keagamaan, khususnya yang berkaitan dengan kekuatan-kekuatan gaib tertentu. Fungsi kesenian, topeng merupakan ekspresi simbolis untuk menyalurkan tanggapan-tanggapan kesan atas alam beserta sifat- sifatnya, maupun atas konsep-konsep budaya tertentu melalui bentukan-bentukan visual yang terencana. Berdasarkan ukurannya, topeng dapat digolongkan atas topeng besar dan topeng kecil Sedyawati, 1993: 2. Topeng besar adalah topeng yang memiliki ukuran melebihi ukuran normal wajah manusia, sedangkan topeng kecil adalah topeng yang kurang lebih seukuran dengan wajah manusia. Topeng juga digolongkan berdasarkan gaya perwujudan visualnya. Secara garis besar dapat dipisahkan antara yang bergaya natural dan grotesk Sedyawati, 1993: 3. Gaya natural yaitu yang dalam pemberian bentuk maupun proporsi antar bagian terdapat kesejajaran dengan wujud-wujud yang dikenal di alam nyata, dan yang bergaya grotesk, yaitu yang pembuatan bentuk maupun proporsi tidak mengacu pada alam nyata atau bertentangan dengannya. Tiga macam hasil dapat diperoleh dari penggunaan gaya grotesk, yang pertama, kesan seram, dahsyat, dan menakutkan; kedua, kesan seram dan menjijikkan; dan ketiga, kesan lucu atau menggelikan. Demikianlah berbagai variasi bentuk topeng, masing-masing dapat menimbulkan kesan yang khas, dan oleh sebab itu topeng dapat digunakan untuk berbagai maksud. Berkenaan dengan perwujudan visualnya, topeng dapat pula dibedakan antara topeng-topeng yang semata-mata berupa penggarapan raut wajah saja, dan topeng yang di samping menggarap raut wajah juga menambah unsur-unsur lain Sedyawati, 1993: 3. Unsur-unsur tersebut berfungsi untuk menunjang upaya perlambangan. Unsur-unsur penunjang ini misalnya, rambut, berbagai macam perhiasan, dan atribut-atribut khusus. Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa topeng adalah benda yang dipakai di atas wajah dan merupakan ekspresi yang dibuat oleh manusia. Berdasarkan gaya perwujudan visualnya, topeng dibedakan atas topeng bergaya natural dan grotesk.

2.4 Pengertian Pembelajaran