d Analisis kadar lemak Daging rajungan sebanyak 5 g dimasukkan ke dalam kertas saring yang
disumbat dengan kapas dan dimasukkan ke dalam selongsong lemak kemudian dimasukkan ke dalam labu lemak yang sudah ditimbang dan disambungkan
dengan tabung soxhlet. Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak. Tabung ekstraksi dipasang pada
alat destilasi soxhlet dan dipanaskan pada suhu 40 °C dengan menggunakan pemanas selama 16 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi
hingga semua pelarut lemak menguap. Saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak
selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C. Kemudian labu didingingkan dalam desikator. Kadar lemak pada daging rajungan dihitung
sebagai berikut:
Keterngan: W
1
= Berat sampel daging rajungan gram W
2
= Berat labu lemak tanpa lemak gram W
3
= Berat labu lemak dengan lemak gram
3.4.3 Analisis asam lemak AOAC 1984
Metode analisis yang digunakan memiliki prinsip mengubah asam lemak menjadi turunannya, yaitu metil ester sehingga dapat terdeteksi oleh alat
kromatografi Fardiaz 1989. Hasil analisis akan tertekan dalam suatu lembaran yang terhubung dengan rekorder dan ditunjukkan melalui beberapa puncak pada
waktu retensi tertentu sesuai dengan karakter masing-masing asam lemak. Sebelum melakukan injeksi metil ester, terlebih dahulu lemak diekstraksi dari
bahan lalu dilakukan metilasi sehingga terbentuk metil ester dari masing-masing asam lemak yang didapat.
Analisis asam lemak dilakukan melalui tahap ekstraksi, metilasi, injeksi, dan pembacaan sampel dengan kromatogram.
Kadar lemak = W
3
– W
2
x 100 W
1
a Ekstraksi Analisis asam lemak dilakukan dengan metode kromatografi gas. Tahap
pertama dilakukan ekstraksi soxhlet untuk memperoleh lemak. b Pembentukan metil ester metilasi
Tahap metilasi dimaksudkan untuk membentuk senyawa turunan dari asam lemak menjadi metil esternya. Asam-asam lemak diubah menjadi ester-ester
metil atau alkil yang lainnya sebelum disuntikkan ke dalam kromatografi gas Fardiaz 1989.
Tahap ini dilakukan dengan menimbang 15-30 mg contoh lemak dalam tabung bertutup teflon. Kemudian 1 ml NaOH 0,5 N ditambahkan dalam metanol
dan dipanaskan dalam penangas air selama 20 menit. Selanjutnya ditambahkan 2 ml BF
3
16 dan 5 mgml standar internal, dipanaskan kembali selama 20 menit. Kemudian didinginkan dan ditambahkan 2 ml NaCl jenuh serta 1 ml isooktan,
dikocok dengan baik. Lapisan isooktan dipindahkan dengan bantuan pipet tetes ke dalam tabung yang berisi 0,1 g Na
2
SO
4
anhidrat, dibiarkan 15 menit. Fase cair dipisahkan dan selanjutnya diinjeksikan ke kromatografi gas.
c Identifikasi dengan kromatografi gas Identifikasi asam lemak dilakukan dengan menginjeksikan metil ester pada
alat kromatografi gas. d Analisis komponen asam lemak, sebagai FAME
Kondisi alat diatur sebagai berikut Kolom
: cyanopropil methyl sil capilary column Dimensi kolom
: p = 60 m, Ø dalam = 0,25 mm; 0,25 µ m film tickness Laju alir N
2
: 20 mlmenit Laju alir H
2
: 30 mlmenit Laju alir udara
: 200-250 mlmenit Suhu injektor
: 220 °C Suhu detektor
: 240 °C Suhu kolom
: 125 °C -kolom temperatur
: 185 °C diam 5 menit 225 °C diam 5 menit
Rate 10 °Cmenit
Ratio : 1 : 8
Volume injeksi : 1 µl
Kecepatan linier : 20 cmsec
Pelarut sebanyak 1 µ l diinjeksikan ke dalam kolom. Waktu retensi dan puncak masing-masing komponen diukur. Waktu retensinya dibandingkan dengan
standar untuk mendapatkan informasi mengenai jenis dari komponen-komponen dalam contoh. Contoh dan standar dilakukan secara terpisah, tidak ada
penambahan larutan standar ke dalam contoh. Jumlah kandungan komponen dalam contoh dihitung sebagai berikut:
x C
standar
gram contoh Keterangan : Ax = area contoh
As = area standar C = berat standar asam lemak
3.4.4 Analisis kadar kolesterol