1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 tahun
2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk
dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta
warga dunia yang cinta damai Permendiknas No.22 Tahun 2006:162.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-
konsep ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Depdiknas: 2007. Tujuan mata pelajaran IPS yang termuat dalam kurikulum
tingkat satuan pendidikan adalah agar peserta didik mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat serta lingkungannya, memiliki
kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk
ditingkat lokal, nasional, maupun global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek aspek 1 manusia, tempat, lingkungannya. 2 waktu,
keberlanjutan, perubahan. 3 sistem sosial, budaya. 4 perilaku ekonomi dan
kesejahteraan KTSP:2006. Tujuan yang tercantum dalam KTSP tersebut sudah
mengandung konsep-konsep
yang dapat
kehidupan masyarakat
serta lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat. IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para
peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan
masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga
negara yang baik Sapriya 2012: 12. Mengacu pada tujuan pembelajaran IPS, maka diperlukan pembelajaran yang dapat membuat siswa yang aktif
berpartisipasi dalam pembelajaran IPS dengan menarik minat dan motivasi dalam diri siswa sehingga siswa mampu memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS. Namun pada kenyataannya, pembelajaran IPS di kelas VC SD Islam
Hidayatullah Kota Semarang masih belum sesuai harapan. Setelah peneliti melakukan refleksi melalui data observasi, catatan lapangan, dan data dokumen
bersama kolaborator didapatkan permasalahan mangenai kualitas pembelajaran
IPS yang masih rendah di kelas VC SD Islam Hidayatullah Semarang. Permasalahan-permasalahan yang muncul menyebabkan rendahnya kualitas
pembelajaran IPS di kelas VC SD Islam Hidayatullah Kota Semarang diantaranya adalah guru pada kelas VC yang masih kurang dalam mengembangkan minat dan
motivasi siswa dengan memberikan model pembelajaran inovatif disertakan pemakaian berbagai macam media yang mendukung pada setiap proses
pembelajaran. Pembelajaran juga masih terpusat pada guru sehingga siswa belum mampu aktif dalam pembelajaran IPS dikelas VC. Kurangnya penggunaan model-
model pembelajaran yang variatif dan penggunaan media yang menarik pada pembelajaran IPS kelas VC juga menyebabkan rasa kerjasama dan tanggungjawab
siswa belum tercipta pada pembelajaran IPS. Partisipasi siswa yang masih rendah juga merupakan permasalahan yang perlu dipecahkan untuk menarik siswa agar
lebih aktif dalam pembelajaran dikelas VC SD Islam Hidayatullah Kota Semarang.
Permasalahan tersebut didukung hasil belajar IPS siswa kelas VC SD Islam Hidayatullah Kota semarang yang masih kurang optimal. Terbukti pada
hasil tes formatif materi standar kompetensi 1. menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam,
keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia, kompetensi dasar 1.1 mengenal makna peninggalan-peninggalan
sejarah sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia dan 2.1 menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan
Islam di Indonesia diperoleh hanya 13 siswa 46,43 yang mendapatkan nilai
diatas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yaitu 70, sedangkan sisanya 15 siswa 53,57 nilainya masih dibawah KKM 70 dari 28 siswa kelas VC. Hasil belajar
siswa VC juga masih mengacu pada satu aspek saja yaitu kognitif, guru belum mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik dalam penilaian hasil belajar
siswa dikelas pada mata pelajaran IPS sehingga perlu adanya peningkatan dari penilaian dari hasil belajar IPS yang mencakup 3 ranah, yaitu ranah kognitif
cognitive, ranah afektif affective dan ranah psikomotorik psychomotoric. Hal tersebut menunjukan bahwa kualitas pembelajaran IPS di kelas VC masih kurang
dan perlu adanya peningkatan kualitas pembelajaran IPS. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS
2007:6-7 juga menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan standar isi mata pelajaran IPS. Dalam hal strategi pembelajaran, pembelajaran
yang lebih menekankan pada verbalisme. Guru dalam menerapkan metode pembelajaran lebih menekankan pada metode yang lebih menekankan pada
aktivitas guru, bukan pada aktivitas siswa. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang variatif. Misalnya guru lebih banyak menggunakan metode ceramah
bahkan menyuruh siswa untuk mencatat. Penggunaan metode ceramah yang medominasi juga ditemukan dalam pembelajaran di SD Islam Hidayatullah yang
permu mendapatkan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.
Kualitas pembelajaran merupakan tingkat pencapain tujuan pembelajaran. Depdiknas 2004: 7-10 menyatakan bahwa indikator kualitas pembelajaran dapat
dilihat sebagai berikut: perilaku pembelajaran pendidik, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran yang berkualitas, kualitas
media pembelajaran, sistem pembelajaran. Namun dalam penelitian ini yang menjadi bahan penelitian ditetapkan hanya pada tiga aspek yaitu keterampilan
guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa.
Untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang berkaitan dengan kualitas pembelajaran tersebut, perlu diterapkannya model pembelajaran inovatif
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas VC SD Islam Hidayatullah Semarang adalah melalui salah satu model pembelajaran kooperatif
yaitu model pembelajaran TGT Team Games Tournament. Menurut Suprijono 2011: 54 Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpinoleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan informasi yang dirancang untuk membantu
peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang dipilh peneliti adalah
TGT Team Games Tournament. Model pembelajaran TGT Team Games Tournament dipilih peneliti karena model pembelajaran ini adalah salah satu
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan dan mengandung unsur permainan sehingga memungkinkan siswa untuk belajar lebih rileks,
menumbuhkan tanggung jawab, serta kerja sama antar teman Hamdani, 2011 : 92.
Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
menurut Taniredja 2011: 72 adalah:
a. Siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan
pendapatnya dalam kelas kooperatif.
b.
Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi.
c.
Perilaku mengganggu siswa lain menjadi lebih kecil.
d.
Motivasi belajar siswa bertambah.
e.
Pemahaman lebih mendalam terhadap pokok bahasan yang dipelajari.
f. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan siswa
dan antara siswa dengan guru.
g. Siswa dapat mempelajari pokok bahasan bebas mengaktualisasikan diri
dengan seluruh potensi yang ada di dalam diri siswa dapat keluar, selain itu kerja sama antar siswa juga siswa dengan guru akan membuat interaksi
belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.
Berdasarkan kelebihan tersebut sangatlah tepat bila menjadi alternatif pemecahan permasalahan kualitas pembelajaran IPS pada kelas VC SD Islam
Hidayatullah Kota Semarang dengan materi menghargai jasa dan peranan tokoh kemerdekaan karena model ini menutut siswa untuk berinteraksi dan menjadi
percaya diri dalam menyampaikan pemikirannya mengenai materi menghargai jasa dan peranan tokoh kemerdekaan. Motivasi siswa dan pemahaman materi IPS
siswa akan cenderung meningkat dikarenakan model ini dapat membuat siswa tertarik dan fokus kedalam materi karena dalam pembelajaran IPS yang
menggunkan model ini tidak terkesan membosankan siswa.
Media pembelajaran yang menarik yang dipilih peneliti bersama tim kolaboratif adalah Media Powerpoint. Media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan
peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif Sukiman, 2012: 29. Melalui media
tersebut, maka siswa akan lebih termotivasi dalam pembelajaran IPS dan proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif dan menyenangkan. Menurut Razaq
Penggunaan media Powerpoint sebagai sualtu alternatif pemecahan masalah dianggap paling tepat karena dengan Microsoft Powerpoint ini kita akan dapat
merancang dan membuat presentasi yang lebih menarik dan profesional Sukiman, 2012: 213. Pemanfaatan media presentasi ini dapat digunakan oleh
pendidik maupun peserta didik untuk mepresentasikan materi pembelajaran ataupun tugas-tugas yang akan diberikan. Sehingga siswa dalam Pembelajaran
IPS pada kelas VC SD Islam Hidayatullah Kota Semarang dalam materi menghargai jasa dan peranan tokoh kemerdekaan akan lebih tertarik dan
temotivasi untuk fokus dalam pembelajaran dan pemehaman siswa akan
meningkat.
Penelitian yang mendasari pemilihan model pembelajaran dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Gusniawati 2013 dengan judul
“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Perkembangan Teknologi Transportasi Melalui Metode Teams Games Tournament TGT Pada
Pembelajaran IPS SD” yang berlokasi di kelas IV SDN Cintalaksana Kecamatan
Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah adanya peningkatan hasil penilaian perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran yang semakin meningkat dari siklus I sampai siklus II. Perencanaan pembelajaran siklus I 72,2, siklus II 80,5. Sementara itu, pelaksanaan
pembelajaran pun meningkat, siklus I 70,6, dan siklus II 78,12. Aktivitas belajar siswa melalui metode Team Games Tournament juga meningkat. Siklus I
rata-rata 61,3, siklus II, 91,01. Hasil belajar siswa pada materi perkembangan teknologi transportasi melalui metode Team Games Tournament diperoleh siswa
pada siklus I rata-rata 69,37 dan siklus II 81,87. Dari penelitian ini telah memberikan simpulan bahwa penggunaan metode Teams Games Tournament
pada pembelajaran IPS dapat memberikan peningkatan terhadap hasil belajar
siswa jika direncanakan dan dilaksanakan dengan baik.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Yuliati 2010 dengan judul “Penerapan pembelajaran kooperatif model teams games tournaments TGT untuk
meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas III SDN Gambiran I Kec. Prigen Kab. Pasuruan”. Dalam penelitian tersebut nilai IPS termasuk dalam kategori rendah
dengan nilai rata-rata nilai pra tindakan, yaitu 63. Dari siswa yang berjumlah 31 anak, hanya ada 8 siswa 28 yang mencapai KKM, sedangkan 23 siswa 74
masih belum mencapai KKM. Hal ini karena guru lebih sering menerapkan metode pembelajaran yang kurang melibatkan keaktifan siswa dan pengalaman
langsung pada diri siswa. Permasalahan tersebut diatasi dengan penerapan pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournaments TGT dalam
pembelajaran IPS pada siswa kelas III SDN Gambiran 1 Kecamatan Prigen
Kabupaten Pasuruan. Setelah dilaksanakan penelitian didapatkan hasil sebagai berikut: hasil belajar siswa yang merupakan pemahaman konsep IPS materi pokok
denah dan peta secara klasikal mengalami peningkatan dari 63,39 pada pra tindakan menjadi 73,04 pada siklus I dan pada siklus II meningkat menjadi
82,13. Hasil belajar berupa ketrampilan proses kerjasama meningkat dari 62,07 pada siklus I kemudian mengalami peningkatan menjadi 93,33 pada
siklus II. Secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dan mencapai target yang telah ditetapkan setelah pembelajaran kooperatif model
TGT diterapkan.
Pemakaian media Powerpoint ini juga didukung oleh penelitian Melda Putri Pamungkas
2013 dengan judul “Meningkatkan hasil Belajar IPS Menggunakan Media Powerpoint Siswa Kelas IVSD Tidar 3 Kota Magelang”.
Pada awal penelitian siswa yang memperoleh nilai tuntas KKM Kriteria Ketuntasan Minimum hanya 10,53. Setelah dilaksanakan tindakan hasil
meningkat. Pada siklus I siswa yang lolos KKM sebanyak 18,42, dan pada siklus II target keberhasilan terpenuhi dengan siswa yang lulus KKm ada 89,47.
Peningkatan maksimum didapat setelah siklus kedua dengan menggunakan media LCD Proyektor yang menampilkan gambar dan video.
Peneliti bersama tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan model pembelajaran TGT Team Games Tournament dan
penggunaan media Powerpoint untuk mengatasi permasalahan tersebutdan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS kelas VC.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas untuk memecahkan permasalah tersebut dengan judul
“Penerapan Model TGT Team Games Tournament dengan Media Powerpoint untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Kelas VC di SD Islam
Hidayatullah Kota Semarang”.
1.2 RUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH