Pembelajaran Matematika Pembelajaran Matematika

Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua macam. Pertama hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan lain- lain. Kedua software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain-lain. Faktor materi pembelajaran yang diajarkan ke siswa. Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai kondisi siswa.

2. Pembelajaran Matematika

Menurut Utari Sumarno 2004:5 pembelajaran matematika diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berfikir matematis meliputi : pemahaman, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis, kritis serta sikap yang terbuka dan objektif. Matematika sebagai kegiatan penalaran pola dan hubungan menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Marsigit 2001:4 hendaklah disampaikan dengan metode pembelajaran yang: a. Memberi kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan menyelidiki pola-pola untuk menentukan hubungan. b. Memberi kesempatan siswa untuk melakukan percobaan dengan berbagai cara. c. Mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan perbedaan, perbandingan, pengelompokan, dan sebagainya. d. Mendorong siswa untuk menarik kesimpulan umum. e. Membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara pengertian satu dengan yang lainnya. Menurut Erman Suherman 2003: 299 dalam buku Strategi Pembelajaran , filosofi ’pengajaran matematika’ perlu diperbaharui menjadi ’pembelajaran matematika’ agar dapat mengoptimalkan keberadaan dan peran siswa sebagai pembelajar. Dengan demikian, paradigma dalam pembelajaran matematika juga perlu diperbaharui dari teacher centered menjadi learner centered. Akibatnya, kegiatan belajar di kelas tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa sebagai pembelajar. Dalam pembelajaran matematika siswa harus dilibatkan penuh secara aktif dalam proses belajarnya. Paul B. Diederich yang diikuti oleh Sardiman A. M. 2003: 100 menggolongkan aktivitas siswa sebagi berikut: a. Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain. b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. c. Listening activities, seperti mendengarkan, uraian, percakapan, diskusi, musik. d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, beternak, berkebun. g. Metal activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahakan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. h. Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Dalam pembelajaran di sekolah, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi, pendekatan, dan metode yang banyak melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial. Erman Suherman, 2003: 63 Menurut petunjuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, bahwa penerapan strategi yang dipilih dalam pembelajaran Matematika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI haruslah betumpu pada dua hal, yaitu optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran, serta optimalisasi keterlibatan seluruh indera siswa. Salah satu tujuan pembelajaran Matematika adalah pembentukan dan peningkatan penalaran siswa yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga dalam mempelajari matematika memungkinkan adanya penyatuan sifat dengan berfikir kritis dan kreatif. Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika adalah proses atau peristiwa dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika sehingga dapat terbentuk sifat berfikir matematis, kritis, kreatif, dan objektif dalam diri siswa yang pada akhirnya pembelajaran matematika akan lebih bermakna.

3. Motivasi Belajar