7. Efek
Setiap proses komunikasi mempunyai hasil akhir, yaitu yang disebut dengan efek. Efek menerpa seseorang yang menerimanya baik secara sengaja
dan terasa atau sebaliknya atau malah mungkin tidak dapat dimengerti. Efek dari proses komunikasi biasanya dalam akibat kognitif seperti dan
peningkatan pengetahuan serta pengalaman, pandangan dan pendapat seseorang. Akibat afektif yaitu mengubah derajat perasaan seseorang, seperti
sukatidak suka, senangtidak senang. Dan akibat konatif yaitu perubahan yang terjadi pada perilaku.
2.1.2 Proses Komunikasi
Terdapat dua tahap dalam proses komunikasi : 1.
Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer merupakan proses menyampaikan
pikiran atau perasaan seseorang pada orang lain dengan menggunakan lambang simbol sebagai media. Lambang sebagai media dalam
komunikasi adalah : bahasa, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menterjemahkan pikiranperasaan komunikator
pada komunikan. Bahasa merupakan media yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi, karena bahasa mampu menterjemahkan
pikiran seseorang pada orang lain, apakah itu berbentuk ide, responpendapat, maupun informasi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Proses komunikasi secara sekunder
Pada proses komunikasi secara sekunder, penyampaian oleh seseorang kepada orang lain menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua
setelah menggunakan lambangsimbol sebagai media pertama. Surat kabar, majalah, radio, televisi, telepon, adalah contoh media kedua yang sering
digunakan dalam komunikasi. Onong, 2002 : 11
2.1.3 Komunikasi Massa
2.1.3.1 Pengertian Komunikasi Massa
Menurut Bittner 1980:10 “Mass communication is massages communicated through mass medium to alarge number of people”
Rakhmat, 2003, p.188, artinya komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
Sementara Pool 1973 mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi ketika antara sumber dan
penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan-pesan komunikasi mengalir kepada penerima melalui saluran-saluran media massa, seperti
surat kabar, majalah, radio , film atau televisi. Wiryanto, 2003 : 3 Dari dua definisi mengenai komunikasi massa diatas bisa
disimpulkan bahwa komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan media dalam menghubungkan komunikator dengan
komunikan yang jumlahnya banyakmassa. Ciri-ciri massa disini adalah:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
jumlahnya besar, antar individu tidak saling mengenal anonim, dan memiliki latar belakang yang berbeda heterogen. Yang membedakan
komunikasi massa dari jenis-jenis komunikasi yang lainnya adalah komunikasi massa memiliki ciri-ciri khusus yang disebabkan oleh sifat-sifat
komponennya.
2.1.3.2 Ciri-Ciri Komunikasi Massa
Ciri-ciri dari komunikasi massa adalah sebagai berikut Onong, 2002 : 22
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Berbeda dengan komunikasi antar pribadi yang berlangsung dua arah, pada komunikasi massa komunikasinya berlangsung
satu arah. Komunikator tidak bisa mengetahui tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikannya secara langsung
atau dengan kata lain umpan baliktanggapan yang terjadi dalam komunikasi massa mengalami penundaan delayed feedback.
Konsekuensinya seorang komunikator komunikasi massa harus melakukan persiapan dan perencanaan sedemikian rupa agar
pesan yang disampaikannya dapat diterima dengan baik oleh komunikannya, pesan komunikasi harus jelas dibaca, didengar,
dilihat, serta dapat dipahami maknanya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Komunikator pada komunikasi massa bersifat melembaga
Saluran yang digunakan dalam komunikasi massa adalah media massa yang merupakan lembaga, yaitu suatu institusi atau
organisasi, karena itulah komunikatornya melembaga. Komunikator dalam komunikasi massa, misalnya penyiar
televisi dalam menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga, sejalan dengan kebijaksanaan stasiun televisi
yang diwakilinya, oleh karena itu berbagai pesan yang muncul dari suatu media massa sebenarnya bukan lagi milik perorangan
tetapi hasil dari rembukan, olahan redaksi, atau keputusan dari lembagaorganisasi yang mengeluarkannya.
Berdasarkan fakta diatas, maka komunikator pada komunikasi massa disebut juga dengan komunikator kolektif karena pesan
yang muncul merupakan hasil kerjasama sejumlah orang dan karena sifatnya kolektif maka sejumlah orang itu harus memiliki
keterampilan yang tinggi dalm bidangnya masing-masing. 3.
Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum Pesan dalam komunikasi massa bersifat umum, universal
tentang berbagai hal dari berbagai tempat di muka bumi. Isi media massa tentang berbagai peristiwa apa saja yang patut diketahui
oleh masyarakat umum. Tidak ada pesan komunikasi massa yang hanya ditujukan pada suatu masyarakat tertentu meskipun dalam
kenyataannya sebagian pesan bertujuan menjangkau khalayak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dalam segmen tertentu, misalnya iklan mobil BMW. Namun demikian pesan-pesan seperti itu juga terbaca oleh khalayak diluar
segmen masyarakat kaya yang menjadi sasarannya. 4.
Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk
menimbulkan keserempakan pada khalayak yang menerima pesan yang disebarkan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang bisa secara
langsung dijangkau oleh media massa dalam waktu yang bersamaan tergantung dari jangkauan capaicoverage-nya.
Sebagai contoh siaran langsung pertandingan World Cup di Afrika Selatan beberapa waktu yang lalu bisa disaksikan oleh
jutaan pemirsa di seluruh dunia dalam waktu yang bersamaan. 5.
Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen Komunikan dalam komunikasi massa merupakan masyarakat
umum yang sangat beragamheterogen dalam segi geografis, demografis, maupun psikologis. Khalayak yang heterogen
misalnya dari segi demografis dalam hal usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, status perkawinan dan lain-
lain. Sedangkan secara geografis khalayak dibagi berdasarkan tempat asal, pemukimannya. Secara psikologis khalayak
mempunyai cara hidup tertentu yang yang memberikan ciri khas bagaimana seorang itu menjalani hidupnya setiap hari berdasarkan
tingkat pendapatannya, berdasarkan tingkat pendidikannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Jumlah keanggotaan komunikan itu sangat besar, bisa puluhan, ribuan, jutaan diantara mereka tidak saling mengenal
satu dengan yang lainnya namun pada suatu waktu dan mungkin tempat yang relatif sama mereka memperoleh jenis pesan yang
sama dari massa tertentu.
2.1.4 Televisi
Televisi merupakan salah satu media saranasaluran dalam komunikasi massa. Pesan-pesan di televisi bukan hanya bisa didengar, tetapi juga bisa
dilihat dalam gambar yang bergerak audio-visual. Amir Hamzah Suleiman 1988 : 11 mengatakan bahwa alat-alat audio-visual adalah alat-alat yang
“audible” dapat didengar dan “visible” dapat dilihat, alat audio-visual ini berguna untuk membuat cara berkomunikasi lebih efektif.
Dari berbagai jenis media massa, televisi merupakan media yang memiliki daya tarik kuat dalam menyampaikan pesan-pesannya, televisi
merupakan media yang tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga membentuk sikap seseorang, baik kearah positif maupun negatif, disengaja
maupun tidak disengaja. Disamping itu televisi juga mampu mengatasi kelemahan dari media
massa lain seperti fleksibilitas serta jaringan distribusi dan jangkauan yang terbatas. Namun perlu diingat bahwa televisi hanyalah sebagian dari sekian
banyak faktor diluar diri individu yang akan berpengaruh pada perubahan perilaku.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.4.1 Dampak Acara Televisi
3 dampak acara televisi terhadap pemirsa : 1.
Dampak Kognitif yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang
melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. 2.
Dampak Peniruan yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi actual yang ditayangkan di televisi, contohnya : model rambut, model pakaian, dan
lain-lain. 3.
Dampak Perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai social budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan
pemirsa sehari-hari. Kuswandi, 1996 : 100 Sedangakan menurut Stevan H. Chaffe Sendjaja, 1993: dikatakan
bahwa dampak pesan media ada 3 yaitu : 1.
Dampak Kognitif 2.
Dampak Afektif 3.
Dampak Konatif Dampak pesan media massa yang berupa pola-pola tindakan
kegiatan atau perilaku yang dapat diamati, adalah dampak pesan media massa yang telah sampai pada tahap konatif. Secara teoritis dampak pesan
media massa biasanya hanya sampai pada tahap kognitif dan afektif, tetapi ada beberapa kondisi yang menyebabkan dampak pesan media massa
sampai pada tahap konatif, yaitu :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Exposure jangkauan pengenaan
Jika sebagian khalayak telah terexpose oleh media. 2.
Kredibilitas Jika pesan media mempunyai kredibilitas tinggi dimata khalayak
dalam arti kebenarannya dapat dipercaya. 3.
Konsonansi Jika isi informasi yang disampaikan oleh bebrapa media massa, baik
materi, arah serta orientasinya maupun dalam hal waktu, frekuensi dan cara penyajiannya sama atau serupa.
4. Signifikansi
Jika materi pesan media massa signifikansi dalam arti berkaitan secara langsung dengan kepentingan dan kebutuhan khalayak.
5. Sensitif
Jika materi dan penyajian pesan media massa menyentuh hal-hal yang positif.
6. Situsi kritis
Jika ada ketidakstabilan structural yang menyebabkan masyarakat berada dalam situasi kritis.
7. Dukungan komunikasi antar pribadi
Jika informasi media massa menjadi topik pembicaraan, karena didukung oleh komunikasi antar pribadi.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.4.2 Acara Televisi dan Perubahan Sikap Pemirsa
Ada 2 alternatif bagi televisi dalam menayangkan program acaranya dan perubahan sikap pemirsa yaitu :
1. Tayangan acara yang memang ditujukan untuk perubahan sikap pemirsa.
2. Tayangan acara yang hanya selintas memberikan hiburan tanpa bertujuan
untuk mengubah sikap pemirsa. Kuswandi, 1996 : 103 Dalam hal ini para perancang paket televisi harus menyeleksi
program acara yang ditayangkan dan memantau dampaknya sekaligus melihat feedback yang muncul dari pemirsa. Untuk mencapai perubahan
sikap dan membentuk perilaku pemirsa, televisi dapat menggunakan metode penayangan yang berulang-ulang dengan kemasan acara yang bersifat
dialogis.
2.1.5 Sikap
Shimp Peter Olson, 2002 : 225 mendefinisikan sikap sebagai perasaan positif atau negatif terhadap suatu obyek yang merupakan hasil dari
proses pembelajaran serta mempunyai sifat persisten dan akan mengarahkan seseorang kepada perilaku yang spesifik.
Menurut Jalaludin Rakhmat Psikologi Komunikasi, p.39 sikap adalah:
1. Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam
mengahadapi objek, ide, situasi, atau nilai.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku
dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap, objeknya bisa berupa benda, orang, tempat, gagasan, atau situsi.
3. Sikap mempunyai daya dorong atau motivasi, menentukan apa yang
diharapkan dan mengeyampingkan hal yang tidak diharapkan. 4.
Bersifat menetap dan memiliki aspek evaluatif artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5. Timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tapi merupakan hasil
dari belajar. Dalam konteks perilaku konsumen, Schiffman dan Kanuk 2002,
p.200 mendefinisikan sikap sebagai “A learned predisposition to behave in a consistenly favorable on unfavorable way with respect to a given object”.
Yang dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
terhadap suatu obyek tertentu. Terdapat tiga komponen dalam pembentukan sikap yang lebih dikenal dengan tricomponent attitude model, yaitu :
1. The Cognitive Component
Pengetahuan dan persepsi yang didapatkan dari kombinasi antara pengalaman langsung dengan obyek sikap dan informasi terkait dari
berbagai sumber. 2.
The Affective Component Emosi atau perasaan dari konsumen tentang produk atau merek
tertentu. Emosi dan perasaan ini sering dianggap oleh para peneliti
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
konsumen sangat evaluative sifatnya, yaitu mencakup penilaian seseorang terhadap obyek sikap secara langsung dan menyeluruh atau sampai dimana
seseorang menilai obyek sikp menyenangkan atau tidak menyenangkan, bagus atau jelek.
3. The Conative Component
Konasi, komponen terakhir dari tricomponent attitude model berhubungan dengan kemungkinan atau kecenderungan bahwa seorang
individu akan melakukan tindakan tertentu atau berperilaku dengan cara tertentu terhadapa obyek sikap tertentu. Di dalam pemasaran dan
penelitian konsumen, conative component sering diekspresikan sebagai intention to buy.
2.1.5.1 Subyek dan Obyek Sikap
Menurut Alo Liliweri 2001 : 119 subyek dan obyek sikap adalah : a.
Subyek, yaitu orang yang bersikap. Setiap orang boleh mempunyai satu atau beberapa sikap terhadap orang lain, sekelompok orang, organisasi
sosial dan lain-lain. Sikap ini dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosial, antropologis, ekonomi, politik dan lingkungan kehidupan manusia.
Kesimpulannya, sikap terhadap obyek tergantung pada faktor manusia yang bersikap.
b. Obyek sikap, yaitu sikap kita terhadap suatu obyek ditentukan oleh
tampilan obyek itu sendiri. Jika tampilan obyek itu menrik perhatian maka orang akan mempunyai harapan tertentu dan mencatat kesan
tentang obyek kedalam memori.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.5.2 Komponen Sikap
Komponen sikap terbagi menjadi 3, yaitu : 1.
Komponen Kognitif Komponen ini berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan
seseorang mengenai obyek. Dalam tahap ini, hal kognitif diperoleh dari olah otak, misalnya pendidikan, pengalaman, manusia mempunyai
pandangan rasional Liliweri, 2001 : 120 selain komponen ini juga tersusun atas dasar pengetahuan yang dimiliki individu tentang obyek
sikapnya. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan tertentu dalam diri individu terhadap obyek sikap. Jadi komponen
kognitif ini akan menjawab pertanyaan apa yang akan dipikirkan atau dipersepsikan tentang obyek tertentu. Mar’at, 1981 : 25
2. Komponen Afektif
Komponen ini dibentuk oleh aspek perasaan terhadap obyek. Dimana komponen ini berkaitan dengan aspek emosional terhadap obyek
tersebut. Obyek tersebut dirasakan sebagai hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai. Beban emosional inilah
yang memberikan watak tertentu terhadap sikap yaitu watak mantap, tergerak dan termotivasi. Krech, 1996 : 8
3. Komponen Konatif
Komponen ini berkaitan dengan kecenderungan manusia untuk berperilaku tertentu. Hal ini mencakup semua kesiapan perilaku
berkaitan dengan sikap. Jika seseorang individu bersikap positif terhadap
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
obyek tertentu, maka ia cenderung membantu atau memuji atau mendukung obek tersebut. Tetapi jika seseorang individu bersikap
negatif terhadap obyek tertentu, maka ia akan cenderung mengganggu atau menghukum atau merusak obyek tersebut. Krech, 1996 : 9
2.1.5.3 Ciri-Ciri Komponen Sikap
Ciri-ciri komponen sikap menurut David Krech 1996 : 10 adalah : 1.
Valensi
Valensi adalah kadar kepositifan dan kenegatifan komponen kognitif, perasaan dan kecenderungan tindakan pada suatu sistem sikap.
Valensi dapat bervariasi mulai dari positif ekstrem, daerah valensi netral yang sejajar dengan tidak ada sikap, sampai kenegatifitas yang ekstrim
Krech, 1996 : 79. Sebagaimana telah kita ketahui, suatu sikap dapat selalu digambarkan sebagai hal yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan, pro atau kontra dengan obyek. Akan tetapi, biasanya tidak cukup bila kita hanya menggambarkan arah ini atau tanda, pada
sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Jadi sangat diperlukan membuat ukuran valensi secara kuantitatif, yakni dengan menetapkan
kadar kesenangan atau ketidaksenangan. Krech, 1991 : 78 2.
Multipleksitas
Multipleksitas adalah jumlah dan ragam unsur-unsur terpisah yang membedakan komponen kognitif, perasaan, dan kecenderungan tindakan
dalam suatu sikap. Suatu komponen yang unsurnya banyak dan beragam
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
disebut multipleks multi kompleks sedangkan komponen yang unsur serupanya relatif sedikit disebut komponen simpleks. Krech, 1996 : 78
2.1.5.4 Fungsi Sikap
Menurut Daniel Katz Zanden, 1984 : 164 ada 4 fungsi sikap, yaitu : 1.
Utilitarian function Sikap memungkinkan seseorang untuk memperolah atau
memaksimalkan ganjaran reward atau persetujuan atau meminimalkan hukuman. Dengan kata lain, sikap dapat berfungsi sebagai penyesuaian
sosial, miaslnya seseorang dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap sesuatu obyek tertentu untuk mendapatkan persetujuan atas
dukungan. 2.
Knowledge function Sikap membantu dalam memahami lingkungan dengan melengkapi
ringkasan evaluasi tentang obyek dan sekelompok obyek atau segala sesuatu yang dijumpai di dunia ini.
3. Value-expressive function
Sikap kadang-kadang mengkomunikasikan nilai dan identitas uang dimiliki seseorang terhadap orang lain.
4. Ego defensive function
Sikap melindung diri, menutupi kesalahan, agresi dan sebagainya dalam rangka mempertahankan diri. Sikap ini mencerminkan
kepribadian individu yang bersangkutan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.5.5 Pembentukan dan Perubahan Sikap
Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan hasil interaksi antar individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat
dinamis. Dalam buku Psikologi Sosial 2001 : 98, Bimo Walgito mengatakan
bahwa perubahan sikap ditentukan oleh dua faktor, yaitu : 1.
Faktor internal individu sendiri, yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan
diterima atau ditolak. 2.
Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.
Sementara itu Mednick, Higgins dan Kirschenbaum 1975 dalam buku Psikologi Sosial 2001 : 99 menyebutkan bahwa pembentukan sikap
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: 1.
Pengaruh sosial, seperti norma atau kebudayaan, 2.
Karakter kepribadian individu, 3.
Informasi yang selama ini diterima individu. Sedangkan Azwar 1997 : 30 mengatakan bahwa 6 faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu : 1.
Pengalaman pribadi Apa yang telah kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi
penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan dapat menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk menjadi dasar pembentukan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Menurut Middlebrook 1974 mengatakan bahwa tidak adanya
pengalaman sama sekali dengan suatu obyek cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap obyek tersebut.
2. Orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap
penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita
kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita significant other, akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap
sesuatu. Orang-orang yang biasanya yang dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi,
teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, suami atau istri dan lain- lain.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadapa pembentukan sikap kita. Seorang ahli Psikologi terkenal,
Burrhus Fredic Skinner sangat menekankan pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dalam membentuk pribadi seseorang.
Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menggambarkan sejarah reinforcement penguatan dan ganjaran yang kita alami Hergenhahn, 1982. Tanpa kita sadari kebudayaan juga yang
memberikan corak pengalaman individu-individu anggota kelompok masyarakat asuhannya.
4. Media massa
Tugas pokok dari media massa adalah menyampaikan informasi, selain itu juga membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang
dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberikan dasar afektif dalam
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap. 5.
Lembaga pendidikan dan lembaga agama Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh atau tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari
pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 6.
Faktor emosional dalam diri individu Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara
dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang, akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
2.1.6 Pengertian Iklan
Secara sederhana iklan diartikan sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan pada masyarakat melalui suatu media.
Akar kata iklan berasal dari kata dalam bahasa Latin, yaitu Adverte yang dalam bahasa Inggris berarti to run toward atau dalam terjemahan bebas
bahasa Indonesia berarti menuju ke sesuatu. Sasaran iklan adalah mengubah jalan pikiran konsumen untuk membeli suatu barang atau menggunakan jasa
yang ditawarkan. Iklan sendiri terbagi atas :
1. Iklan konsumen
2. Iklan bisnis ke bisnis atau antar bisnis
3. Iklan perdagangan
4. Iklan eceran atau retail
5. Iklan keuangan
6. Iklan langsung
7. Iklan lowangan pekerjaan
AMA American Marketing Association mengartikan iklan sebagai “any paid form of non personal presentation and promotion of ideas, goods or
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
service by an identified sponsor” Kasali, 1992 : 10 yang dapat diterjemahkan sebagai suatu bentuk terbayar dari presentasi non personalpribadiperorangan
dan promosi dari ide, barang, atau jasa oleh sebuah sponsor yang sudah dikenal.
Masyarakat Periklanan Indonesia mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media yang
ditujukan pada sebagianseluruh masyarakat. Kasali, 1992 : 11 Sedangkan Institut Praktisi Periklanan Inggris mendefinisikan iklan
sebagai pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahakan kepada calon pembeli yang paling potensial. Jefkins, 1996 : 5
2.1.7 Teori Adopsi Inovasi Difusi Inovasi