Bentuk Pencatatan Keuangan di Percetakan

puluhan tahun tinggal menunggu waktu apakah umurnya masih akan bertambah atau malah akan menjadi mati atau dengan kata lain bangkrut.

5.5. Bentuk Pencatatan Keuangan di Percetakan

Bermacam-macam latarbelakang karakter dan pendidikan yang dimiliki oleh pelaku usaha menjadikan tata kelola keuangan menjadikan berbeda-beda antara pemilik yang satu dengan yang lainnya dengan catatan jika pemilik usaha tersebut sudah biasa mengajukan kredit kepada pihak bank atau lembaga formal lainnya biasanya mereka sudah menerapkan catatan keuangan yang rapi dan dapat dipertanggungjawabkan. Bentuk yang diterapkan oleh para pelaku usaha baisanya menganut pola paling mudah, artinya pola yang yang diyakini dipandang mudah untuk dipahami dan dimengerti itulah yang dipakai untuk pola pengelolaan keuangan. Dalam kutipan wawancara dengan informan pemilik percetakan ialah bapak Sugiyanto dapat tergambar pola penerapan tata kelola keuangan yang dimiliki oleh percetakan Samudra Cipta Sakti, adalah sebagi berikut : “…..bentuk pencatatane yoo meg dicatat nang bon ta nota mbak… mboh iku duwet DP mbah pelunasan yoo ditulis nang nota lah neg kate mblonjo kebutuhan yo kari dikurangi neg gag yo langsung melbu tabungan.ngono ae mbak…gag angel angel. Informan Sugiyanto Pencatatan yang dilakukan bapak Sugiyanto masih sangat sederhana bahkan bisa dianggap kurang layak. Dimulai dari terima uang muka DP Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. lantas uang muka yang diterima tersebut digunakan untuk belanja barang- barang yang digunakan untuk keperluan pengerjaan awal percetakan. Setelah semua dirasa sudah beres secara otomatis uang yang lain masuk ke tabungan atau rekening yang dimilikinya. Rekening yang dimiliki tersebut juga merupakan rekening pribadi, artinya tercampur dengan uang hasil usaha. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan karyawan percetakan Samudra Cipta Sakti.yaitu saudara Waskito dan Lutfi. Peneliti mengajukan pertanyaan yang sama mengenai bentuk atau model pencatatan yang digunakan. Berikut pemaparan dari kedua informan tersebut : “….jadi gini neg ada orang pesan neg dia mbayar DP ya kita kasih nota lah duwet te biasane langsung diserahno bos mbak…pokok neg awag dewe perlu opo yo kari ngomong nang bos….” Informan Waskito Pemaparan Informan Saudara Lutfi: “…..sisteme seng gampang gampang ae…seng jelas angger eneg uang yang berkaitan dengan percetakan yoo dikei nota mbeg ditulis pisan. Nang nota iku kan rangkep dua kertas mbak. Lah kertas seng gawe kene percetakan iku seng disimpen. Lah duwete diserahno nang juragan..yo wes koyog biasane lah…” Informan lutfi Peneliti kemudian melanjutkan wawancara dengan informan terakhir yaitu saudara Junaidi masih dengan pertanyaan yang sama. berikut transkripsi wawancara dengan informan : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. “…..bentuk pencatatane iku nota mbak utowo bon dadi ga pembukuan koyok nang sekolah sekolah ngono iku.. ” Informan Junaidi Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, dapat disimpulkan bahwa bentuk pencatatan keuangan di percetakan Samudra Cipta Sakti ialah berupa nota-nota, bon- bon, dan juga rekening tabungan yang dimiliki oleh pemilik usaha. Tidak menggunakan pemisahan dengan uang pribadi menjadi hal yang salah karena pengelola berpikir semuanya menjadi satu di rekening tabungan. Ketika pengelola menginginkan sesuatu yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan usahanya, pengelola tinggal mengambil dananya yang tersedia di bank. Resiko yang diterima ketika tidak ada pemisahan uang usaha dengan uang pribadi adalah tidak bisa mendeteksi keuntungan tiap bulannya. Pengelola berpegang bahwa ketika uang tersebut bisa digunakan untuk membayar biaya-biaya yang muncul ketika adanya pengerjaan dan memandang selama itu tidak rugi, pengelola tetap menggunakan cara tersebut. Padahal dalam metode yang dikembangkan dalam menerapkan pencatatan keuangan adalah dengan mengetahui arus kas dan laba rugi atas usaha yang dikelola. Dengan adanya laporan rugi laba diyakini dapat menjawab pertanyaan pengusaha atas kerugian atau keuntungan atas usaha yang dijalankan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5.6. Permasalahan Terkait Dengan Penerapan Pencatatan Akuntansi