LINGKUNGAN INTERNAL HASIL DAN PEMBAHASAN

52 Agro Lestari sampai saat ini menyediakan bahan baku buah kelapa yang berasal dari Ciamis dan sekitarnya. c . Potensi Produk Pengganti Produk subsitusi merupakan produk pengganti yang dapat menggantikan produk utama baik dalam keadaan tidak tersedia maupun tersedia. PT. Bogor Agro Lestari dengan basis produk VCO merupakan sebuah perusahaan herbal yang menyediakan produk yang berasal dari alam. Untuk produk-produk kesehatan herbal berbahan baku alam sejenis seperti VCO banyak ditemukan.

B. LINGKUNGAN INTERNAL

1. Sejarah Umum Perusahaan Pada tanggal 17 Maret 2005, Bapak Joko mendirikan PT. Bogor Agro Lestari, yang berkedudukan di jalan Sehat no.1 Kedung Badak, Kotamadya Bogor sebagai kantor pemasaran, sedangkan pabriknya terletak di wilayah Cibalagung Bogor. PT Bogor Agro Lestari berdiri dengan diawali dari pembentukan Consortium Bogor agriBio yang dikepalai oleh Bapak Joko Peneliti LIPI. Pengembangan ini bertujuan sebagai fasilitator kerjasama antara swasta dan pemerintahan. Pada saat yang bersamaan, produk agribisnis VCO mulai berkembang karena memiliki manfaat dalam berbagai industri, kemudian Bapak Joko inilah bersama dengan rekannya mendirikan PT. Bogor Agro Lestari. PT. Bogor Agro Lestari mempunyai visi yaitu terus berkembang untuk menghasilkan produk dan jasa berkualitas dan misi yaitu meningkatkan nilai tambah pada hasil pengolahan Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan untuk kesejahteraan bersama. Berdasarkan visi dan misi yang dibangun PT. Bogor Agro Lestari, kegiatan yang dilakukan meliputi bidang analisis, agroindustri, dan Agri bisnis. Awal tahun 2005, PT. Bogor Agro Lestari memproduksi produk VCO dengan merk dagang VISIO. Selain itu, PT. Bogor Agro Lestari pada awal 53 tahun 2006 memproduksi produk minyak goreng sehat dengan merk dagang FerCo. Kemudian, PT. Bogor Agro Lestari terus mengembangkan produk agroindustri seperti Kecap Organik, Minyak jarak Biodiesel, Isotonik Drink. Aktivitas yang dilakukan oleh PT. Bogor Agro Lestari adalah sebagai 1 Food Analysis; LIPI, BBPP, Indofood, Meiji, PT. Toyota Bio, Olaga Food, PT. ABC, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Andalas, 2 Manufacture; PT. Sentra Husada Indonesia, Rajawali Nusindo Group, PT. Famili sejahtera, PT. Tanjung Agroindusri Indonesia, PT. Amani Mastra, 3 Consultant; Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Utara, Kadin Kabupaten Minahasa Selatan, Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba 4 Supplier. Saat ini perusahaan masih memanfaatkan teknologi sederhana untuk mengolah produk agro industri. Produk yang dihasilkan didistribusikan ke berbagai apotik di kawasan JaBoDeTaBek. 2. Struktur Organisasi dan Ketanagakerjaan PT. Bogor Agro Lestari adalah suatu perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas. PT. Bogor Agro Lestari dipimpin direktur sebagai penentu kebijaksanaan perusahaan, merumuskan rencana, cara kerja pelaksanaan, dan menentukan personalia. Direktur membawahi manager produksi, manager keuangan dan administrasi, manager marketing, dan manager Resource and Development. Struktur tenaga kerja di PT. Bogor Agro Lestari dapat dilihat pada Gambar 10. Kerja direktur akan diawasi dewan komisaris sebagai penanam investasi di PT. Bogor Agro Lestari. Struktur tenaga kerja PT. Bogor Agro Lestari dapat dilihat pada Gambar 10 dibawah ini. 54 Gambar 10. Bagan struktur organisasi PT. Bogor Agro Lestari Manager produksi membawahi quality control proses produksi, hal ini berkaitan dengan mutu produk VCO yang akan dihasilkan. Manager keuangan dan administrasi yang membawahi staff keuangan dan administrasi bertugas mengatur pengadaan uang. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan bagian pemasaran, pelanggan, dan pemeriksaan terhadap barang-barang yang akan dipersiapkan merupakan tanggung jawab Manager Marketing . Manager Resource and Development bertugas mencari dan memberi ide-ide baru dalam pengembangan produk yang akan diluncurkan di pasar. Tenaga kerja yang digunakan dalam industri pengolahan minyak kelapa, pada umumnya tidak memerlukan keahlian khusus. Dengan tingkat kapasitas produksi 600 kg minyak kelapa per sekali produksi atau sekitar dua ton daging kelapa segar, diperlukan sekitar 5-10 orang tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan dalam usaha ini dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu: 1 tenaga kerja tetap, yang bertanggungjawab pada proses produksi, 2 tenaga kerja tidak tetap, yang bertanggungjawab pada proses non produksi seperti distribusi dan transportasi input-output, dan 3 tenaga kerja manajemen, yang bertanggungjawab pada pengelolaan usaha secara keseluruhan. 55 3. Proses Produksi Secara umum, proses produksi VCO di PT. Bogor Agro Lestari sedikit berbeda dengan pengolahan minyak kelapa yang dikerjakan secara tradisional ataupun dengan teknik yang lebih modern baik oleh industri kecil maupun industri skala menengah atau besar. Inti dari proses produksi VCO di PT. Bogor Agro Lestari adalah memisahkan VCO yang merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. VCO dapat dipisahkan diekstrak langsung dari daging kelapa segar atau disebut sebagai cara basah, sedangkan cara konvensional yang disebut cara kering yaitu ekstraksi minyak kelapa dari daging kelapa yang terlebih dulu dikeringkan kopra. Kandungan minyak pada daging buah kelapa matang diperkirakan mencapai 30-35. Penggunaan daging kelapa segar sebagai bahan baku akan menghasilkan perbedaan pada proses produksi dari perusahaan dengan skala mikro rumah tangga dan perusahaan kecil yang menggunakan peralatan yang lebih modern. Pada usaha skala mikro proses ekstraksi dilakukan pada santan, sedangkan perusahaan dengan pabrik skala kecil proses ekstraksi minyak dilakukan pada hasil penggilingan kelapa. Gambar 11. Proses produksi VCO cara enzimatik D a g in g K e la p a S e g a r S a n t a n K e l a p a S e g a r K r im S a n t a n K e la p a V C O , A ir , R e s id u S a n t a n V C O K a s a r V C O M u r n i Ekstraksi Santan Pemisahan Santan Inokulasi Starter Inkubasi Enzim atik Ekstraksi Separasi Filtrasi Purifikasi D a g in g K e la p a S e g a r S a n t a n K e l a p a S e g a r K r im S a n t a n K e la p a V C O , A ir , R e s id u S a n t a n V C O K a s a r V C O M u r n i Ekstraksi Santan Pemisahan Santan Inokulasi Starter Inkubasi Enzim atik Ekstraksi Separasi Filtrasi Purifikasi 56 Proses ekstraksi minyak kelapa dengan skala pabrik kecil, diawali dengan pencucian kelapa segar sampai bersih. Kemudian, diparut dengan penggilingan atau mesin parut. Hasil parutan kelapa parut dipres sehingga mengeluarkan santan. Ampas kelapa ditambah dengan air dengan perbandingan satu banding setengah, kemudian dipress. Proses ini diulangi sampai lima kali. Santan yang diperoleh dari tiap kali pengepresan dicampur menjadi satu. Santan dimasukkan ke dalam wadah pemisah krim dan skim selama 30-60 menit. Setelah terjadi pemisahan, kran saluran pengeluaran dari wadah pemisah dibuka sehingga skim mengalir keluar dan menyisakan krim. Kemudian krim ini dikeluarkan dan ditampung pada wadah terpisah dari skim. Krim dicampur dengan starter enzimatik 2,5. Selanjutnya, krim ini dibiarkan selama 10-12 jam sehingga terjadi proses inkubasi oleh enzim yang terdapat pada larutan starter. Krim yang telah diinkubasi akan terpisah menjadi tiga fasa, yaitu fasa minyak, protein dan air. Selanjutnya dipisahkan, disaring dengan alat filtrasi minyak dan dimurnikan menggunakan alat ekstraktorseparator guna menurunkan kadar air dan bahan-bahan ikutan lainnya. Fasa protein dapat dipanaskan sampai airnya menguap dan proteinnya menggumpal. Gumpalan protein ini disebut blondo. Pemanasan ini biasanya berlangsung selama 15 menit. Blondo yang mengapung di atas minyak dipisahkan kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak. Proses pembuatan VCO pada PT. Bogor Agro Lestari dapat dilihat pada Gambar 11. Cara basah ini dapat dilakukan dengan alat sentrifugasi. Pada cara sentrifugasi, santan diberi perlakuan sentrifugasi pada kecepatan 3000-3500 rpm. Sehingga terjadi pemisahan fraksi krim dari fraksi skim. Selanjutnya krim diasamkan, kemudian diberi perlakuan sentrifugasi sekali lagi untuk memisahkan minyak dari bagian bukan minyak. Pemisahan minyak dapat juga dilakukan dengan kombinasi pemanasan dan sentrifugasi. Santan diberi perlakuan sentrifugasi untuk memisahkan krim dari skim. Setelah itu, krim dipanaskan untuk menggumpalkan padatan bukan minyak. Minyak dipisahkan dari bagian bukan minyak dengan cara sentrifugasi. Minyak yang diperoleh disaring untuk memperoleh minyak yang bersih dan jernih. 57 4. Kondisi keuangan dan administrasi Faktor yang merupakan keunggulan industri kecil dan menengah adalah aspek fisik, manajemen, keunggulan dalam menghasilkan produk dalam jumlah tertentu, desain, variasi, fleksibilitas operasi, ongkos operasi yang lebih rendah, pelayanan penjualan yang lebih baik, dan adanya kemampuan industri menengah untuk bertindak cepat dalam memanfaatkan kesempatan berkembang. Selain adanya beberapa berbagai kekuatan yang menguntungkan pada industri kecil menengah, juga terdapat kelemahan dalam industri tersebut. Dari hasil pengamatan, kesulitan yang dihadapi oleh pengusaha kecil menengah adalah keterbatasan modal, manajemen dan administrasi yang kurang sempurna, pengetahuan pemasaran masih bersifat tradisional, kurang pandai memanfaatkan kondisi ekstern perusahaan, kurang mampu mencari dan menembus daerah pemasaran yang baru, kualitas produk rendah, lemah dalam pengelolaan pinjaman dan piutang, lemah dalam ketrampilan, dan pengetahuan teknis khususnya tentang desain produk dan tidak mampu. 5. Bauran Pemasaran Persaingan industri VCO yang semakin meningkat mendorong perusahaan VCO agar merumuskan strategi bauran pemasaran yang tepat. Perumusan tersebut harus disesuaikan dengan keadaan lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Untuk mendukung pencarian data keadaan lingkungan usaha perusahaan, kuisioner merupakan salah satu alat yang dapat digunakan. Kuisioner yang disebarkan bertujuan agar strategi yang diterapkan tepat guna dengan kondisi permasalahan yang ada terutama masalah bauran pemasaran 4 P untuk mencapai tujuan perusahaan, yang terdiri dari produk product, tempat place, harga price, promosi promote. Menurut Kotler 2000, produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Oleh karena itu, 58 dalam penelitian ini dilakukan penyebaran kuisioner yang dilakukan bertujuan pengembangan produk VCO yang telah ada dalam pasar. Sasaran responden tidak membedakan usia, pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan, karena dapat diasumsikan sasaran VCO mencakup seluruh lapisan masyarakat. Jumlah sampel sebanyak 100 responden didapat dari perhitungan Slovin dengan tingkat kesalahan 10. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan kemudahan convenience sampling. Teknik ini dilakukan dengan memilih sampel yang paling mudah ditemui dan telah mengkonsumsi VCO sebelumnya. Untuk mencegah terjadinya data yang tidak valid, maka kuisioner yang disebarkan sebanyak 120 kuisioner. Kuisioner disebarkan ke berbagai wilayah Bogor yang dianggap mewakili, seperti institusi pendidikan, perkantoran, pusat perbelanjaan, balai penelitian, dan apotik. Data mengenai informasi responden dari hasil kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 6. 5.1. Karakteristik Responden Produk VCO merupakan produk konsumsi umum, yang dasar segmentasi pasarnya tidak ada pembedaan konsumen secara demografi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini mencoba menyajikan tingkat loyalitas konsumen berdasarkan usia terhadap produk VCO yang bertujuan untuk melihat segmentasi usia yang cocok untuk pengembangan produk VCO berikutnya. Pada Gambar 12, dapat dilihat bahwa pemakaian konsumen terus-menerus bersifat loyal dapat dilihat pada series ya, sedangkan pemakaian yang tidak terus- menerus bersifat tidak loyal dapat dilihat pada series tidak. Pada Gambar 12, dapat dilihat loyalitas konsumen terhadap produk VCO yang diujikan pada berbagai usia. Dari berbagai tingkatan usia yang diuji, ada 63 responden atau 63 yang memiliki kesetiaan terhadap produk, sedangkan responden yang tidak memiliki kesetiaan produk hanya 37 orang atau 37 dari 100 orang responden yang diujikan. Hal ini menunjukkan adanya peluang untuk pengembangan 59 produk VCO masa mendatang, yaitu dengan ditunjukkan angka loyalitas responden sebesar 63. Konsumen produk VCO terbanyak adalah usia 15-25 tahun yaitu sebesar 40 dari total responden yang diuji. Konsumen untuk usia 15- 25 tahun dalam mengkonsumsi VCO mempunyai kecenderungan untuk alasan mencoba, belum sampai pada alasan faktor kesehatan. Sehingga atribut-atribut bauran pemasaran produk harga, distribusi, promosi, tempat VCO masih cukup mempengaruhi keputusan konsumen untuk tetap mengkonsumsi atau tidak. Dapat disimpulkan, kecenderungan responden pada segmen usia 15-25 tahun untuk bersikap loyal terhadap produk VCO masih kurang. Kecenderungan rendahnya tingkat loyalitas terlihat pada usia 15-25 tahun yang hanya memiliki loyalitas sebesar 17. Presentase ini adalah tingkat yang paling kecil dibandingkan segmen usia lainnya, yaitu untuk usia 26-35 tahun sebesar 20 dan untuk usia 35 tahun sebesar 26 dari 100 responden yang diujikan. 5 10 15 20 25 30 Informasi Responden Berdasarkan Usia Ya 17 20 26 Tidak 23 9 5 15-25 tahun 26-35 tahun 35 tahun Gambar 12. Grafik usia responden berdasarkan loyalitas produk VCO Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui kuisioner, responden dengan tingkat usia 26-35 tahun, memiliki tingkat keloyalan sebesar 20. Hal ini disebabkan pada usia ini mulai memiliki kesadaran akan kesehatan, tapi masih belum tinggi. Sedangkan, pada usia 35 tahun 60 konsumen VCO lebih loyal, yaitu sebesar 26 responden yang loyal terhadap produk VCO. Terlihat dari Gambar 12, semakin tua tingkat usia responden semakin meningkat tingkat kepercayaan terhadap produk VCO, hal ini disebabkan tingkat kesadaran akan kesehatan semakin meningkat. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Chi-Squere Test pada Lampiran 7 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi konsumen terhadap produk VCO. Pada Gambar 13, terlihat informasi responden berdasarkan pekerjaan. Responden dengan pekerjaan sebagai pegawai negri dan pegawai swasta memiliki tingkat loyalitas terbesar yaitu 22 dan 18 dari total responden yang diuji. Hal ini dikarenakan pegawai negri dan pegawai swasta memilki daya beli dan memiliki aktivitas yang memerlukan suplemen tambahan untuk kesehatan. Data ini cukup membuktikan bahwa pasar potensial terletak pada usia 35 tahun dengan pekerjaan pegawai. 5 10 15 20 25 Jum lah responden Informasi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ya 2 22 18 7 11 3 Tidak 2 5 8 3 18 1 Pengusaha Pegawai negri Pegawai swasta Ibu Rumah Tangga Mahasiswa Lainnya Gambar 13. Grafik pekerjaan responden berdasarkan loyalitas produk VCO Responden dengan pekerjaaan mahasiswa memiliki tingkat ketidakloyalan paling besar yaitu sebesar 18 dari 100 responden yang 61 diuji, hal ini disebabkan pengetahuan yang dimiliki mahasiswa tentang khasiat VCO untuk kesehatan cukup banyak namun mempunyai kendala daya beli yang kurang sehingga mahasiswa menempati urutan tertinggi untuk konsumen VCO yang tidak loyal atau hanya sekedar mencoba. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan Chi-Squere Test pada Lampiran 7 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan pekerjaan berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi konsumen terhadap produk VCO. Dari Gambar 14, dapat diperoleh informasi responden dengan tingkat pendidikan terakhir Perguruan Tinggi memiliki kapasitas terbanyak untuk mengkonsumsi VCO yaitu sebesar 56 dari total responden yang diuji. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen dengan tingkat pendidikan inilah memiliki pengetahuan yang lebih banyak tentang khasiat sadar akan kesehatan dan berdaya beli lebih tinggi dibandingkan dengan konsumen dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Dapat dilihat dari Gambar 14, responden dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi memiliki tingkat loyalitas yang paling tinggi yaitu sebesar 32 dari total responden. Dan tingkat loyalitas terendah pada responden dengan pendidikan SMP yaitu sebesar empat persen. Responden dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi memiliki tingkat ketidakloyan paling besar yaitu sebesar 24. Pada Gambar 14, terlihat bahwa responden yang memiliki tingkat ketidakloyalan dan keloyalan paling besar terletak pada tingkat pendidikan yang sama yaitu perguruan tinggi. Namun, responden dengan tingkat pendidikan terakhir perguruan tinggi yang memiliki keloyalan terhadap produk VCO lebih tinggi delapan persen dibandingkan dengan responden produk VCO yang tidak loyal. Responden yang tidak loyal dari hasil observasi dan wawancara adalah mahasiswa dengan tingkat pendidikan S1 dan undergraduate , sedangkan responden yang loyal merupakan mahasiswa dengan tingkat pendidikan lebih dari S1. Hal ini disebabkan tingkat kesejahteraan untuk mahasiswa dengan tingkat S2 dan S3 sudah lebih tinggi dan lebih sadar kesehatan dibanding dengan mahasiswa S1. Dari 62 hasil perhitungan dengan menggunakan Chi-Squere Test pada Lampiran 7 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap pola konsumsi konsumen terhadap produk VCO. 10 20 30 40 Jumlah Responden Informasi Responden Berdasarkan Pendidikan Ya 5 4 17 5 32 Tidak 1 10 2 24 SD SMP SMA Akademik Perguruan Tinggi Gambar 14. Grafik pendidikan responden berdasarkan loyalita produk VCO Dari Gambar 15, dapat dilihat responden yang paling banyak mengkonsumsi VCO adalah masyarakat dengan tingkat pendapatan 500 ribu, yaitu sebesar 42. Hal ini disebabkan dengan pola konsumsi yang digunakan untuk responden dengan tingkat penghasilan 500 ribu menggunakan pola konsumsi membeli dari hasil industri rumah tangga. Penggunaan teknologi untuk menghasilkan VCO masih mudah dan murah sehingga akses langsung ke masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya akan VCO lebih mudah. Produk dari hasil industri rumah tangga ini mempunyai karakter tanpa merek, tanpa kemasan, dan produk yang dihasilkan tanpa standar yang jelas. Hal ini tidak dapat ditunjukkan dengan signifikansi data, melainkan proses wawancara. Selain itu, responden dalam menjawab pertanyaan mempunyai kecenderungan tidak mau menjawab keadaan sebenarnya mengenai penghasilan setiap bulannya. Sehingga data yang disajikan terjadi bias, dimana akan terlihat responden dengan penghasilan pada 63 tingkat 500 ribu mengkonsumsi lebih banyak dibandingkan dengan responden tingkat penghasilan di atasnya. Pada Gambar 15, dapat diperoleh informasi dari kuisioner yaitu responden dengan penghasilan 500 ribu lebih banyak ditemui dibanding dengan tingkat penghasilan di atasnya Karakter pembelian VCO responden dengan tingkat penghasilan 500 ribu dilakukan pada lokasi distributor resmi, seperti apotik dan toko obat. Oleh karena itu, untuk segmen pasar dengan penghasilan 500 ribu menjadi bahan pertimbangan untuk persaingan produk non-brand, yang ternyata responden dengan tingkat penghasilan 500 ribu mengambil porsi yang cukup banyak yaitu sebesar 42 dari 100 orang yang diuji. Karakteristik responden berdasarkan penghasilan berdasarkan perhitungan Chi-Squere Test pada Lampiran 7 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan penghasilan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi konsumen terhadap produk VCO. 5 10 15 20 25 Jumlah responden Informasi responden Berdasarkan Penghasilan Ya 22 13 12 16 Tidak 20 7 6 4 500ribu 500ribu-1juta 1juta-1.5juta 1.5juta Gambar 15. Grafik penghasilan per bulan responden berdasarka loyalitas produk VCO Dari Gambar 15, tingkat loyalitas kedua terbesar setelah responden pada tingkat penghasilan 500 ribu terletak pada penghasilan per bulan 1,5juta. Sehingga dapat disimpulkan dari semua faktor karakteristik pasar yang diuji, responden produk VCO dengan tingkat 64 penghasilan 1,5 juta, umur 35 tahun, pekerjaan pegawai, dengan tingkat pendidikan terakhir perguruan tinggi dapat menjadi pasar potensial karena sudah mempunyai daya beli dan memiliki kesadaran akan kesehatan. 5.2. Perilaku Konsumen Terhadap Produk Produk VCO merupakan salah satu produk kesehatan herbal berbentuk cair yang telah dikenal masyarakat umum. Masyarakat sebagai konsumen memiliki beberapa alasan dalam mengkonsumsi VCO yang dapat dilihat pada Gambar 16. Alasan kesehatan merupakan alasan yang mempunyai posisi tertinggi yaitu sebesar 57, diikuti dengan alasan mencobakebetulan yaitu sebesar 32. Alasan yang menduduki posisi terbawah adalah alasan gaya hidup sebesar nol persen kemudian meningkat diikuti dengan alasan lainnya sebesar empat persen, dan alasan kecantikan sebesar tujuh persen. Dapat disimpulkan, responden wilayah Bogor telah mengenal fungsi VCO sebagai minuman kesehatan. Alasan Responden Mengkonsumsi VCO 57 7 32 4 Kesehatan Kecantikan Gaya hidup Kebetulanmencoba Lainnya Gambar 16. Grafik alasan responden dalam mengkonsumsi VCO Untuk menghasilkan produk VCO tidaklah sulit, sehingga pada pasar VCO dapat ditemui berbagai macam merek VCO. Pada Gambar 17, dapat dilihat bahwa merek VISIO terletak pada urutan ke-2 yaitu sebesar 21 setelah merek Lainnya sebesar 47. Merek Lainnya merupakan 65 produk yang diproduksi dalam skala rumah tangga tanpa merek, responden yang lupa merek, dan merek produk VCO selain VECO, VISIO dan VICO. Penggunaan Berbagai Merek VCO 8 24 21 47 VECO VISIO VICO Lainnya Gambar 17. Grafik penggunaan merek VCO oleh responden di Bogor Responden yang membeli dari industri skala rumah tangga merupakan konsumen yang memenuhi kebutuhannya dengan pesanan mendadak pada seseorang yang terbiasa membuat VCO. Karakter industri skala rumah tangga yang dimaksud adalah proses produksi akan dilakukan tanpa ada penjadwalan berdasarkan pemesanan, menggunakan cara tradisional dalam memperolehnya, tanpa menggunakan merek dan kemasan, sistem pembelian berdasarkan sistem kepercayaan, dan tidak ada penetapan harga. Sedangkan responden yang menjawab lupa merek dikarenakan terlalu banyaknya merek yang muncul di pasar dan tidak adanya difrensiasi produk yang cukup berarti sehingga responden dapat menggunakan merek lebih daripada satu karena responden lupa terhadap merek apa yang telah digunakan. Sehingga perpindahan merek yang dilakukan konsumen dilakukan dalam tingkat frekuensi sering. Untuk merek selain VECO, VISIO dan VICO merupakan merek-merek yang pangsa pasarnya masih sedikit dan belum banyak ditemui produknya di wilayah Bogor. Dapat disimpulkan bahwa persaingan produk VCO sangat kompetitif. Oleh karena itu, diperlukan strategi pemasaran yang tepat untuk mengatasi masalah ini. 66 Informasi tambahan mengenai frekuensi pemakaian responden terhadap VCO dalam jangka waktu 1 bulan dapat terlihat pada Tabel 5. Frekuensi pemakaian terbesar pada frekuensi pemakaian satu kali sebanyak 59, dua kali sebanyak 24, empat kali sebanyak sembilan persen, tiga kali sebanyak tujuh persen, kemudian empat kali sebanyak satu persen. Frekuensi pemakaian VCO ini menunjukkan tanggapan responden terhadap produk VCO yang ada di pasar sebagai minuman kesehatan. Tabel 5. Informasi responden berdasarkan frekuensi pemakaian per bulan Frekuensi Pemakaian VCO Jumlah Presentasi satu kali 59 59 dua kali 24 24 tiga kali 7 7 empat kali 1 1 empat kali 9 9 Tergantung pada volume responden yang dibeli responden pada setiap pembelian pada Tabel 10. Informasi frekuensi pemakaian per bulan pada Tabel 5 berhubungan informasi yang ditampilkan pada Tabel 6. Jumlah pemakaian dengan volume 125ml sebanyak 64, 250 ml sebanyak 25, 500 ml sebanyak tujuh persen, dan Lainnya sebanyak empat persen. Tabel 6. Informasi responden berdasarkan jumlah pemakaian VCO per bulan Jumlah Pemakaian VCO Total Presentasi 125 ml 64 64 250 ml 25 25 500 ml 7 7 Lainnya 4 4 Produk yang telah diciptakan dan dikembangkan oleh PT. Bogor Agro Lestar, sampai saat ini belum mendominasi pasar VCO wilayah Bogor dan sekitarnya. Jenis produk VCO yang dikembangkan PT. Bogor Agro Lestari memiliki aroma, warna dan rasa minyak kelapa asli, PT. Bogor Agro Lestari berpendapat bahwa VCO merupakan produk 67 alami dan tidak seharusnya dilakukan difrensiasi dengan bahan-bahan sintetik. Namun, kenyataannya permintaan konsumen menuntut adanya difrensiasi produk yang menonjolkan kualitas produk. Kualitas produk merupakan hal yang menjadi bagian penting di dalam bauran pemasaran. Kualitas akan menentukan tingkat kepuasan konsumen dan mencerminkan segmen pasar yang akan dimasuki. Atribut produk adalah segala sesuatu yang melekat pada suatu produk yang menjadikan produk tersebut terciri sehingga membedakan produk yang satu dengan yang lain. Dari hasil penelitian, atribut produk VCO yang dianggap mewakili kualitas dari suatu produk, yaitu warna, rasa, aroma, dan kemasan produk yang sudah ada di pasar. Atribut VCO yang telah dikenal masyarakat adalah aroma kelapa yang tercampur dengan aroma sedikit tengik, rasa kelapa yang merangsang mual karena sedikit kelinyit minum minyak, warna yang bewarna bening, dan kemasan produk dengan botol bening sederhana. Dari Gambar 18, dapat diperoleh informasi bahwa atribut produk VCO berupa aroma menduduki posisi terbesar pada taraf disukai konsumen yaitu sebesar 41. Dengan posisi kedua terbesar ditempati oleh responden yang mempunyai tingkat kesukaan sedang sebesar 31. Responden yang menjawab sangat suka terhadap aroma VCO yang ada di pasar hanya dua persen. Atribut produk VCO berupa rasa menduduki posisi terbesar pada taraf sedang yaitu sebesar 56. Posisi kedua terbesar ditempati responden yang menjawab suka terhadap rasa VCO yang ada di pasar. Responden yang menjawab sangat suka hanya sebesar tiga pesen. Atribut produk VCO berupa warna menduduki posisi terbesar pada taraf disukai konsumen yaitu sebesar 54. Posisi kedua terbesar ditempati oleh responden yang menjawab taraf sedang menyukai warna VCO. Sedangkan atribut produk berupa kemasan menduduki posisi terbesar pada taraf sedang yaitu sebesar 66. Posisi kedua terbesar ditempati oleh responden yang menjawab suka yaitu sebesar 24. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa konsumen sudah mengenal dan menerima atribut VCO yang sudah ada di pasar. Namun, untuk 68 menghindari konsumen yang tidak loyal, perlu srategi untuk pengembangan produk. 10 20 30 40 50 60 70 Jumlah Responden Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Atribut VCO Aroma 2 41 31 21 5 Rasa 3 19 56 15 7 Warna 5 54 34 5 2 Kemasan 24 66 9 1 sangat suka suka sedang tidak suka sangat tidak suka Gambar 18. Grafik tingkat kesukaan konsumen terhadap atribut VCO Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan dapat ditemui bahwa ada responden yang menginginkan rasa VCO dengan berbagai rasa buah yang telah dikenal masyarakat umumnya seperti strawberry, jeruk, apel, dll untuk menghindari kejenuhan konsumen dengan variasi rasa. Selain itu, untuk menghindari rasa mual yang ditimbulkan VCO, ada baiknya bentuk VCO dibuat dengan kapsulgel, sehingga rasa mual yang ditimbulkan dapat tereduksi. Untuk atribut produk aroma, responden menginginkan tidak adanya produk yang berbau tengik. Tengik atau tidak produk VCO yang dihasilkan berdasarkan quality control pengolahan produk yang baik, sehingga dari segi proses produksi harus sangat diperhatikan. Dari atribut produk untuk warna, ada responden menginginkan variasi warna, namun responden yang menjawab dengan alternatif variasi warna tidak banyak. Dapat disimpulkan warna yang dipertahankan adalah bening. Selain itu, warna bening merupakan hasil 69 yang baik dari proses produksi VCO yang sempurna dan konsumen mengidentifikasikan warna bening merupakan produk VCO yang baik. Kemasan merupakan salah satu atribut produk yang digunakan untuk melindungi produk dari kerusakan. Selain itu, kemasan merupakan salah satu alat promosi yang dapat digunakan produsen untuk menarik konsumen untuk membeli. Oleh karena itu, kemasan menjadi sasaran penting untuk pengembangan produk, diantaranya dengan variasi kemasan, diferensiasi dari botol plastik bening sederhana, sehingga untuk brand VISIO dikenal betul oleh masyarakat karena ciri kemasannya. 5.3. Perilaku Konsumen Terhadap Harga Menurut Kotler dan Amstrong 1997, harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk dan jasa, sejumlah nilai yang dipertukarkan memiliki manfaat untuk menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga produk VCO merupakan penentuan dari biaya produksi dan nilai tambah yang dihasilkan produk. Persaingan harga yang terjadi untuk produk VCO di wilayah Bogor tidak terlalu signifikan dengan kisaran harga Rp 20.000-25.000125 ml. Pada Gambar 19 dapat dilihat bahwa dari tawaran harga yang telah disebutkan sebelumnya, responden menilai produk VCO pada titik murah sebesar 17, responden yang memilih harga murah ini merupakan responden yang membeli VCO bukan dari jalur distribusi resmi, melainkan pembelian dilakukan dengan sistem kepercayaan. Responden yang memilih tingkat harga cukup sebesar 72, ini menandakan bahwa harga yang ditawarkan produk VCO di pasar telah diterima konsumen sebagai harga yang pantas untuk sebuah produk VCO. Untuk responden yang memilih tingkat harga mahal hanya sebesar tujuh persen dan sangat mahal hanya sebesar empat persen. Sehingga dapat disimpulkan, untuk dapat memenangkan persaingan di pasar VCO harus menetapkan kisaran harga Rp20.000-Rp25.000. 70 Dalam hal ini VISIO, produk yang dihasilkan PT. Bogor Agro Lestari, terletak pada penetapan range harga yang ditawarkan pasar. Tingkat Harga Menurut Responden 4 7 72 17 Sangat m ahal Mahal Cukup Murah Sangat m urah Gambar 19. Grafik tingkat harga menurut konsumen terhadap harga VCO Jika penetapan harga kurang dari harga yang ditawarkan maka kecenderungan untuk menyeimbangkan harga jual adalah dengan mengurangi biaya produksi yang akan berimplikasi pada kualitas produk yang dihasilkan. Sedangkan, untuk harga yang dipasang melebihi dari harga yang ditawarkan dapat dimungkinkan akan kalah dalam persaingan apabila tidak ada diferensiasi produk yang sebelumnya. 5.4. Perilaku Konsumen Terhadap Distribusi Strategi distribusi dan tempat merupakan fakor untuk meningkatkan hasil penjualan karena saluran distribusi merupakan jalur menyampaikan produk untuk sampai ke tangan konsumen. Faktor distribusi sangat berpengaruh dengan ditunjukkan adanya kemudahan konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Selain itu, faktor ketersediaan produk merupakan akses kemudahan dengan mempertimbangkan ketersediaan produk di seluruh tempat penjualan. PT. Bogor Agro Lestari dengan produk yang dihasilkan VISIO telah menerapkan berbagai jalur distribusi yang tertera pada Gambar 20. 71 Gambar 20. Jalur distribusi PT. Bogor Agro Lestari produk VCO di wilayah Bogor. Jalur distribusi yang ditempuh PT. Bogor Agro Lestari diharapkan dapat memasok kebutuhan masyarakat terhadap produk VCO dan mereduksi masuknya pesaing melalui media distribusi lainnya. Jalur distribusi ini akan berhubungan dengan ketersediaan produk VCO pada wilayah Bogor. Ketersediaan VCO di Wilayah Bogor 2 25 30 38 5 Sangat sulit didapat Sulit didapat Cukup Mudah didapat Sangat mudah didapat Gambar 21. Grafik tingkat ketersediaan produk VCO di wilayah Bogor. Pada Gambar 21, responden berpendapat bahwa produk VCO mudah didapat sebesar 38, cukup mudah didapat sebesar 30, sulit 72 didapat sebesar 25, sangat mudah didapat lima persen, dan mudah didapat sebesar dua persen. Jalur distribusi yang dilakukan PT. Bogor Ago Lestari merupakan jalur yang juga biasa digunakan oleh produk VCO lainnya. Persaingan antar produk sejenis semakin terlihat dengan jalur distribusi yang hampir sama, perlunya adanya pembedaan jalur distribusi agar persaingan untuk jalur distribusi 5.5. Perilaku Konsumen Terhadap Promosi Menurut Stanton 1994, promosi adalah semua kegiatan yang berkaitan dengan mendesain dan mengatur tiga elemen bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, harga, distribusi untuk mengkomunikasikannya dan mempengaruhi konsumen yang sudah ada, dan konsumen yang potensial agar tetarik dan kemudian melakukan tindakan pembelian. Menurut Kotler 2000, kegiatan promosi dapat dijelaskan dalam bauran promosi yang terdiri dari empat alat utama, yaitu iklan, promosi, penjualan pemasaran lengsung, penjualan personal, dan hubungan masyarakat. Media Responden Mendapatkan Informasi Produk VCO 69 7 1 13 8 2 TemanKeluarga MajalahKoran Radio Televisi PamfletSpanduk Toko Lainnya Gambar 22. Grafik media informasi untuk alat promosi produk VCO Setiap responden dapat memilih lebih dari satu alasan 73 Persaingan di industri VCO cukup banyak mempengaruhi PT.BAL, di antaranya adalah dalam penguasaan pangsa pasar. Persaingan ini turut juga ditentukan faktor promosi yang dilakukan perusahaan untuk mengenalkan produk yang dimiliki perusahaan kepada konsumen. Dari hasil pengujian kuisioner, promosi yang dilakukan produk VCO kepada konsumen dilakukan melalui beberapa media yang dapat dilihat pada Gambar 22. Alat informasi yang digunakan produk VCO menggunakan alat infomasi mouth to mouth dinilai paling efektif sebagai alat promosi dengan menduduki presentase terbesar, yaitu sebesar 69. Kekuatan alat informasi melalui mouth to mouth ditunjukkan peran yang besar melalui temankeluarga. Selanjutnya media informasi pamfletspanduk menduduki peringkat kedua yaitu sebesar 13, media informasi melalui toko sebesar delapan persen, media melalui majalahkoran sebesar tujuh persen, media lainnya sebesar dua persen. Media lainnya adalah media melalui internet, sedangkan media melalui radio tidak memiliki andil untuk memberikan informasi kepada konsumen mengenai produk VCO.

C. ANALISIS SWOT