13
3 Mengkaji kinerja input dan output yang digunakan pada perikanan tangkap dengan dan tanpa bantuan finansial perkreditan.
4 Melakukan analisis dampak kebijakan mikro finansial yang telah diterapkan pada saat ini untuk sektor perikanan tangkap.
5 Mengkaji model perkreditan perikanan yang berbasis sumber daya perikanan dan karakteristik usaha perikanan.
6 Mengkaji tipologi perencanaan kredit berbasis manajemen risiko dalam kondisi tertentu, sehingga dunia perbankan dapat mengantisipasinya secara
lebih dini.
1.4 Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir studi ini berawal dari adanya gap antara klaim kemampuan sumber daya ikan menghasilkan potensi ekspor, penyerapan tenaga
kerja dan berbagai klaim lainnya yang juga menunjukkan adanya potensi yang besar dari sumber daya perikanan. Di sisi lain, klaim tersebut tidak didukung oleh
kenyataan yang ada karena banyaknya masalah yang dihadapi sektor perikanan seperti kemiskinan, struktur pasar yang tidak kompetitif, permasalahan subsidi
yang kurang tepat serta terjadi overfishing dan overcapacity di beberapa wilayah perikanan tangkap. Permasalahan inipun saling terkait satu sama lain di mana
satu masalah bisa memperbesar atau menyebabkan permasalahan lainnya. Terjadinya gap ini salah satunya adalah kurangnya pemahaman yang
komprehensif mengenai aspek financial capital dan kaitannya dengan pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Akibatnya seringkali usaha
perikanan bukan saja tidak berkelanjutan secara ekonomi namun juga secara
14
ekologi dan sosial. Untuk itulah diperlukan analisis mengenai keterkaitan antara financial capital
dalam perikanan dengan komponen kapital lainnya seperti man made capital
dan natural capital sehingga dapat dihasilkan kebijakan yang tepat menyangkut komponen financial capital ini. Secara sistematis pola kerangka
pikir studi ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pikir studi
Pertumbuhan sektor perikanan yang merupakan obyek penelitian studi ini dipengaruhi oleh banyak variabel. Variabel-variabel tersebut menyangkut tiga hal
utama yakni natural capital stok sumber daya ikan, man-made capital input yang digunakan untuk penangkapan ikan seperti kapal, alat tangkap, dan berbagai
instrumen lainnya, human capital tenaga kerja yang digunakan, dan financial capital
atau sumber pendanaan. Tiga komponen capital yakni natural, man-made
15
dan human lebih sering bersifat exogenous atau di luar kendali pelaku perikanan
dan pemerintah. Di sisi lain financial capital, sering menjadi kendala yang bersifat exogenous
dan memerlukan intervensi dari berbagai pihak baik pemerintah maupun lembaga keuangan lainnya. Ini disebabkan karena ketidakmampuan
pelaku perikanan seperti nelayan untuk memenuhi capital ini secara penuh. Komponen ini selain akan berpengaruh terhadap produktifitas nelayan dan kondisi
sumber daya ikan, juga dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang terkait dengan bantuan keuangan seperti perkreditan untuk sektor perikanan
tangkap. Keterkaitan antara berbagai faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Keterkaitan komponen kapital dalam pengelolaan sumber daya
perikanan yang berkelanjutan
16
Sebagaimana terlihat pada Gambar 2, interaksi antara berbagai komponen capital
akan menentukan kegiatan penangkapan ikan fishing. Khusus yang menyangkut financial capital, komponen ini akan secara langsung mempengaruhi
man-made capital dan secara tidak langsung akan mempengaruhi human capital.
Keterkaitan langsung antara financial capital dan man-made capital terkait dengan pembelian faktor produksi yang diperlukan untuk kegiatan penangkapan
ikan. Oleh karena adanya kendala yang dimiliki oleh nelayan, maka bantuan finansial akan meningkatkan kemampuan input yang digunakan yang kemudian
akan berpengaruh terhadap stok sumber daya ikan. Dalam beberapa hal, bantuan finansial ini bisa berakibat negatif juga, yaitu menambah tekanan terhadap sumber
daya karena terjadinya overcapacity pada perikanan tangkap yang kemudian akan berpengaruh pada kegiatan penangkapan itu sendiri.
Di sisi lain, komponen financial capital ini banyak dipengaruhi oleh variabel-variabel kebijakan pemerintah mengenai perkreditan dan bantuan
finansial lainnya untuk sektor perikanan. Kebijakan perbankan untuk perikanan yang tidak kondusif selama ini juga menjadi penyebab rendahnya kinerja sektor
perikanan. Selain kebijakan pemerintah, komponen financial capital ini juga
dipengaruhi secara langsung oleh risiko dan ketidakpastian yang diakibatkan dari karakteristik sumber daya ikan itu sendiri maupun ketidakpastian risiko finansial
lainnya. Secara tidak langsung, sumber daya manusia akan menentukan kemampuan manajerial yang pada akhirnya juga akan berpengaruh pada
kemampuan kapital finansial untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan. Interaksi keseluruhan komponen ini pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
17
produksi perikanan secara keseluruhan dan manfaat ekonomi yang dihasilkannya yang akan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir secara umum.
Kerangka berpikir seperti ini juga diilhami oleh implementasi manajemen risiko sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia no.58PBI tahun
2003 tentang penerapan Manajemen risiko bagi bank umum serta Peraturan Bank Indonesia No.73DPNP tanggal 31 Januari 2005 tentang penilaian Kualitas
Aktiva Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia No.73DPNP tanggal 31 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Ketentuan Bank
Indonesia yang baru dirilis tersebut memberikan indikasi peningkatan kepedulian dan peran serta dunia perbankan dalam mendukung sustainabilitas pengelolaan
lingkungan hidup. Salah satu assesment yang harus dilakukan oleh bank untuk menilai
kelayakan usaha debitur adalah faktor risiko industri, dimana kelangsungan usaha debitur dan prospek industri tertentu juga ditentukan oleh kemampuan debitur
dalam hubungannya dengan pengelolaan lingkungan hidup. Pemberian input financial capital
pada sektor perikanan akan berpengaruh dan terkait langsung dengan kondisi sumber daya perikanan itu sendiri, yang pada akhirnya akan
bermuara pada kualitas kredit yang diberikan oleh perbankan. Tiga faktor penting yang digunakan dalam penilaian kualitas pemberian
kredit adalah : prospek usaha, kinerja debitur dan kemampuan membayar. Materialitas dan signifikansi dari ketiga faktor penilaian kualitas kredit tersebut, di
dalamnya termasuk upaya pengelolaan sumber daya lingkungan secara berkelanjutan.
18
Pada sektor perikanan, pemberian kredit ataupun input financial capital lainnya akan menjadi prime mover yang mengakselerasi man made capital dan
human capital yang kemudian akan berpengaruh terhadap sumber daya perikanan
di wilayah perairan tersebut. Pengembangan dari model bioekonomi sumber daya ikan secara
konvensional belum memperhitungkan input financial capital. Melalui penelitian ini diteliti dengan cermat serta dibuatkan model dan simulasinya secara dinamik
yang akan diuraikan secara rinci pada Bab 3 : Metode Penelitian.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan Kredit Perikanan Tangkap