STUDI PENCATATAN KEUANGAN PADA USAHA KECIL PERCETAKAN SAMUDRA CIPTA SAKTI DI SURABAYA.

(1)

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “Studi Pencatatan Keuangan Pada Usaha Percetakan Samudera Cipta Sakti Di Surabaya” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Akuntansi, di Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca dengan tujuan untuk menyempurnakan skripsi ini sangat di harapkan dan diterima dengan senang hati. Dalam menyelesaikan tugas ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik bersifat bimbingan, petunjuk maupun kesempatan berdiskusi. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih,SE,MSi, selaku Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Indrawati Yuhertiana. MM. Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Drs. Saiful Anwar, MSi, selaku Dosen Wali yang telah memberikan ilmunya.


(2)

7. Bapak Sugiyanto dan Staf Karyawan Percetakan Samudera Cipta Sakti yang telah membantu memperoleh data sehubungan dengan penulis.

8. Abah dan Umik yang tercinta, penulis menyampaikan sembah sujud yang tulus atas doa dan segala jerih payah serta pengorbanannya dalam mendidik penulis hingga saat ini, serta support dari Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HMAK) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang tidak hentinya mendorong dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi, semangat dan keceriaan bagi penulis selama ini yakni Bambang Sumpiatu , Muhammad Ardiansyah, Yohan Trisnanto, Putri Defi, Syahrial Briosandhi, Wenny Sandra dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu terima kasih atas dorongan dan doanya.

Akhirnya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa program studi akuntansi.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surabaya, Mei 2011


(3)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAKSI……….. viii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1. Manfaat Praktis ... 9

1.4.2. Manfaat Teoritis ... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 13

2.2.1. Pengertian Akuntansi ... 13

2.2.2. Sistem Informasi Akuntansi ... 15

2.2.2.1. Pengertian Sistem ... 15

2.2.2.2. Pengertian Informasi ... 15

2.2.2.3. Siklus Pengolahan Data ... 16

2.2.2.4. Karakteristik informasi ... 18

2.2.2.5. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi... 19

2.2.3. Pengertian Industri ... 20

2.2.3.1. Industri Kecil ... 23

2.2.4. Kriteria Usaha Kecil ... 24

2.2.4.1. Keunggulan Usaha Kecil………. .. 26

2.2.4.2. Kelemahan Usaha Kecil……… .. 27

2.2.5. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship) ... 29

2.2.6. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil…… .... 31

BAB III : METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Fokus Penelitian ... 42

3.3. Alasan Ketertarikan Peneliti ... 42

3.4. Informan ... 45

3.4.1. Deskripsi Informan ... 46


(4)

3.6. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.7. Teknis Analisa ... 50

3.8. Pengujian Kredibilitabilitas Data ... 52

BAB IV : DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN ... 55

4.1. Sejarah Industri Percetakan di Dunia ... 55

4.2. Sejarah Percetakan Di Indonesia ... 56

4.3. Sejarah Percetakan Samudera Cipta Sakti ... 58

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 60

5.1. Jenis Transaksi Di PErcetakan ... 60

5.1.1. Tahap-Tahap Transaksi Percetakan ... 62

5.2. Pemahaman Pengusaha Percetakan Mengenai Pencatatan Keuangan Usaha ... 66

5.3. Pencatatan Keuangan Sebagai Bentuk Fungsi Kontrol Keuangan Usaha ... 70

5.4. Penggunaan Pencatatan Keuangan Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan Usaha ... 74

5.5. Bentuk Pencatatan Keuangan Di Percetakan ... 77

5.6. Permasalahan Terkait Dengan Penerapan Pencatatan Akuntansi ... 80

5.7. Pemeriksaan terhadap Transakasi ... 82

5.8. Pengelolaan Kembali Modal Usaha ... 82

5.9. Penentuan Tarif Yang Ditawarkan Usaha Percetakan ... 83

5.10. Pentingnya Menjaga Relasi Dengan Pelaggan………. .. 84

5.11. Permasalahan yang Terjadi Pada Usaha Percetakan………….. .... 86

5.12. Promosi Yang Digunakan Untuk Menarik Pelanggan………… ... 87

5.13. Keterbatasn Penelitian………. ... 90

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

6.1. Kesimpulan ... 90

6.2. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(5)

DAFTAR TABEL

hal


(6)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 2.1 Siklus Pengolahan Data Secara Manual ... 17

Gambar 2.1 Siklus Pengolahan Data Dengan Komputer ... 17

Gambar 3.1 Menekankan Pada Pola Pikir ... 39

Gambar 3.2 Analisis Interaktif Menurut Miles Dan Huberman ... 52

Gambar 5.1 Langkah Awal Proses Tekhnik Percetakan Sablon ... 63


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 2 Surat Pernyataan Penelitian Lampiran 3 Desain Research Penelitian Lampiran 4 Mind Mapping Penelitian

Lampiran 5 Nota Pendapatan Transaksi Percetakan Samudera Cipta Sakti Lampiran 6 Nota Pengeluaran Transaksi Percetakan Samudera Cipta Sakti Lampiran 7 Buku Rekening Tabungan Percetakan Samudera Cipta Sakti Lampiran 8 Foto Percetakan Samudera Cipta Sakti

Lampiran 9 Foto Warung Candhes Usaha Sampingan Bapak Sugiyanto Lampiran 10 Foto Kolam Budidaya Lele Usaha Sampingan Bapak Sugiyanto Lampiran 11 Foto Aktivitas Usaha Percetakan Samudera Cipta Sakti

Lampiran 12 Foto Aktivitas Usaha Percetakan

Lampiran 13 Foto Aktivitas Usaha Percetakan Samudera Cipta Sakti Lampiran 14 Foto Media Promosi Percetakan Samudera Cipta Sakti Lampiran 15 Foto Media Promosi Percetakan Samudera Cipta Sakti Lampiran 16 Foto Media Promosi Percetakan Samudera Cipta Sakti Lampiran 17 Hasil Produksi Percetakan Samudera Cipta Sakti Lampiran 18 Alat-Alat Produksi Percetakan Samudera Cipta Sakti Lampiran 19 Bahan Yang Diperlukan Dalam Tekhnik Sablon

Lampiran 20 Foto Wawancara Peneliti Dengan Pemilik Usaha Percetakan Lampiran 21 Foto Wawancara Peneliti Dengan Pegawai Usaha Percetakan Lampiran 22 Foto Wawancara Peneliti Dengan Pegawai Usaha Percetakan Lampiran 23 Foto Wawancara Peneliti Dengan Pegawai Usaha Percetakan Lampiran 24 Schedule Penyusunan Skripsi


(8)

Gambar 1: Siklus Pengolahan Data Secara Manual………..……….19 Gambar 2: Siklus Pengolahan Data dengan Komputer………..…...19


(9)

Halaman TABEL 1: Pertanyaan Pendukung Permasalahan ... 7


(10)

Murniyati

ABSTRAK

Perkembangan dunia percetakan sangatlah pesat. Iklan Percetakan menjadi satu cara untuk dapat menarik minat masyarakat. maka iklan percetakan harus dibuat sedemikian rupa sehingga keberadaan usaha percetakan dikenal masyarakat. Iklan percetakan memang alat komunikasi paling efektif di jaman sekarang. Semakin efektif ketika menyadari bahwa perkembangan tekhnologi semakin pesat. Peran iklan percetakan adalah sebagai pengukur kuantitas konsumen terhadap produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Dengan semakin banyak orang membaca atau mengetahui iklan percetakan, berarti semakin banyak orang menmbutuhkan dunia percetakan. Maka dari itu dunia percetakan merupakan peluang usaha yang menjanjikan untuk masa depan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pencatatan keuangan pada usaha kecil dan sampai sejauh mana pemahaman pengusaha percetakan terhadap pencatatan keuangan. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif untuk menggali dan menjelaskan penerapan pencatatan keuangan pda usaha kecil.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pengusaha dapat melakukan pencatatan keuangan tersebut sesuai dengan pengetahuannya dan pemahamannya sendiri. Pengusaha membuat catatan laporan keuangan usahanya secara sederhana sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. Hal tersebut dikarenakan pada percetakan Samudra Cipta Sakti lebih mementingkan bagaimana usaha mereka bertahan, berkembang sehingga dapat menambah pendapatan mereka, bukan pada pengelolaan administrasi keuangan.


(11)

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini marak digalakkan tentang kegiatan serta workshop mengenai kewirausahaan, dimana untuk membuka lapangan kerja bagi warga Negara Indonesia, sebab kebanyakan atau rata-rata dari penduduk Indonesia masih berpikiran untuk menjadi Pegawai Negeri Indonesia (PNS) dikarenakan mereka kurang kreatif sehingga menyebabkan lapangan kerja menjadi cenderung tetap namun jumlah dari angkatan kerja terus bertambah, sehingga dapat dikatakan pertumbuhan lapangan kerja dengan jumlah angkatan kerja tidak berbanding lurus satu dengan yang lainnya.

Peranan industri kecil dan rumah tangga (IKRT) mempunyai peranan yang cukup penting bagi Indonesia. Pemerintah juga tidak menyampingkan peran IKRT sebagai salah satu penggerak kegiatan ekonomi di Indonesia. Sebaliknya, pemerintah harus turut berperan serta dalam memberdayakan IKRT sebagai di antaranya dengan menciptakan kebijaksanaan yang berpihak pada IKRT. Usaha pemerintah dalam memberdayakan IKRT sebagai salah satu pondasi perekonomian Indonesia sudah sepantasnya tidak hanya dikonsentrasikan di pulau jawa, tetapi selayaknya juga menumbuhkembangkan IKRT di luar jawa. Hal ini sangatlah penting dalam rangka mengurangi tingkat ketimpangan ekonomi


(12)

antar propinsi. Beberapa penelitian tentang ketimpangan ekonomi daerah di Indonesia menunjukkan adanya tendensi peningkatan disparitas yang terus menerus sejak awal dekade 1970-an sampai 1997 (Kuncoro dan Supomo dalam Choiriah,2010).

Harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat terbatas dan tidak berbanding lurus dengan lulusan lembaga pendidikan baik dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi. Oleh sebab itu semua pihak harus berpikir dan mewujudkan karya nyata dalam mengatasi kesenjangan antara lapangan kerja dan lulusan institusi pendidikan.

Kesenjangan ini merupakan penyebab utama peningkatan angka pengangguran. Sedangkan pengangguran adalah salah satu permasalahan pembangunan yang sangat kritis khususnya di negara Indonesia termasuk di daerah-daerah pelosok nusantara. Salah satunya adalah dengan mengembangkan keterampilan menjadi usaha mandiri yang akan mendatangkan berkah bagi orang lain yang direkrut sebagi karyawan ataupun buruh pada usaha yang dirintisnya.

Pemerintah menyelenggarakan program untuk melatih kewirausahaan masyarakat. PKPM mandiri adalah salah satu contohnya sebagai sarana untuk melatih warga Negara Indonesia agar dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dengan cara diberi modal pinjaman agar dapat mempunyai usaha sendiri sehingga secara tidak langsung mendidik masyarakat untuk menjadi wirausahawan . menjadi


(13)

wirausahawan sangatlah diperlukan, tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga untuk mengabdi kepada bangsa dan negara dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain.

Media-media yang tersedia di Indonesia digunakan mensosialisasikan program dari pemerintah, sehingga tidak sedikit tayangan televisi yang menampilkan tentang kewirausahaan, mulai dari “Bosan Jadi Pegawai” yang bergenre reality show hingga acara “Bedah UKM” yang berjenis Talk Show-serius. Dikarenakan informasi-informasi penting yang di dapat oleh para wirausahawan pemula atau yang sudah lama berkecimpung dalam bidang ini sangatlah mudah. Oleh karena itu bila ada anggapan bahwa menjadi wirausahawan itu harus dimulai dari nol dan tidak mendapat informasi tentang cara mengembangkan unit usahanya tersebut haruslah segera dihapus dikarenakan kekurangan tersebut telah dibantu dengan program-program yang telah ditayangkan tersebut

Informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk usaha kecil (Megginson et al., 2000 dalam Pinasti 2007). Informasi akuntansi keuangan berhubungan dengan data akuntansi atas transaksai-transaksi dari suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang usaha jasa, dagang, maupun usaha industri, agar informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan dapat menjadi modal dasar bagi pelaku usaha untuk pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha kecil, antara


(14)

lain keputusan pengembangan pasar, pengembangan harga, dan lain-lain. Dalam hubungannya dengan pemerintah dan kreditur (bank), penyediaan informasi juga diperlukan. Kewajiban penyelenggaraan pencatatan akuntansi yang baik bagi usaha kecil sebenarnya telah tersirat dalam undang-undang usaha kecil no. 9 tahun 1995 dan dalam undang-undang perpajakan ( Pinasti, 2007; 322 ).

Berdasarkan fenomena dilapangan menunjukkan bahwa pelaku pengusaha percetakan belum memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar, mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan pencatatan yang sangat sederhana dan melakukan perhitungan secara kasar. Adanya faktor keremehan dari para pelaku usaha atas pentingnya pemahaman akuntansi juga menjadi faktor penting atas terselenggaranya informasi akuntansi yang baik.

Kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya (Pinasti, 2007; 322). Pelaku Usaha Kecil identik dengan masih kurangnya kesadaran untuk menjalankan pembukuan dengan baik dalam dunia bisnis. Dengan kurangnya pengetahuan dalam pembukuan, otomatis menghambat mereka menjalankan kegiatan pembukuan keuangan. Sementara minimnya pengetahuan pebisnis usaha kecil dalam pembukuan juga seringkali tidak disertai dengan pemenuhan sumberdaya untuk menjalankan kegiatan akuntansi bisnis. Kesadaran akan pentingnya pembukuan justru sering


(15)

timbul ketika mereka harus berhadapan dengan institusi atau pihak lain yang mensyaratkan adanya laporan keuangan atau istilah modernnya akuntansi, untuk kegiatan tertentu.

Melihat kondisi di atas bila dibandingkan dengan keadaan dilapangan sepertinya patut dipertanyakan, sebab di tempat objek penelitian ini berlangsung seorang pemiliknya tidak melakukan pencatatan keuangan dengan baik, pemilik hanya mencatat pendapatan yang masuk tanpa mencatat pengeluaran yang ada. Kondisi lainnya adalah ketika pemilik tersebut mengalami kendala dalam sumber daya manusia, tidak adanya sumber daya manusia yang memahami pembukuan akuntansi juga menjadi penyebab tidak adanya pencatatan keuangan yang baik. Padahal pencatatan keuangan dirasa sangat sangat penting untuk pelaku usaha. Misalnya, untuk kepentingan meminjam modal ke bank, atau keperluan tender. Demikian penuturan General Manager PT Zahir International Muhammad Ismail Thalib tentang pengamatan Zahir pada pelaku usaha Tanah Air dalam hal pembukuan keuangan. Salah seorang manajer klinik usaha kecil dan koperasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), (Idrus, 2000 dalam Pinasti, 2007), menyatakan bahwa para pengusaha kecil tidak memiliki pengetahuan akuntansi, dan banyak diantara mereka yang belum memahami pentingnya pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usaha. Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu penting untuk diterapkan. Dalam menjalankan aktivitas usaha seringkali orang merasa kesulitan dalam melakukan pencatatan terhadap apa yang


(16)

terjadi di perusahaan. Kesulitan itu menyangkut aktivitas dan penilaian atas hasil yang dicapai oleh setiap usaha. Apalagi kalau harus dilakukan pengukuran dan penilaian atas aktivitas yang terjadi dalam kegiatan usaha. Pencatatan dilakukan hanya dengan melihat berapa uang yang masuk diselisihkan dengan uang yang keluar, tanpa melihat pengeluaran uang itu untuk atau dari alokasi kegiatan usaha ataupun non usaha, Perlu pengukuran atas transaksi / kegiatan yang terjadi, pengelompokan serta perlu pengihtisaran transaksi-transaksi tersebut. Dengan demikian setiap aktivitas yang berhubungan dengan usaha perusahaan dapat dicatat dan dilaporkan dengan benar.

Dalam skala usaha kecil masih banyak yang melakukan aktivitas usaha yang tidak dipisahkan dengan aktivitas sehari-hari misalkan biaya listrik, air, dan biaya yang tidak berkaiatan langsung dengan proses produksi, tetapi ikut serta dalam mendukung pelaksanaan proses produksi tersebut. Biaya-biaya tersebut sering kali tidak dipisahkan mana yang merupakan pengeluaran usaha mana yang merupakan pengeluaran rumah tangga. Hal ini sering terjadi pada industri rumah tangga.

Disamping itu, sering kali faktor tenaga kerja tidak ikut diperhitungkan dalam menetapkan harga dari sebuah hasil produksi. Asal ada lebihnya dari biaya produksi langsung para pengusaha kecil sudah merasa senang. Padahal kalau dihitung kembali mungkin saja harga jual yang ditetapkan tersebut tidak bisa menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk.


(17)

Menurut sutojo, (1994:20) industri kecil masih menghadapi berbagai masalah antara lain :

a. Tidak adanya atau kurang akuratnya perencanaan penganggaran tahunan, terutama kas.

b. Tidak sedikit dari mereka yang idak memiliki catatan harga pokok produksi yang baik.

c. Perhitungan yang dilakukan secara kasar dalam peentuan harga jual, misalnya hanya mencatatat pengeluaran untuk bahan bahan baku dan tenaga kerja.

d. Banyak diantara mereka yang tidak atau belum mengerti tentang pencatatan keuangan atau akuntansi.

Hal-hal di atas yang berhubungan dengan seharusnya profesi akuntan tersebut tidak terlaksana, dan bahkan beberapa dari pengusaha kecil melakukan usaha tersebut dengan seadanya karena adanya anggapan kegiatan tersebut terlalu menyulitkan. Jika pelaku usaha mengerti pencatatan adan pengikhtisaran transaksasi sesuai dengan ketentuan dan penafsiran suatu transaksi maka mereka dapat bertindak sesuai dengan ketentuan atau aturan dalam mengukur, prosedur mengumpulkan, dan melaporkan informasi yang berguna tentang kegiatan dan tujuan yang menyangkut keuangan dalam suatu organisasi (Sumadji dalam Widyanto,2009).

Kalau hal itu dibiarkan oleh para pengusaha terutama pengusaha kecil tidak menutup kemungkinan dalam jangka panjang perusahaan tidak


(18)

bisa mengembangkan usahanya akibat dari tidak dilakukan pengukuran atau penilaian dari setiap aktivitas usaha. Agar bisa melakukan pengakuan, penilaian, pengukuran, setiap pengusaha perlu menciptakan sebuah sistem pencatatan yang baik dari setiap aktivitas usaha tersebut. Dengan sistem pencatatan yang baik nantinya akan dihasilkan pelaporan hasil usaha dan kondisi perusahaan yang benar. Hal ini bisa dilakukan jika unit usaha melakukan sistem akuntansi yang disesuaikan dengan jenis usahanya. Jika perusahaan belum mampu untuk menciptakan sistem akuntansi yang baik, minimal melakukan sistem pembukuan yang baik.

Menyadari situasi dan kondisi tersebut di atas, maka diperlukan sebuah inovasi teknologi baru agar para pelaku yang sebagian dari mereka belum mengerti pencatatan akuntansi, menjadi mengerti dan mudah menerapkannya.

Pencatatan akuntansi mutlak diperlukan jika usaha tersebut menginginkan lebih maju karena untuk pengajuan kredit kepada bank atau lembaga perkreditan lain yang memerlukan laporan keuangan yang dapat dipertanggung jawabkan (accountability).

Permasalahan dalam penelitian ini sangat menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “ Studi Pencatatan Keuangan Pada Usaha Kecil Percetakan Samudra Cipta Sakti di Surabaya ”.


(19)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan Fokus Penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

Bagaimana Pencatatan Keuangan Pada Usaha Kecil Di Percetakan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pencatatan keuangan di Usaha kecil dan sampai sejauh mana pemahaman pengusaha percetakan terhadap pencatatan keuangan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktis

Pencatatan keuangan telah dilakukan dengan baik, maka akan bermanfaat untuk keberlangsungan usaha yang dikelola dengan harapan mendatangkan keuntungan sehingga dapat meningkatkan laba usaha tersebut, dengan kata lain peneliti berharap pengelola dapat mengelola unit usaha menjadi lebih baik sehingga usaha yang dikelola akan mengalami kemajuan yang signifikan.

1.4.2. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu akuntansi terutama pada aspek pencatatan di usaha kecil serta meningkatkan semangat kewirausahaan di masyarakat.


(20)

2.1. Review Penelitian Terdahulu

Dalam menunjang penelitian ini, maka didukung oleh penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini :

1. Margani Pinasti ( 2007 )

“Pengaruh penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas Informasi Akuntansi: Suatu Riset Eksperimen”.

Permasalahan: Apakah penyelenggaraan dan penggunaan akuntansi berpengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi?

Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukan bahwa penyelenggaraan dan panggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam riset eksperimen ini mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi.

2. Kiryanto, Dedi Rusdi, Sutapa ( 2001 )

“Pengaruh Persepsi Manajer atas Informasi Akuntansi Keuangan terhadap keberhasilan Perusahaan kecil”.


(21)

Permasalahan :

a. Apakah faktor-faktor seperti proses belajar, motivasi, dan kepribadian mempunyai pengaruh yang positif terhadap persepsi manajer atas informasi keuangan ?

b. Apakah ada pengaruh yang positif antara persepsi manajer atas informasi akuntansi keuangan terhadap keberhasilan perusahaan kecil ?

c. Sejauh mana pengaruh antara persepsi manajer atas informasi keuangan terhadap keberhasilan perusahaan kecil ?

Kesimpulan :

1. Proses belajar, motivasi, dan kepribadian terbukti secara bersama-sama pengaruh mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi manajer perusahaan kecil atas informasi akuntansi keuangan.

2. Persepsi manajer perusahaan kecil atas informasi akuntansi keuangan mempunyai hubungan yang nyata dengan keberhasilan perusahaan kecil.

3. Persepsi manajer perusahaan kecil atas informasi akuntansi keuangan mempunyai hubungan yang nyata dengan keberhasilan perusahaan kecil.


(22)

3. Sugiarto (2004)

“Pengaruh Persepsi Manajer atas Informasi Akuntansi Keuangan terhadap keberhasilan Perusahaan kecil di Sentra Industri Kecil (SIK) Logam Ngingas-Waru”.

Permasalahan : Apakah ada pengaruh Persepsi Manajer atas Informasi Akuntansi Keuangan terhadap keberhasilan Perusahaan kecil di Sentra Industri Kecil (SIK) Logam Ngingas-Waru?

Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh Persepsi Manajer atas Informasi Akuntansi Keuangan terhadap keberhasilan Perusahaan kecil di Sentra Industri Kecil (SIK) Logam Ngingas-Waru.

Penelitian terdahulu diatas semuanya memiliki kesamaan dalam bentuk metodologinya, yaitu penelitian-penelitian tersebut memakai sudut pandang positivisme atau dapat juga disebut sebagai metode penelitian kuantitatif.

Peneliti merasa ada suatu hal yang menarik di balik permasalahan yang telah dikemukakan oleh peneliti terdahulu, apabila menggunakan sudut pandang yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Sudut pandang yang dipakai oleh peneliti untuk meneliti objek saat ini adalah non-positivisme atau dapat juga disebut sebagai metode penelitian kualitatif.

Penggunaan metode ini dipilih oleh peneliti, karena dengan metode penelitian terdahulu beberapa hal tidak dapat ditangkap, sehingga dengan


(23)

sudut pandang metode yang berbeda diharapkan dapat diungkap realita pencatatan keuangan di industri kecil khususnya jasa percetakan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Akuntansi

Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan beberapa lembaga-lembaga terkait, menurut Suwardjono (2005:9) definisi tersebut antara lain :

1. Paul Grady dalam ARS No.7, AICPA, 1965, mendefinisikan :

Akuntansi merupakan suatu body of knowledge serta fungsi organisasi yang secara sistematik, orisinal, dan autentik, mencatat, mengklasifikasikan, memproses, mengikhtisarkan, menganalisis, menginterpretasikan seluruh transaksi dan kejadian serta karakter keuangan yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti yang dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggungjawaban atas kepercayaan yang diterimanya.

2. Accounting Principle Board ( APB ) dalam Statement No.4 disebutkan:

Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa ( service activity ), fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna


(24)

dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan logis diantara tindakan alternatif.

3. Menurut Suwaldiman (2005 : 12)

Produk akuntansi adalah informasi keuangan yang menjembatani kepentingan pihak pemakai laporan keuangan dengan aktifitas suatu unit usaha. Keindahan sebagai hasil produk seni sama sekali tidak terdapat dalam akuntansi. Laporan keuangan yang disajikan secara rapi bukanlah suatu seni, akan tetapi agar pemakai laporan tersebut lebih mudah untuk membaca dan memahami. Akuntansi tidak menitikberatkan keindahan, tetapi yang lebih penting adalah kelayakan dan keandalan informasi keuangan yang dihasilkannya. 4. Menurut Belkaoni (1987 : 7)

Akuntansi senantiasa dipandang sebagai suatu sistem informasi. Akuntansi dianggap sebagai suatu proses yang menjalin sumber informasi atau pemancar / transmitter (biasanya adalah akuntan), saluran komunikasi, dan seperangkat penerima / receivers (pemakai eksternal). Keunggulan citra akuntansi sebagai suatu sistem informasi adalah sistem akuntansi alternatif tidak perlu lagi dinilai dalam hal kemampuannya untuk menghasilkan “laba yang sebenarnya” atau keandalannya untuk menyajikan sejarah. Selama para pemakai yang berbeda mendapatkan bahwa informasi itu berguna, maka kegunaan sistem itu dapat ditentukan.


(25)

5. Menurut Weygandt ( 2007:4 )

Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi diselenggarakan dalam suatu perusahaan. Informasi akuntansi yang dihasilkan adalah informasi tentang perusahaan yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

2.2.2. Sistem Informasi Akuntansi 2.2.2.1.Pengertian Sistem

Menurut Bodnar dan Hopwood ( 2006:3 ), “ sistem merupakan sekumpulan sumber daya yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan ”. Sedangkan menurut Romney dan Steinbart ( 2004:2 ), “ sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.

Dari kedua definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekelompok komponen-komponen yang saling terkait dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan.

2.2.2.2. Pengertian Informasi

Menurut Cushing ( 1986:11 ), “ suatu perbedaan biasanya ditarik antara data dan informasi. Data dapat terdiri dari sekumpulan karakter


(26)

yang diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan disimpan serta diolah. Informasi diartikan sebagai output pengolahan data yang diorganisir dan berguna bagi orang yang menerimanya. Sedangkan menurut Jogiyanto ( 1997:25 ), data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya sehingga menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) dan kesatuan nyata (fact dan entity) yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Dan menurut Wilkinson ( 1988:6 ), data merupakan fakta dan angka dan malah simbol-simbol yang belum diolah yang menjadi bahan masukan system informasi, sedangkan informasi merupakan pengetahuan berarti dan berguna untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Dengan kata lain, informasi adalah data yang telah diproses sehingga bentuknya berubah dan nilainya semakin tinggi.

Jadi informasi adalah sekumpulan hasil data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi penerimanya untuk digunakan sebagai pengambilan keputusan.

2.2.2.3. Siklus Pengolahan Data

Untuk mengubah data menjadi informasi, dilakukan proses pengolahan data. Dalam akuntansi, proses ini disebut siklus akuntansi. Dalam sistem informasi akuntansi, proses pengolahan ini dilakukan dengan beberapa tahapan tertentu, yaitu sistem informasi akuntansi yang


(27)

diproses secara manual dan sistem informasi akuntansi yang diproses dengan komputer.

Gambar 2.1 : Siklus Pengolahan data secara manual

Sumber : Mulyadi, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta, Edisi Kedua, hal. 4

Gambar 2.2: Siklus Pengolahan data dengan komputer

Input Pengolahan Output

Sumber : Zaki Baridwan, 1994, Sistem Informasi Akuntansi, BPFE, Yogyakarta, Edisi Kedua, Hal. 5

Bukti

Transaksi Jurnal Buku

Besar

Laporan Keuangan

Buku Pembantu

Bukti

Transaksi Jurnal

Buku Besar

Laporan Keuangan

Buku Pembantu


(28)

2.2.2.4.Karakteristik Informasi

Menurut Marshall B Romney dan Paul John Steinbart (2004:12), karakteristik informasi yang berguna meliputi hal-hal berikut:

1. Relevan.

Informasi itu relevan jika mengurangi ketidakpastian, memperbaiki kemampuan pengambil keputusan untuk membuat prediksi, mengkonfirmasikan atau memperbaiki ekspektasi mereka sebelumnya. 2. Andal.

Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas di organisasi.

3. Lengkap.

Informasi itu lengkap jika tidak menghilangkan aspek-aspek penting dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitas-aktivitas yang diukurnya.

4. Tepat waktu.

Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambil keputusan menggunakannya dalam membuat keputusan.

5. Dapat dipahami.

Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dan jelas.


(29)

6. Dapat diverifikasi.

Informasi dapat diverifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang baik, bekerja secara independen dan masing-masing akan menghasilkan informasi yang sama.

2.2.2.5. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai pihak, baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi yang menyelenggarakan akuntansi tersebut.

Secara garis besar ( Weygandt, dkk, 2007:6 ) pihak-pihak tersebut adalah:

a. Pengguna Internal, yaitu para manajer yang merencanakan, mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis, antara lain : manajer pemasaran, supervisor produksi, direktur keuangan, dan pejabat perusahaan.

b. Pengguna Eksternal, yaitu :

1. Investor, menggunakan informasi guna membuat keputusan untuk membeli, menahan, atau menjual sahamnya.

2. Kreditor, seperti pemasok dan banker menggunakan informasi akuntansi guna mengevaluasi risiko pemberian kredit atau pinjaman.


(30)

3. Badan Perpajakan Amerika Serikat, seperti Internal Revenue Service (IRS), ingin mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi undang-undang perpajakan.

4. Badan-badan pembuat peraturan, seperti Securities and Exchange Commission (badan pengawas pasar modal Amerika Serikat) dan Federal Trade Commission, ingin mengetahui apakah perusahaan telah beropeasi sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan.

5. Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap terus menghargai jaminan dan dukungan produk atas lini-lini produknya.

6. Serikat Pekerja, ingin mengetahui apakah para pemilik dapat membayar kenaikan upah dan tunjangan.

7. Perencana ekonomi menggunakan informasi akuntansi untuk meramalkan aktivitas perekonomian.

2.2.3. Pengertian Industri

Pengertian Industri bila mengacu pada Pasal 1 Undang-Undang No. 8 pada Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 3 tahun 2002 dan Peraturan Walikota Surabaya nomor 31 tahun 2006 tentang retribusi pelayanan dibidang perindustrian, perdagangan dan penanaman modal serta tata cara pelayanan di bidang perindustrian dan perdagangan.


(31)

Menyatakan bahwa Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi menjadi barang yang lebih nilainya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Tujuan utama dari suatu kegiatan industri adalah menambah kegunaan (utility) suatu barang atau benda yang dilakukan perusahaan industri.

Sadli (1979) menyatakan industri adalah merupakan kumpulan dari perusahaan yang memproduksi barang, sedangkan Winardi berpendapat (1980) Industri sebagai usaha produktif terutama dalam bidang produksi atau perusahaan-perusahaan, misalnya transportasi dan perhubungan yang menggunakan modal tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

Pengertian perusahaan industri menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surabaya yang berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Surabaya nomor 3 tahun 2002 dan Peraturan Walikota nomor 31 tahun 2006 ( Widyanto, 2009) merupakan usaha kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan untuk mengolah barang secara mekanis, sehingga menjadi benda/ barang/ produksi baru yang sifatnya lebih dekat dengan konsumen akhir . Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan maka pengertian industri bukan hanya karena adanya kesamaan barang yang dihasilkan, akan tetapi bisa juga berdasarkan persamaan proses produksi atau bahan mentahnya.


(32)

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surabaya (DISPERINDAG) mengelompokan perusahaan industri sesuai dengan ciri khusus yang dimilikinya, yang dapat ditinjau dari besarnya investasi, teknologi yang digunakan, dan besarnya jumlah tenaga kerja. Adapaun pengelompokannya terdiri atas : ( Widyanto, 2009)

1. Industri Besar

Industri besar adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan sebagai perusahaan besar apabila investasi / modal untuk mesin-mesin dan peralatan adalah Rp 500 juta keatas, sedangkan tenaga kerja yang digunakan adalah 100 orang atau lebih dan pemiliknya adalah warga negara Indonesia.

2. Industri Menengah

Industri menengah adalah perusahaan industri yang diklasifikasikan sebagai perusahaan sedang atau menengah apabila memenuhi syarat sebagai berikut: investasi/modal untuk peralatan dan mesin-mesin nilainya berkisar antara Rp 200 juta sampai Rp 500 juta. Sedangkan tenaga kerja yang digunakan berkisar anatara 20 orang sampai 99 orang dan pemiliknya adalah Warga Negara Indonesia 3. Industri Kecil

Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan ke dalam perusahaan kecil jika nilai investasi/modal untuk membeli peralatan dan mesin-mesin berkisar


(33)

warga negara Indonesia, sedangkan jumlah tenaga kerja yang dipakai berkisar antara 5 orang sampai 19 orang.

4. Industri / Kerajinan Rumah Tangga

Industri kecil adalah perusahaan industri yang dapat diklasifikasikan ke dalam Kerajinan Rumah Tangga jika nilai investasi / modal yang digunakan untuk peralatan dan mesin-mesin sama dengan jumlah atau nilai yang digunakan industri kecil atau bahkan tidak menggunakan modal sama sekali dan pemilik usaha biasanya adalah kepala keluarga (Bapak atau Ibu), sedangkan jumlah tenaga kerja yang dipakai berkisar antara satu orang sampai lima orang dan pada umumnya adalah anggota keluarga.

2.2.3.1. Industri Kecil

Pengertian industri kecil menurut Mintzberg (1992), yaitu merupakan organisasi yang memiliki entreprenual organization dengan ciri antara lain: struktur organisasi sangat sedehana, mempunyai karakteristik khas, tanpa kolaborasi, tanpa staf yang berlebihan, pembagian kerja yang kendur, memiliki hierarki manajemen yang kecil, sedikit aktivitas, yang diformalkan, sangat sedikit yang menggunakan proses perencanaan, jarang mengadakan pelatihan untuk karyawan, pengusaha sering sulit membedakan anatar asset pribadi dan perusahaan, sistem akuntansi kurang baik dan bahkan sering tidak memilikinya, dan pengusaha mempunyai sifat dalam menghadapi investasi hampir sama


(34)

dengan perorangan, pendapat ini didukung oleh Huib Poot et al. (dalam Sirat, 2002) yaitu :

Small scale industry plays an important role in the process of industrialization from a number of different perspective. It employs the majority of the workers in the industrial labor force and trough its labor intensive nature, also has a great potential of new employment creation. Moreover, small scale industry is regionally highly dispersed, playing important role in the runal sector. Many small scale industries have strong ties wits the agricultural sector and are in highly dependennton domestic resources

Pernyataan di atas secara implisit menunjukkan karakteristik, struktur industri, intensitas faktor produksi, tenaga kerja, produktivitas, maupun kebijakan dan strategi industri kecil. Perusahaan industri kecil, pada umumnya menjalankan kegiatan usahanya dengan memiliki keterbatasan-keterbatasan, seperti : skala usaha yang kecil, modal sendiri dan terbatas, kurang menguasai teknologi, tenaga kerja yang dipekerjakan dengan sebagian besar terdiri dari kalangan anggota keluarga.

2.2.4. Kriteria Usaha kecil

Menurut KADIN dan Asosiasi serta Himpunan Pengusaha Kecil, juga kriteria dari bank Indonesia dalam Subanar (2001), maka yang termasuk kategori usaha-kecil adalah :


(35)

a. Usaha Perdagangan

Keagenan, Pengecer, Ekspor/Impor, dan lain-lain dengan Modal aktif Perusahaan (MAP) tidak melebihi Rp 150.000.000/tahun dan Capital Turn-Over (CTO) atau Perputaran Modal tidak melebihi Rp 600.000,00.

b. Usaha Pertanian

Pertanian Pangan maupun Perkebunan, Perikanan Darat/laut, Peternakan dan Usaha lain yang termasuk lingkup pengawasan Departemen Pertanian. Ketentuan Batas MAP dan CTO seperti butir a.di atas.

c. Usaha Industri

Industry Logam/Kimia, Makanan/Minuman, Pertambangan, Bahan-Galian, serta Aneka Industri Kecil Lainnya, dengan Batas MAP = Rp250.000.000,00 serta batas CTO = Rp 1.000.000.000,00.

d. Usaha Jasa

Menjual tenaga/Pelayanan bagi pihak ketiga, konsultan, Perencana, Perbengkelan, Transportasi serta Restoran dan lainnya dengan batas MAP dan CTO seperti butir a. di atas.

e. Usaha Jasa Konstruksi

Kontaktor bangunan, Jalan, Kelistrikan, Jembatan, Pengaliran dan usaha-usaha lain yan berkaitan dengan Teknis Kontruksi Bangunan, dengan Batas MAP dan CTO seperti butir c. di atas.


(36)

2.2.4.1. Keunggulan Usaha Kecil

Subanar ( 2001: 6 ) menyatakan beberapa keunggulan usaha kecil antara lain :

1. Pemilik merangkap Manajer Perusahaan yang bekerja sendiri dan memiliki gaya manajemen sendiri (merangkap semua fungsi manajerial seperti marketing, finance dan administrasi).

2. Perusahaan Keluarga, di mana pengelolanya mungkin tidak memiliki keahlian Manajerial yang handal.

3. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan baru, inovasi, sumber daya baru serta barang dan jasa-jasa baru.

4. Risiko usaha menjadi beban pemilik.

5. Pertumbuhan yang lambat, tidak teratur, terkadang cepat dan premature (premature high-growth).

6. Fleksibel terhadap bentuk fluktuasi jangka pendek, namun tidak memiliki Rencana Jangka Panjang (Corporate-Plan).

7. Independen dalam penentuan harga produksi atas barang atau jasa-jasanya.

8. Prosedur hukumnya sederhana.

9. Pajak relative ringan, karena yang dikenakan pajak adalah pribadi/pengusaha, bukan perusahaannya.

10. Kontak-kontak dengan pihak luar bersifat pribadi. 11. Mudah dalam proses pendiriannya.


(37)

13. Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu. 14. Pemilik menerima seluruh laba.

15. Umunya mempunyai kecenderungan mampu untuk survive.

16. Merupakan type usaha yang paling cocok untu mengelola produk, jasa atau proyek perintisan, yang sama sekali baru atau belum pernah ada yang mencobanya, sehingga memiliki sedikit pesaing. 17. Terbukanya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam

peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya usaha kecil di Indonesia.

18. Diservifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar konsumen senantiasa tergali melalui kreativitas pengelola.

19. Relative tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yang tidak terlalu mahal.

20. Meskipun tidak terlihat nyata, masing-masing usaha kecil dengan usaha kecil yang lain saling ketergantungan secara moril dan semangat berusaha.

2.2.4.2. Kelemahan Usaha Kecil

Subanar ( 2001 : 8) menyatakan beberapa Kelemahan usaha kecil antara lain :

1. Umumnya pengelola small-business merasa tidak memerlukan ataupun tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar,


(38)

analisis perputaran uang tunai/kas, serta berbagai penelitian lain yang diperlukan suatu aktivitas bisnis.

2. Tidak memiliki perencanan sistem jangka panjang, sistem akuntansi yang memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur organisasi dan pendelegasian wewenang, serta alat-alat kegiatan manajerial lainnya (perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian usaha) yang umunya diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis yang profit-oriented.

3. Kekuarangan informasi bisnis, hanya mengacu pada instuisi dan ambisi pengelola, lemah dalam promosi.

4. Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak konsisten dengan ketentuan-order/pesanan, yang mengakibatkan klaim atau produk yang ditolak.

5. Tingginya labour Turn-Over (PHK).

6. Terlalu banyak biaya-biaya yang di luar pengendalian serta utang yang tidak bermanfaat, juga tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan pembukuan standar.

7. Pembagian kerja tidak proposional, sering terjadi pengelola memiliki pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja di luar batas jam kerja standar.

8. Kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat berapa kebutuhan modal kerja, sebagi akibat tidak adanya perencanaan kas.


(39)

9. Persediaan yang terlalu banyak, khususnya jenis barang yang salah (kurang laku).

10. Lain-lain yang menyangkut mist-manajemen dan ketidak pedulian pengelola terhadap prinsip-prinsip manajerial.

11. Risiko dan utang-utang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan pribadi pemilik.

12. Perkembangan usaha tergantung pada pengusaha yang setiap waktu dapat berhalangan karena sakit atau meninggal.

13. Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik.

14. Perencanaan dan program pengendalian tidak ada atau belum pernah merumuskannya.

2.2.5. Kewirausahaan (Spirit of Entrepreneurship)

Seorang wirausaha mampu menciptakan suatu peluang,

mengantisipasinya serta mengupayakan kesuksesan bagi diri, perusahaanya, maupun orang lain. Hubungan antara wirausaha dengan kewirausahaan adalah sangat erat. Menurut Subanar (2001: 10) kewirausahaan merupakan segala sesuatu hal yang menyangkut teknik, metode, sistem serta berbagai strategi bisnis umum yang yang dapat dipelajari tentang sukses atau mundurnya seorang wirausaha.

Setiap perusahaan harus selalu berorientasi ke pasar agar tidak mati. Perusahaan yang mati adalah perusahaan yang tidak memberi apa yang siap dibeli orang. Oleh karena itu perusahaan dapat meningkatkan


(40)

pendapatan bila memiliki visi yang berorientasi kebutuhan masyarakat sehingga merupakan peluang menghasilkan nilai yang dapat dipasarkan (marketable value) yaitu barang dan jasa yang mau dibeli orang. Menurut Kotler (1997: 28) pasar berubah luar biasa sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

Tantangan yang dihadapi setiap organisasi adalah perubahan yang tidak pernah berakhir. Perubahan merupaka fenomena kehidupan yang mengharuskn setiap organisasi bahkan setiap manusia untuk mempunyai kemampuan dan daya penyesuaian yang tinggi terhadap segala bentuk kemungkinan terjadinya perubahan akibat munculnya produk dan jasa sebagai pemenuhan manusia. Seperti yang dikatakan oleh Kao (1991: 1) Nothing living can be static.

Kao (1991: 23) berpendapat perusahaan kecil dalam mengembangkan usahanya perlu menggunakan strategi yang disebut sebagai strategi kewirausahaan dan keinginan pasar yang didalamnya terdapat strategi objektif dan fundamental agar perusahaan dapat terus memenuhi kebutuhan dan keinganan konsumen.

Seorang pengusaha dalam melaksanakan kegiatannya haruslah memiliki semangat kewirausahaan yang berkaitan dengan mental manusia yaitu optimis, percaya diri, determinan, dan fleksibel. Menurut Kao (1991: 30) menyatakan individu yang dapat mengkombinasikan resiko, inovasi, keahlian dan seni sehingga menciptakan bentuk organisasi baru, sebagai team dalam menciptakan produk dan jasa baru, metode produksi baru,


(41)

pasar-pasar baru, bahan baku baru ataupun bisnis baru sehingga ia merupakan orang bertanggung jawab terhadap perubahan dan inovasi bagi perusahaannya.

Semangat wirausaha yang harus dimiliki adalah dapat menyesuaikan perusahaan terhadap situasi yang terus berubah-ubah karena berorientasi ke depan, bermotivasi tinggi, percaya diri, dan dapat fleksibel terhadap situasi dan kondisi serta memiliki perencanaan dalam menjalankan usahanya.

2.2.6. Perlakuan Akuntansi untuk Perusahaan Industri Kecil

Perlakuan akuntansi untuk perusahaan industri kecil dimana perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Perlakuan yang disebutkan adalah penyajian yang sesuai dengan SAK ETAP yang berlaku, dimana menurut SAK ETAP dalam penyajiannya setiap pelaporan keuangan entitas sebagai berikut :

1. Neraca

Neraca menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada suatu tanggal tertentu – akhir periode pelaporan. Neraca minimal mencakup pos-pos berikut:

a. Kas dan setara kas

b. Piutang usaha dan piutang usaha dan piutang lainnya. c. Persediaan


(42)

e. Aset tetap

f. Aset tidak berwujud

g. Utang usaha dan utang lainnya. h. Aset dan kewajiban pajak i. Kewajiban diestimasi j. Ekuitas

Entitas menyajikan pos, judul, dan sub jumlah lainnya dalam neraca jika penyajian seperti itu relevan dalam rangka pemahaman terhadap posisi keuangan entitas. SAK ETAP tidak menentukan format atau urutan terhadap pos-pos yang disajikan. 2. Laporan laba-rugi

Laporan laba rugi memasukan semua pos penghasilan dan beban yang diakui daalam suatu periode kecuali SAK ETAP mensyaratkan lain. SAK ETAP mengatur perlakuan berbeda terhadap dampak koreksi atas kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian terhadap periode yang lalu, dan bukan sebagai bagian dari laba atau rug dalam periode terjadinya perubahan.

Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut : 1. Pendapatan

2. Beban keuangan

3. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas


(43)

4. Beban pajak 5. Laba atau rugi neto

Entitas harus menyajikan Pos, judul dan sub-jumlah lainnya pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk memahami kinerja keuangan entitas.. Entitas tidak boleh menyajikan atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas laporan keuangan.

3. Laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan : a. Seluruh perubahan dalam ekuitas, atau

b. Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik.

Penyajian perubahan dalam ekuitas entitas selama suatu periode, baik dalam laporan perubahan ekuitas dan laporan laba rugi dan saldo laba (jika memenuhi kondisi tertentu). Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam ekuitas untuk periode tersebut, dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke, pemilik ekuitas selama periode tersebut.

Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan :


(44)

a. Laba atau rugi untuk periode

b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas c. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan

akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui.

d. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari laba atau rugi, pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas, jumlah investasi dividen, dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas dan perubahan kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian.

4. Laporan arus kas

Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

Informasi yang disajikan dalam laporan arus kas : a. Aktivitas operasi

b. Aktivitas investasi c. Aktivitas pendanaan

5. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.


(45)

Catatan atas laporan keuangan berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

Catatan atas laporan keuangan harus :

a. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu.

b. Mengungkapkan informasi yang diisyaratkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan; dan c. Memberikan informasi tembahan yang tidak disajikan dalam

laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.

Entitas harus mengungkapkan pertimbangan secara terpisah dari hal-hal yang melibatkan estimasi dalam ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan atau catatan atas laporan keuangan lainnya yang digunakan manajemen dalam proses penerapan kebijakan akuntansi dan mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan.

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008, Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil. Pemisahan tugas yang terbatas harus dilakukan khususnya dalam lingkungan pemakai


(46)

komputer, dikarenakan mereka dapat melakukan satu atau lebih fungsi akuntansi seperti :

a. Membuat dan mengotorisasi dokumen sumber b. Memasukkan data ke dalam sistem

c. Menjalankan komputer

d. Mengubah program dan data file

e. Menjalankan / mendistribusikan keluaran f. Mengubah sistem operasi

Hal-hal yang disebutkan di atas adalah bukti bahwa pemisahan tugas harus dilakukan walau terbatas, sehingga dapat menurunkan resiko pengendalian.

Kriteria kualitatif dalam laporan keuangan entitas bisnis kecil menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2008, sebagai berikut :

a. Konsentrasi dari pemilik dan / atau manajemen senior b. Sumber pendapatan (source of revenue) dan sumber

pendanaan (source of financing) yang terbatas c. Pencatatan yang tidak terlalu kompleks / rumit

d. Pengendalian tingkat entitas yang tidak terlalu kompleks / rumit


(47)

3.1. Jenis Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana pencatatan keuangan pada usaha kecil percetakan dan juga apakah pengusaha percetakan tersebut memahami akuntansi, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian ini bersifat penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah studi untuk mengeksplorasi suatu (atau beberapa) struktur sistem atau kasus secara detail. (Ashar, dkk, 2006:238). Dengan pendekatan ini peneliti berada dalam posisi tidak bisa mengontrol objek penelitian. Penelitian ini memerlukan interaksi antara peneliti dengan objek penelitian yang bersifat interaktif untuk memehami realitas objek.

Menurut Sugiyono (2005:1) metode penelitian kualitatif sering disebut metode naturalistik karena penelitiannya dilakukan dengan kondisi yang alamiah (natural setting). Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data


(48)

dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan temuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya (Strauss dan Corbin dalam Yuhertiana,2009).

Adapun Karateristik penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah :

(Yuhertiana,2009)

a. Menekankan pada pola berpikir induktif

Pada dasarnya penelitian kualitatif berfokus untuk mengamati secara subyektif berbagai tema dari sebuah realita sosial, menghubungkan berbagi tema yang muncul sehingga akan menjadi sebuah penyataan teori.

Hal ini berbeda dengan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk melakukan generalisasi, setiap hipotesis hendaknya dapat diuji kebenarannya secara deduktif sesuai atau tidak dengan kenyataan di lapangan.


(49)

Gambar 3.1: Menekankan Pada Pola Pikir

Penalaran Deduksi Penalaran Induksi

Sumber: Indrawati Yuhertiana, 2009, Panduan Penelitian Kualitatif Bagi Pemula, Eureka Smart Publishing, hal 5.

b. Melihat pada setting dan manusia sebagai satu kesatuan, secara holistic (utuh).

Penelitian kualitatif memandang sebuah realita sosial secara holistic, menyeluruh dan utuh, dengan menggunakan pola piker holistik pula. Berpikir holistik berarti berpikir sebagai aktivitas gabungan antara dimensi-dimensi spiritual (moral, etika, tujuan hidup), psikososial (motivasi, empati), rasional dan fisikal (eksekusi, implementsi, menerima feedbacks). Kecerdasan pada dimensi-dimensi tersebut dilabeli dengan istilah SQ (spiritual), EQ (emosional), IQ (rasional), dan PQ (fisikal). Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang berdasarkan pada pola pikir reduktif, melakukan penyederhanaan pada sebuah sistem sosial yang sebenarnya amatlah kompleks.

TEORI TEORI


(50)

c. Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka sendiri-verstehen.

Hal ini di lakukan dengan cara melakukan empati pada orang yang di teliti dalam upaya memahami bagaimana mereka melihat berbagai hal dalam kehidupan. Pemahaman mengandung makna pemahaman dari dalam (verstehen) yang mempunyai arti bahwa peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memahami permasalahan dari dalam konteks masalah yang diteliti, oleh karena itu peneliti kualitatif tidak mengambil jarak dengan yang diteliti.

d. Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil penelitian

Bukan pemahaman yang di cari melainkan pemahaman mendalam tentang kehidupan sosial. Proses awal, getting in, mendekati informan, mencoba memahami latar belakangnya dan mengapa informan berpendapat atau berperilaku demikian. Terlebih lagi pada proses getting along, ber-relasi untuk dapat menjaga kepercayaan sehingga memahami benar-benar obyek yang diteliti adalah lebih penting daripada hasil penelitian itu sendiri.


(51)

e. Bersifat humanities

Peneliti mencoba memhami secara pribadi orang yang di teliti dan ikut mengalami apa yang yang di alami orang yang diteliti dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam penelitian ini yang diamati adalah orang , yaitu pemilik dan karyawan pada usaha kecil rumahan berbentuk usaha percetakan dengan berbagai latar belakangnya. Tidak adanya sumber daya manusia yang secara khusus menangani permasalahan yang terjadi dalam usaha percetakan tersebut menjadikan pembelajaran bagi orang-orang yang terlibat dalam usaha tersebut untuk mengerti minimal bagaimana pencatatan pemasukan yang diperoleh, maka diperlukan pemahaman akuntansi yang relevan.

Dengan digunakan metode kualitatif maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunanan metode kualitaif ini, bukan karena metode ini baru, tetapi permasalahan akan lebih tepat diperoleh datanya dengan metode kualitatif. Dengan metode kuantitatif, hanya bisa diteliti beberapa variable saja, sehingga seluruh permasalahan yang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empiric dan terukur. Fakta-fakta yang tidak tampak oleh indera akan sulit diungkapkan.


(52)

3.2. Fokus Penelitian

Setelah melakukan observasi secara umum pada usaha kecil di percetakan selama empat bulan, maka objek yang ditetapkan sebagai tempat penelitian ialah percetakan Samudra Cipta Sakti.

Fokus penelitian diarahkan pada : 1. Jenis transaksi di percetakan tersebut

2. Pencatatan keuangan pada usaha percetakan

3.3. Alasan Ketertarikan Peneliti

Usaha Kecil Rumahan merupakan usaha yang unik karena dimungkinkan dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit tetapi dapat memperoleh penghasilan yang mengalahkan pegawai kantoran. Di satu sisi, pelaku Usaha kecil notabenenya adalah embrio dari para pengusaha besar karena sebelum mereka menjadi “bos” besar tentu mereka menjadi “bos” kecil dulu dengan menjadi pelaku Usaha kecil rumahan.

Menariknya, langkah menuju “bos” besar tentu tidak semudah membalik telapak tangan, ada perjuangan untuk mencapai titik ke sana. Ada yang lambat ada pula yang cepat, tergantung dari pelaku usaha sendiri bagaimana mereka menjalani proses tersebut.

Selain menjadi “bos”, para pelaku usaha kecil rumahan juga membantu masyarakat sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan atau peluang yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar dengan menjadi karyawan atau mitra kerja yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.


(53)

Jiwa kewirausahaan pun seharusnya sudah dikenalkan untuk menumbuh kembangkan potensi kewirausahaan pada seseorang sejak usia belia. Ini dikarenakan kewirausahaan merupakan suatu jiwa bukan keahlian (skill) semata, tetapi didalamnya terdapat dimensi-dimensi yang tercampur menjadi satu, beberapa diantaranya menurut peneliti adalah rasa (sense), keinginan (passion) untuk sukses.

Di dalam era pembangunan dalam mewujudkan cita-cita bangsa, munculnya pengusaha muda yang berkualitas merupakan pionir untuk menunjang suksesnya pembangunan.

Berbicara mengenai menjalankan suatu usaha tentu banyak dimensi yang terlibat di dalam roda usaha tersebut, misalnya dimensi finansial, sumber daya manusia, pemasaran dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini kita akan membahas dimensi finansial karena disadari atau tidak, dimensi ini sering tidak mendapat perhatian yang serius, dimensi finansial hanya memperhatikan bagaimana mendapat untung (laba) yang sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan cara mengolah uang hasil laba tersebut.

Masalah pengelolaan keuangan dari para pelaku usaha terganjal masalah sumber daya manusia perihal pengetahuan ilmu akuntansi. Mereka menganggap bahwa pencatatan keuangan tersebut merupakan suatu hal yang merepotkan dan membingungkan. Penelitian ini juga akan mencari tahu pemahaman mereka mengenai pentingnya pencatatan dan pelaporan keuangan karena sebagai pengusaha, para pelaku usaha dituntut


(54)

untuk tampil “modern” untuk menjawab tantangan dunia usaha yang dinamis.

Pengalaman untuk merasakan rasa (sense), keinginan (passion) wirausaha juga peneliti alami sampai saat ini karena peneliti sendiripun menjalankan usaha yang bergerak dalam bidang perdagangan (warung rokok) yang dimiliki oleh orang tua peneliti.

Tetapi ada salah satu kekurangan yang dimiliki oleh peneliti sebagai pengelola usaha yaitu tidak melakukan pencatatan yang baik dan rapi. Sebagai akibat tidak melakukan pencatatan yang baik, peneliti merasakan bahwa usaha yang dijalankan hanya jalan ditempat (stagnant) walaupun tidak sampai “gulung tikar”.

Oleh sebab itu, peneliti tergerak untuk ingin mencari tahu permasalahan yang dihadapi peneliti, apakah sama permasalahan yang dihadapi dengan para pelaku usaha lainnya khususnya dalam bidang pencatatan keuangan, yang tentu saja masih dalam lingkup industri kecil.

Peneliti melihat dan merasakan dari pengalaman peneliti sebagai pelaku bisnis, kebanyakan keinginan yang menggebu-gebu dari pelaku bisnis adalah dalam segi pemasaran, bagaimana caranya agar produknya dapat dikenal luas masyarakat yang nantinya diharapkan order yang masuk pun juga banyak sehingga pendapatan yang diterima juga banyak. Namun untuk mengelola dan menjaga uang yang masuk menjadi suatu masalah tersendiri bagi pelaku bisnis. Oleh karena itu pengusaha dituntut untuk mengerti tentang akuntansi.


(55)

Dengan penelitian ini berharap dapat mengetahui sampai sejauh mana kepemahaman dari pengusaha percetakan akan akuntansi sebab pertanyaan yang ada di dalam benak peneliti yang ada di atas erat hubungannya dengan seni pencatatan bukti transaksi. Hal ini disebabkan keadaan di lapangan yang dialami oleh peneliti ada ketidak mengertian akan penggolongan akan transaksi dan ketidak jelasan mengenai bentuk pencatatan keuangan yang di lakukan oleh percetakan tersebut, sehingga peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui dan memudahkan peneliti untuk memahami bentuk pencatatan keuangan usaha percetakan tersebut.

3.4. Informan

Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah bapak Sugiyanto selaku pemilik usaha percetakan, saudara Sarwo Waskito, M.luthfi, Junaidi, yang ketiganya ialah karyawan dari usaha percetakan. Peneliti memilih orang-orang tersebut untuk dijadikan informan dalam penelitian dikarenakan orang tersebut memiliki andil dalam berkembangnya usaha tersebut serta merupakan ujung tombak berkembangnya usaha yang dikelola. Pentingnya ilmu akuntansi perlu mereka pahami, dengan mengklasifikasikan, mencatat, mengikhtisarkan dan penafsiran transaksi keuangan yang terjadi di unit usaha tersebut, sebab hal-hal yang peneliti sebutkan di atas adalah termasuk suatu informasi yang berguna bagi kelangsungan usaha mereka mendatang.


(56)

3.4.1. Deskripsi Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi informan ialah 4 pihak yaitu : a. Pemilik Usaha Percetakan Samudra Cipta Sakti.

Pemilik usaha percetakan ialah Bapak Sugiyanto. Pria kelahiran surabaya 16 Maret 1973 ini merupakan pria asli surabaya. Meski berusia 38 tahun tetapi pria yang dikenal dekat dengan kaum muda di sekitar kampungnya ini mengaku sudah tertarik dengan dunia usaha percetakan sejak ikut bekerja dengan orang sekitar 10 tahun yang lalu.

b. Karyawan Usaha Percetakan Samudra Cipta Sakti

Karyawan usaha percetakan samudra cipta sakti yang ini cukup tergolong lama bekerja di percetakan samudra cipta sakti dibanding karyawan yang lain. Pria yang memiliki nama lengkap Sarwo Waskito ini ternyata juga sedang menempuh studi di Fakultas Ekonomi Manajemen UPNV Jatim. Pria kelahiran Surabaya, 22 November 1984 merupakan lulusan SMA Mahardhika tahun 2006. Menjadi tenaga serabutan semenjak tahun 2004 dan menjadi tenaga karyawan tetap tahun 2009 pria dengan perawakan tinggi kurus itu mengaku nyaman bergabung dengan percetakan Samudra Cipta Sakti.

c. Karyawan Usaha Percetakan Samudra Cipta Sakti

Lutfi begitulah pria ini biasa disapa. Pria yang berpenampilan apa adanya dan pendiam ini merupakan lulusan SMK Penerbangan Sedati Sidoarjo. Bergabung dengan percetakan samudra Cipta


(57)

Pria kelahiran Surabaya, 12 september 1987 ini sekarang sedang menempuh studi S-1 nya di Universitas Surabaya. Sibuk dengan aktivitas mahasiswanya menjadikan ia betah hanya dengan menjadi tenaga serabutan.

d. Karyawan Usaha Percetakan Samudra Cipta Sakti

Informan yang terakhir ini bernama Junaidi. Anak yang masih tergolong ABG ini kelahiran Surabaya 15 juni 1994. Sekarang sedang menempuh sekolah di SMA IPIEMS 2. Ia juga sebagai tenaga serabutan di percetakan Samudra Cipta Sakti. Mulai bergabung tahun 2010 tepatnya bulan Februari.

3.5. Lokasi Penelitian

Surabaya merupakan daerah yang cukup luas dan daerah yang ingin dicakup dalam penelitan ini, maka perlu gambaran minimal tentang pencatatan keuangan oleh pelaku usaha kecil. Lokasi ini dipilih peneliti karena di kota besar dimungkinkan perkembangan informasi cepat tersebar dan berkembang seiring dengan kemajuan jaman. Peneliti melakukan penelitian di percetakan Samudra Cipta Sakti yang berlokasi di Jl. Gunung anyar sawah, Surabaya.

3.6. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


(58)

1. Sumber data utama (primer)

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi.

2. Sumber data kedua (sekunder)

Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses yang kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu :

a. Proses memasuki lokasi (getting in)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting dan subyek peneitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan


(59)

b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)

Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian (informan). Hal ini dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensivitas data penelitian

2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang akurat dan relevan, dilakukan dengan :

a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak yang terkait dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti sebagai instrumen dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam memberikan informasi atau data.

Untuk mengemukakan pengetahuan dan pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban terhadap permasalahn penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah masalah dan peneliti sebagai timbulnyapermasalahan agar muncul wacana detail. Wawancara diharapkan diharapkan berjalan tidak teratur (terbuka, bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab permasalahan penelitian)

b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian


(60)

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori.

d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan untuk mengamati kegiatan pencatatan dan pengelolaan dari bisnis percetakan.

3.7. Teknik Analisis

Dalam penelitian kualitatif, analisa data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses berlangsung. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisa interaktif (interactive model of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992) sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lokasi penelitian data lapangan dituangkan dalam uraian atau laporan yang lengkap dan terperinci. Laporan lapangan oleh peneliti direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya (melalui penyuntigan, pemberian kode, dan pentabelan). Reduksi data ini dilakukan terus-menerus selama proses penelitian ini berlangsung.


(61)

2. Penyajian Data

Peyajian data (display data) dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Dengan kata lain merupakan pengorganisasian data kedalam bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosoknya yang lebih utuh.

3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Verifikasi data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lapangan dan selama pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan, yaitu dengan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan-kesimpulan tentative. Dengan bertambahnya data melalui proses verifikasi secara terus-menerus, baru ditarik kesimpulan yang bersifat “grounded.” Dengan kata lain setiap kesimpulan yang dibuat senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.

Proses analisis data secara interaktif dapat disajikan dalam bentuk skema berikut:


(62)

Gambar 3.2. Analisis Interaktif menurut Miles dan Huberman

Sumber : Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman, Analisis Data kualitatif, Jakarta: UI-Press, 1992.

3.8. Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara : (Sugiyono,2005)

1. Perpanjangan pengamatan

Penelitian ini diperpanjang sampai dua kali, karena pada periode I (Oktober sampai Januari) , data yang diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum memadai karena belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab melalui data, belum kredibel karena sumber data masih ragu-ragu dalam memberikan data, sehingga data yang diperoleh pada tahap I ternyata masih belum konsisten, masih berubah-rubah.

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan


(63)

Perpanjangan pengamatan sampai dua kali maka data yang diperoleh dirasa telah jenuh

2. Meningkatkan ketekunan

Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan cermat, sehingga dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.

Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga/ dapat digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.

3. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi waktu artinya pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat diketahui apakah nara sumber memberikan data yang sama atau tidak. Kalau nara sumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum kredibel.


(64)

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Main Research Question

Mini Research

Question Sumber Data Justifikasi

Bagaimanakah

Penerapan 1. apakah percetakan

1.observasi dan wawancara informan yaitu pemilik

diharapkan peneliti mendapat

gambaran tentang pencatatan transaksi di percetakan.

Pencatatan

Keuangan melakukan pencatatan 2. analisis dokumen

di Percetakan ? transaksi ?

2. Apa Jenis Transaksasi

1.Observasi dan

wawancara Terdapat berbagai jenis layanan di Percetakan ? informan yaitu pemilik pada usaha percetakan tersebut :

dan karyawan. ada tiga kategori Sablon , printing,

2.Analisis dokumen serta baliho.

3. bagaimana

pemahaman

1. observasi dan

wawancara diharapakan peneliti mendapat

pencatatan keuangan di

informan yaitu

pemilik . gambaran mengenai sejauh mana percetakan. 2. analisis dokumen. pemahaman pelaku usaha percetakan

terhadap pencatatan keuangan.

4.Apakah Penggunaan 1.Observasi dan

wawancara Dilakukan karena dengan adanya Pencatatan Keuangan informan yaitu

pemilik. pencatatan dapat mengetahui dan dapat mengontrol dan karyawan. mengontrol keuangan atas usaha keuangan perusahaan? 2.Analisis dokumen yang dikelola.

5.Apakah penggunaan 1.Observasi dan

wawancara Dalam dunia usaha pencatatan pencatatan keuangan informan yaitu

pemilik. keuangan berguna untuk mengontrol dapat mencapai tujuan 2.Analisis dokumen keuangan perusahaan sehingga

usaha percetakan ? dimungkinkan tujuan perusahaan

dapat tercapai.

6.bagaimana bentuk 1. observasi dan

wawancara diharapkan peneliti mendapat

pencatatan keuangan di

informan yaitu

pemilik gambaran mengenai bentuk pencatatan percetakan ? 2. analisis dokumen. keuangan di percetakan.


(65)

(1)

90

6.1. Kesimpulan

Dengan berakhirnya penelitian ini, maka peneliti dapat mengambil suatu kesimpulan dan suatu gambaran yang sangat jelas mengenai penerapan pencatatan keuangan pada usaha kecil yang terjadi di usaha percetakan, karena menurut survey sebelum penelitian ini berlangsung peneliti menemukan beberapa kekurangan yang terjadi unit usaha percetakan terkait penerapan pencatatan keuangan. Di simpulkan bahwa pengusaha Percetakan tersebut sadar pentingnya arti sebuah pencatatan keuangan dalam sebuah usaha, namun apa yang dilakukan oleh pengelola obyek penelitian tersebut masih bersifat sederhana. Pelaku usaha percetakan hanya mencatat pendapatan yang masuk tanpa mencatat pengeluaran yang ada. Pada dasarnya, pandangan pemahaman pencatatan keuangan oleh pengusaha unit usaha percetakan ini yaitu dengan melakukan pencatatan sederhana yang sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, dan pemahaman pengusaha itu sendiri, yang bertujuan untuk mengontrol pendapatan dalam menjalankan unit usaha tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pengusaha belum sepenuhnya memahami pencatatan atas laporan keuangan yang sesuai akuntansi. hal ini dikarenakan memang latar belakang pengelola unit usaha ini bukan seorang ahli akademisi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

91

khususnya bidang ilmu akuntansi. Hal tersebut juga diperkuat dengan adanya keterangan informan yang mengakui bahwa pemahaman tentang akuntansi hanya sebatas debet dan kredit yang berfungsi untuk mengetahui posisi keuangan dari usaha yang dikelola karena disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya pencatatan keuangan yang dimiliki pengusaha percetakan tersebut. Pencatatan keuangan yang sesuai dengan akuntansi penting untuk diterapkan karena akuntansi bahasa bisnis, bahasa yang akan menuntun pengusaha untuk mengambil keputusan secara tepat dan akurat. Selain itu, pencatatan atas laporan keuangan usaha yang baik dan teratur dibutuhkan apabila pemilik usaha akan melakukan peminjaman modal pada kreditur (Bank) dimana tentunya harus disertakan kelengkapan transparansi keuangan. Adapun jenis transaksi pada unit usaha percetakan tersebut yaitu advertising, printing, dan sablon. Dari pencatatan setiap transaksi tersebut tidak ada pemisahan semua dijadikan dalam satu nota bukti transaksi pembayaran oleh pelanggan yang kemudian setiap bulannya dilakukan pengecekan oleh pemilik usaha percetakan. Hal tersebut dilakukan karena keterbatasan pengelola selaku penyelenggara pencatatan keuangan.


(3)

6.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan :

1. Bagi pengelola usaha percetakan

Bagi pengusaha percetakan diharapkan dapat menerapkan pencatatan keuangan lebih sistematis, lengkap, tidak hanya pencatatan pendapatan tetapi pengeluaran pun perlu ada pencatatan serta jelas ada batasan penggunaan pribadi dengan penggunaan untuk keperluan usaha. Pengusaha juga harus memperhatikan pentingnya pemahaman akuntansi yang bertujuan untuk mencapai tujuan usaha. Pemahaman akuntansi yang baik akan mendorong terciptanya pencatatan akuntansi yang baik pula, sehingga pengelolaan keuangan pun dapat terkontrol dengan baik.

2. Bagi Pemerintah

Dengan melihat kondisi yang terjadi di lapangan, peneliti berharap khususnya kepada pemerintah agar bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk memberikan sumbangan pemikiran guna meringankan permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil. Karena itulah pemerintah dan perguruan tinggi harus turun kelapangan untuk memberikan program pendampingan dalam hal pengelolaan keuangan untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat berguna dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, kepada para pelaku usaha kecil.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

93

3. Bagi Perguruan Tinggi

Fenomena real yang terjadi di lapangan, bisa dijadikan sebagai lahan bagi perguruan tinggi untuk melaksanakan PKL atau KKN sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat, selain itu juga mendidik para mahasiswa untuk bisa menjadi seorang entrepreneur.

4. Bagi peneliti yang akan datang

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, akan banyak peneliti-peneliti lain yang tertarik untuk menggunakan metode peneliti-penelitian kualitatif dalam melakukan penelitian, untuk penelitian selanjutnya akan lebih baik lagi bila penelitian tidak hanya berfokus kepada pencatatan akuntansi saja. Ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai sejauh mana akuntansi berperan dalam dunia bisnis.


(5)

Anonim, 2009, Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian dan Penelitian

Skripsi, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”

Jawa Timur.

Anonim , 2011, Sejarah Percetakan, www.wikipedia.com. 01 April 2011. Baridwan, Zaki, 1994, Bunga Rampai Sistem Informasi Akuntansi, Edisi

Kedua, BPFE, Yogyakarta.

Chusing, Bary E, 1996, Sistem Informasi Akuntansi dan Organisasi

Perusahaan, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hopwod, dan Bodnar, 2004, Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Keenam, Jilid Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, standar Akuntansi Keuangan Entitas

Tanpa akuntabilitas publik, Penerbit Dewan Standar Akuntansi

Keuangan, Jakarta.

Institut Akuntan Publik Indonesia, 2008, Panduan Audit Entitas Bisnis

Kecil, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Kao, Jhon, 1991, Enterpeneurship, Creativity and Organization, New Jersey : Practice Hall.

Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2002, Akuntansi Intermediate, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kiryanto, Dedi, Rusdi 2001, “Pengaruh Persepsi Manajer Atas Informasi Akuntansi keuangan Terhadap Keberhasilan Perusahaan

Kecil”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (JRAI), Vol. 4 No. 2 Mei

2011, hal 199-211.

Miles, Matthew B, dan Huberman, A.Michael, 2007, Analisa Data Kualitatif

: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Cetakan Pertama,

Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS).

Mulyadi, 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Kedua, Penerbit Salemba Empat,

Jakarta.

Pinasti, Margani, 2007, “Pengaruh penyelenggaraan dan Penggunaan

Informasi Akuntansi terhadap Persepsi Pengusaha Kecil atas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

Informasi Akuntansi: Suatu Riset Eksperimen”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia (JRAI), Vol. 10, No. 3, September, hal 321-331. Subanar, Harimurti, 2001, Manajemen Usaha Kecil, Edisi Pertama, Penerbit

BPFE-Yogyakarta.

Sugiarto, Arief, 2004, ”Pengaruh Persepsi Manajer atas Informasi

Akuntansi Keuangan terhadap keberhasilan Perusahaan kecil di Sentra Industri Kecil (SIK) Logam Ngingas-Waru”, Skripsi

Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Penerbit C.V. ALFABETA, Bandung.

Sutojo, H, Sjahruddin, Ginting, K, Makaliwe, W, Wasowo, M. S., Profil

Sektor Usaha Kecil di Indonesia, Publikasi Lembaga Mabagenta

FE-UI, Jakarta.

Weygandt, Jerry J.Kieso, Donald E, Kimmel, Paul D, 2007, Accounting

Principles, Edisi Ketujuh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Widyanto, Wasis Rizki, 2009, Implementasi Pencatatan Akuntansi di

Industri Rumahan (Studi Kasus pada Pengusaha Warung Internet di Daerah Wadungasri ), Skripsi Mahasiswa Akuntansi

Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Widjajanto, Nugroho, 2001, Sistem Informasi Akuntansi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Wilkinson, Joseph W, 1988, Sistem Akuntansi dan Informasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Yuhertiana, Indrawati, 2009, Panduan Penelitian Kualitatif bagi

Pemula, Eureka Smart Publishing.

Website

http://id.wikipedia.orgdiunduh tanggal 10/03/2011 http://www.google.co.id diunduh tanggal 10/03/2011