Gambaran Umum Perkreditan pada Level Mikro

5 ANALISIS KEBIJAKAN MIKRO PERKREDITAN PERIKANAN

5.1 Gambaran Umum Perkreditan pada Level Mikro

Untuk melihat gambaran umum perkreditan perikanan pada skala mikro, maka kasus perkreditan perikanan di wilayah Pekalongan akan dikaji secara mendalam melalui berbagai analisis seperti diuraikan lebih rinci pada bagian- bagian lain pada bab ini. Bagian ini akan menjabarkan beberapa hal menyangkut perkreditan perikanan pada level mikro secara umum yang merupakan hasil pengamatan selama penelitian di lapangan. Kota Pekalongan, memiliki Pusat Pendaratan Ikan PPI yang merupakan salah satu pelabuhan pendaratan ikan terbesar di Indonesia. Pemerintah daerah Kota Pekalongan pada dasarnya cukup memberikan dorongan kepada nelayan setempat untuk mengambil kredit dari perbankan, terutama bank milik pemerintah seperti Bank Rakyat Indonesia BRI. Namun demikian, hanya nelayan besar pemilik kapal besar yang lebih banyak mengambil kesempatan ini, sementara nelayan kecil kebanyakan hanya mengambil Kredit Usaha Pedesaan KUPEDES, dan ini pun tidak sebanyak yang diharapkan Santoso, Personal.com, 2005. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pada daerah dengan kondisi sumber daya ikan masih ada, upaya kredit nampaknya masih relevan, namun pada daerah yang dianggap over fishing, seperti pada wilayah perairan pesisir, maka kredit akan membebani, karena risiko yang tinggi. Dengan demikian, memang hanya nelayan dengan tingkat jelajah yang tinggi, dalam hal ini adalah nelayan dengan kapal besar dan GT di atas 30, memiliki tingkat risiko kredit yang dianggap lebih rendah. 84 Penyaluran KUPEDES di Kota Pekalongan dapat dilakukan melalui keputusan pimpinan cabang atau kepala unit. Waktu proses maksimum diperlukan mulai dari permohonan sampai pencairan dana selama 14 hari kerja. Prosedur pemberian kredit dengan putusan pimpinan cabang disajikan pada Gambar 22, dan prosedur pemberian kredit dengan putusan kepala unit disajikan pada Gambar 23. 85 Keterangan : 1. Untuk putusan Kaunit, penyelesaian SKPP sejak dari pendaftaran sampai dengan putusan dan pemberitahuan putusan kepada calon debitur, tidak boleh lebih dari 7 tujuh hari kalender baik ditolak maupun disetujui. 2. Apabila dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari kalender setelah tanggal putusan, debitur KUPEDES belum mencairkan kreditnya maka putusan secara otomatis menjadi BATAL, dan apabila debitur masih memerlukan KUPEDES maka permohonan KUPEDES tersebut agar diproses ulang Gambar 22 Flow chart alur proses putusan KUPEDES Kaunit 86 Keterangan : 1. Untuk putusan Pinca, penyelesaian SKPP sejak dari pendaftaran sampai dengan putusan dan pemberitahuan putusan kepada calon debitur, tidak boleh lebih dari 14 empat belas hari kalender baik ditolak maupun disetujui. 2. Apabila dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari kalender setelah tanggal putusan, debitur KUPEDES belum mencairkan kreditnya maka putusan secara otomatis menjadi BATAL, dan apabila debitur masih memerlukan KUPEDES maka permohonan KUPEDES tersebut agar diproses ulang Gambar 23 Flow chart alur proses putusan KUPEDES Pinca tanpa AMBM dan MBM 87 Prosedur pemberian kredit dimulai dengan adanya permohonan KUPEDES oleh nelayan calon debitur yang dilakukan secara tertulis dengan menggunakan Surat Keterangan Permohonan Pinjaman SKPP. Analisis KUPEDES dilakukan dengan menggunakan pendekatan Repayment Capacity RPC melalui wawancara dengan calon debitur. Hasil wawancara dituangkan dalam bentuk neraca dan rugi laba, sebagai dasar untuk menghitung kebutuhan KUPEDES calon debitur yang bersangkutan. Apabila dari hasil analisis KUPEDES yang dilakukan mantri dan atau kepala unit terdapat hal-hal yang diragukan kebenaran, keakuratan dan atau kewajarannya maka pejabat pemutus dapat melakukan pemeriksaan ulang secara on site untuk memastikan kebenaran, keakuratan dan kewajarannya. Hasil pemeriksaan ulang tersebut dituangkan dalam lembar terpisah dengan hasil analisis sebelumnya. Maksimal waktu proses adalah 14 hari kerja terhitung sejak calon debitur mengajukan permohonan. Kewenangan memutuskan KUPEDES dengan plafond di atas Rp 25 juta sampai dengan 50 juta merupakan kewenangan pemimpin cabang dan dapat didelegasikan kepada Manajer Bisnis Mikro MBM, dengan ketentuan sebagai berikut: a. BRI unit tetap dapat melayani pemberian KUPEDES dengan plafond di atas Rp 25 juta sampai Rp 50 juta apabila NPL khusus untuk KUPEDES dengan plafond di atas Rp 25 juta sampai dengan Rp 50 juta di BRI unit yang bersangkutan ≤ 2,75 , dan diputus sesuai dengan kewenangan pimpinan cabang atau MBM sesuai limit b. Namun apabila NPL khusus untuk KUPEDES dengan plafond di atas Rp 25 juta sampai Rp 50 juta di suatu BRI unit lebih dari 2,75 maka atas permohonan KUPEDES dengan plafond di atas Rp 25 juta sampai dengan 88 Rp 50 juta di BRI unit tersebut harus dimintakan ijin prinsip secara case by case ke pemimpin wilayah. c. Apabila angka NPL khusus untuk KUPEDES dengan plafond di atas Rp 25 juta sampai dengan Rp 50 juta di BRI unit yang bersangkutan posisi akhir bulan berikutnya kembali menjadi ≤ 2,75 , maka kewenangan untuk memutus KUPEDES dengan plafond di atas Rp 25 juta sampai dengan Rp 50 juta tersebut kembali menjadi kewenangan pemimpin cabang MBM sesuai limit dan tidak perlu meminta ijin prinsip. KUPEDES dari BRI di Kota Pekalongan ada 4 unit cabang, yaitu di lokasi Keraton,Wira Desa, Kusuma Bangsa dan Wonokerto. Ketersediaan data khusus untuk kredit nelayan KUPEDES, meliputi data 10 tahun ke belakang, dan itupun tidak lengkap. Outstanding kredit yang berjalan sampai dengan bulan Agustus tahun 2005, lebih kurang Rp 75 milyar. Kredit dalam jumlah besar sekitar Rp 2 milyar diberikan kepada 3 sampai 4 orang. Selain itu ada juga Koperasi Makaryo Mino, koperasi tertua untuk nelayan yang menunjang usaha perikanan masyarakat nelayan di sana melalui bantuan kredit kecil dengan kredit cukup besar Produk yang diberikan skim sebenarnya banyak. Untuk perikanan berupa kredit program pemerintah UU RI No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan Bab X pasal 60 ayat 1.a, berupa bantuan perlengkapan untuk penangkapan ikan KMKPKUTKKP. Namun demikian sekarang ini bantuan tersebut diperoleh dari bank pelaksana, dengan pengawasan yang lebih ketat karena dianggap berisiko tinggi. Agunan untuk skim sama saja dengan agunan seperti usaha lainnya. Tahun 89 2004 yang lalu kredit ini banyak digunakan untuk membeli kapal, namun tahun 2005 lebih banyak yang digunakan untuk modal melaut. Pengajuan modal kerja dilakukan untuk jangka waktu 1 tahun, bisa diperpanjang atau diajukan lagi. Tingkat pengembalian untuk kredit kerja ini cukup tinggi, namun tergantung cuaca. Jika cuaca buruk, kemungkinan membayar akan tertunda. Di Pekalongan diketahui ada siklus 8 tahunan di mana sumber daya ikan kemudian menurun drastis. Kredit seperti itu lebih banyak dimanfaatkan oleh nelayan dengan kapal di atas 30 GT. Karena profil skim kredit masih konvensional, nelayan kecil banyak lari ke lembaga keuangan yang non konvensional seperti tengkulak, BKD BI, BPR, KOSPIN Koperasi Simpan Pinjam, KOSPIN Jasa, dan lain-lain. Ada 112 BKD di Pekalongan yang buka hanya seminggu 1 kali di mana tidak dibutuhkan agunan sama sekali. Dari empat unit cabang yang ada di Kota Pekalongan, penelitian ini dilakukan di dua unit cabang yakni Cabang Kesuma Bangsa dan Cabang Wonokerto, dengan pertimbangan kedua cabang unit ini merupakan yang tertua dan berlokasi di dekat lokasi PPI dan perkampungan nelayan. Unit cabang BRI Kesuma Bangsa, hanya melayani kredit untuk bakul ikan, berupa kredit usaha sebesar Rp 3 sd 5 juta rupiah. Bakul ini yang memberi ”per-sekot” kepada nelayan, sehingga pada kondisi ini rantai sebenarnya putus sampai di bakul. Kredit ke nelayan langsung hampir tidak ada, karena berdasarkan pengalaman sebelumnya hampir 50 kredit ke nelayan macet akibat cuaca yang tidak menguntungkan. Kredit lebih menguntungkan jika dialirkan ke bakul. Rochadi pers.com, 2005 menyatakan bahwa dari Rp 2,1 milyar kredit yang dialirkan, yang bermasalah atau Non Performance Loans NPL adalah sekitar Rp 33 juta 90 1,64 . Jumlah debitur di unit cabang Kesuma Bangsa mencapai 364 orang, yang 80 nya adalah bakul, sementara sisanya nelayan, pengolah dan pedagang lainnya kelontong. Agunan tidak diperlukan untuk kredit dibawah 3 juta. Kenyataannya, dari sekitar 200-an bakul yang ada di kecamatan ini, hanya 40 yang meminjam dari unit cabang Kesuma Bangsa, sisanya ke tengkulak, BPR, Swamitra. Dari tengkulak misalnya mereka bisa meminjam Rp 100.000,- dengan bunga 10 per hari. Para bakul ini biasanya mendapatkan sekitar 60 kg ikan dengan 15 hari kerja selama sebulan dan perolehan keuntungan bersih sekitar Rp 50.000,-. Nelayan kreditur Kesuma Bangsa, rata-rata nelayan purse seine dengan lokasi penangkapan sampai 12 mil dengan rata-rata trip 25-32 hari. Nelayan lebih suka menjual ikannya di laut daripada di TPI Pekalongan. Pedagang dari luar tidak bisa lelang di TPI Pekalongan jika tidak memiliki kartu, sehingga lelang di TPI Pekalongan menjadi monopsoni. Unit cabang BRI Wonokerto melayani nelayan dan bakul dari TPI Wonokerto Kulon dan Jambean. Performance yang lebih baik adalah kreditor dari Jambean. Hal ini disebabkan kerena alat tangkap jaring nilon dan perahu yang lebih besar. Pendapatan nelayan saat ini memang sangat kecil, yaitu sekitar Rp 20.000,- sekitar 2 kg ikan dengan harga Rp 10.000,-. Pinjaman untuk membeli perahu adalah sebesar Rp 7 juta sampai dengan 10 juta per kapal. Kredit di Wonokerto pengembaliannya rendah yaitu sekitar 50 . Total nelayan di kecamatan ini adalah 470 orang, sedangkan nasabahnya 80 dari nelayan. Agunan yang diminta adalah Pajak Bumi dan BangunanPethok, SPPT asli. Secara keseluruhan, nasabah BRI Wonokerto terdiri dari 10 nelayan dan sisanya pedagang. 91

5.2 Analisis Efisiensi Kredit Perikanan