Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan difinisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Berpikir positif adalah berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi positifnya, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun keadaan lingkungannya, sehingga ia tidak akan putus asa atas masalah yang dihadapinya dan mudah dalam mencari jalan keluarnya. Berpikir positif merupakan salah satu hal yang penting dimiliki oleh setiap orang, termasuk siswa di sekolah. Berpikir positif merupakan upaya yang penting untuk memberi semangat siswa dalam mencapai masa depan yang lebih baik Ubaedy, 2007. Dampak yang akan dihadapi oleh siswa yang tidak berpikir positif adalah siswa memiliki perasaan tidak berdaya akan kegagalan yang sedang dihadapi, siswa kurang memiliki kekuatan yang otentik akan kekutanannya sendiri, serta apabila siswa-siswi mengalami suatu kegagalan dalam usahanya siswa-siswi sudah tidak menginginkan untuk kembali melakukan hal yang telah gagal tersebut. Selain itu siswa juga memiliki pemikiran yang negatif jika siswa mengalami kegagalan. Maka perlu adanya pengertian dan pemahaman tentang berpikir positif dalam menghadapi kegagalan, sehingga siswa dapat memaknai kegagalan sebagai penyemangat untuk menggapai kesuksesan, dan memaknai kegagalan bukan akhir dari sebuah usaha. Berpikir positif pada diri siswa berbeda-beda satu dengan yang lain, untuk meningkatkan cara berpikir positif pada siswa perlu diberikan bimbingan yang sesuai, yang mampu membantu siswa untuk menumbuhkan sikap berpikir positif dan tidak mudah putus asa. Siswa yang mampu memiliki sikap berpfikir positif diharapkan mampu lebih tenang dalam menghadapi suatu kegagalan, dan mau untuk segera bangkit dari kegagalan serta siswa dapat mengambil hikmah dibalik masalah yang dihadapi sehingga tidak menimbulkan konflikpertentangan. Mengambil hikmah dibalik masalah yang dihadapi sehingga tidak menimbulkan konflikpertentangan Ubaedy, 2007. Berdasarkan pengertian berpikir positif di atas pada siswa-siswi berbeda satu dengan yang lain, untuk meningkatkan cara berpikir positif perlu adanya bimbingan bagi siswa-siswi, agar siswa-siswi dapat berpikir positif ketika mengalami suatu kegagalan. Pengertian tentang berpikir positif yang jika dicermati semuanya mengarah kepada suatu keadaan atau kesediaan untuk menerima masalah yang dihadapi agar tidak terjadi perselisihan yang lebih mendalam. Berpikir positif merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu muatan pikiran yang positif, penggunaan pikiran yang positif, dan pengawasan pikiran agar tetap memiliki pemikiran yang positif. Berdasarkan pengalaman peneliti yang melakukan Program Pengalaman Lapangan PPL di SMK Sekolah Menengah Kejuruan Leonardo Klaten dan penuturan guru BK Bimbingan dan Konseling sendiri. Masih banyak siswa-siswi yang belum percaya pada kemampuan dirinya sendiri, membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya siswa-siswi pesimis dalam menghadapi tantangan. Hal ini terlihat ketika ujian praktek dan guru penguji berasal dari sekolah lain atau dari lembaga di luar SMK Pangudi Luhur Leonardo Klaten, maka siswa- siswi langsung memiliki pemikiran jika siswa tidak bisa mengerjakan pemikiran negatif muncul jika ia tidak bisa mengerjakan ujian praktek dengan baik, akan gagal dalam menghadapi ujian praktek. Menurut penuturan dari Guru BK SMK Leonardo Klaten, permasalahan yang tinggi yaitu siswa-siswi belum dapat meningkatkan kemampuan berpikir positif pada dirinya, terutama pada siswa-siswi kelas XI TITL Teknik Instalasi Tenaga Listrik. Siswa kelas XI TITL SMK Pangudi Luhur Leonardo SMA Klaten dapat berpikir positif, namun mungkin belum berkembang secara optimal. Misalnya Siswa kelas XI TITL merasa lebih kurang mampu dengan teman yang bukan dari jurusan TITL, karena merasa tidak mampu akhirnya siswa TITL memiliki pemikiran yang negati, takut untuk menoba hal baru. Tingkat berpikir positif siswa dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, siswa yang berpikir positif memiliki garapan yang positif positive expectation, artinya siswa yang memiliki pemikiran positif akan lebih optimis dalam menghadapi tantangan, percaya akan dirinya sendiri dan tidak ragu- ragu dengan kempuan dirinya sendiri. kebanyakan siswa kelas TITL sering pesimis jika menghadapi tantangan baru, misalnya memiliki pemikiran jika dirinya tidak mampu, takut dalam menghadapi ujian praktek jika guru penguji berasal dari luar sekolah. Kedua, Affirmasi diri Self affirmative, artinya siswa berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam hidup siswa sendiri, namun siswa kelas XI TITL belum memiliki afirmasi diri yang bagus, misalnya siswa kurang bertanggung jawab atas pilihan yang telah dibuat . Ketiga, pernyataan yang tidak menilai non judgement talking, artinya siswa menyadari jika kemampuan yang dimiliki oleh setiap orang itu berbeda. Namun kebanyakan siswa kelas XI TITL masih sering membanding- bandingkan kemampuan diinya dengan kemmapuan oaring lain, sehingga merasa jika dirinya lebih kurang mampu dibandingkan dengan orang lain. Keempat, Penyesuaian diri yang realistik realistic adaptation, artinya siswa menyadari jika kegagalan membuat dirinya semangat menghadapi tantangan menuju keberhasilan Albrecht, 1980 Oleh sebab itu untuk mengetahui tingkat kemampuan berpikir positif pada siswa-siswi SMK Leonardo Klaten kelas XI TITL SMK Leonardo Klaten, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “BERPIKIR POSITIf PADA SISWA SMK Studi Deskiptif pada Siswa-siswi Kelas XI TITL SMK Pangudi Luhur Leonardo Klaten Tahun Ajaran 20152016 serta Implikasinya terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-Sosial ” dalam pemenuhan tugas skripsi. Melalui skripsi ini peneliti berharap akan ada manfaat yang dapat diambil oleh SMK Leonardo Klaten maupun pihak lain dalam mengetahui tingkat kemampuan berpikir positif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Identifikasi Masalah