Pengaruh pembelajaran Kimia terintegrasi nilai terhadap hasil belajar siswa (sebuah studi pada siswa SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta)

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

AMELIA FADILLA PERMAISARI 104016200429

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

(3)

(4)

i

Ilmu Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Maret 2011.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil belajar siswa. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain Pre-Experimental Designs (non designs) yang dilaksanakan di SMK Grafika Yayasan Lektur pada Mei 2009. Populasi penelitian adalah siswa SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta, sedangkan sampel yang diambil adalah siswa kelas X semester II tahun 2008/2009. Teknik pengumpulan data variabel pendidikan nilai dengan menggunakan angket. Sedangkan variabel hasil belajar dengan menggunakan tes formatif dan angket.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar. Hasil analisis data

menggunakan statistik uji “t” diperoleh nilai thitung = 18.1187 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,01 (derajat kebebasan 78) adalah 2.381, maka nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel, sehingga Ha diterima.


(5)

ii

Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teach Trainer, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, March 2011.

The study aims to determine influences chemistry concept of integrated to the learning outcomes of students. Research using quantitative methods Pre-Experimental Designs (non Designs) held at SMK Grafika Literature Foundation in May 2009. The study population is a student of SMK Grafika Literature Foundation Jakarta, was the sample taken is class X the second semester of 2008/2009. Data collection techniques are taught using the variable results of formative tests and questionnairess.

Based on this research can be concluded that there is an influences between chemistry concept of integrated to the learning outcomes of students. The results of data analysis using the test statistic "t" values obtained tvalue = 18.1187 while ttable = 2.381 at significance level α = 0.01 (degrees of freedom 78), then tvalue is bigger than ttable, so Ha is accepted.


(6)

iii

Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat kasih dan sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya yang setia hingga hari akhir nanti.

Begitu banyaknya hambatan yang telah dilewati oleh penulis untuk proses penyelesaian skripsi ini, namum begitu banyak dukungan dari berbagai pihak kepada penulis. Oleh sebab itu dengan segala ketulusan hati ini penluis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Mama, Papa, Rian dan Alip keluargaku tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungannya selama ini.

3. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA.

4. Bapak Dedi Irwandi M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

5. Bapak Drs. Zamris Habib, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan Bapak Tonih Feronika, M.Pd, sebagai dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Turyono, M.Pd, selaku Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

7. Seluruh siswa kelas X-A sebagai sampel dalam penelitian ini.

8. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan ilmu yang sangat berguna sebagai bekal penulis dalam menjalani tantangan ke depan.

9. Sahabat-sahabatku Eem Nurrizqi Munawaroh, Pratiwi Handayani, Dewimarhelly, Nabilah Syafei, Retno Purwandari, Sri Rahayu, Ria Irmawati,


(7)

iv

dan semangat kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

Semoga setiap bantuan, dukungan semangat yang telah diberikan diberikah balasan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi diri sendiri dan dunia pendidikan pada umumnya. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamin.


(8)

v

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ……….. iii

DAFTAR ISI ……… v

DAFTAR TABEL ………viii

DAFTAR LAMPIRAN………. ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 3

C.Pembahasan Masalah ... 4

D.Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II DESKRIPSI TEORITIS,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ... 6

1. Konsep-konsep Nilai dan Pendidikan Nilai ... 6

a. Pengertian Nilai ... 6

b. Pendidikan Nilai ... 7

c. Pedagogi Pendidikan Nilai ... 11

d. Nilai dalam Ilmu Sains ……… 16

2. Pendidikan Nilai dalam Sains Kimia ………... 20

a. Konsep Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit... 21

b. Pendidikan Nilai dalam Konsep Elektrolit dan Non Elektrolit... 23

3. Konsep Belajar, Pembelajaran dan Hasil Belajar... 24

a. Belajar... 24

b. Pembelajaran... 25


(9)

vi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Tujuan Penelitian ... 32

B.Tempat dan Waktu Penelitian ...32

C.Metode Penelitian ... 32

D.Populasi dan Sampel ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Instrumen Penelitian ... 33

G.Validitas Instrumen Penelitian ... 38

H.Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ……….. 47

1. Hasil Belajar Kognitif ……….. 47

a. Data hasil pretest ………. 47

b. Data hasil posttest ………... 47

c. Data hasil belajar kognitif setiap indikator ………. 47

2. Data Kualitatif ………. 48

a. Hasil Observasi ………... 48

b. Hasil Wawancara ……… 50

c. Hasil Angket ………... 52

B.Pengujian Persyaratan Analisis ……… 52

1. Uji Normalitas ……….. 52

2. Uji Homogenitas ………... 53

3. Nilai N-Gain ………. 54

4. Pengujian Hipotesis ……….. 55

C.Interpretasi Data ………... 56

1. Hasil Belajar Siswa ………...56


(10)

vii

A.Kesimpulan ……….. 61

B.Saran ………. 61

DAFTAR PUSTAKA ……….. 62


(11)

viii

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Angket Pedagogi Pendidikan Nilai ……… 36 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Pedagogi Pendidikan Nilai ……….. 36 Tabel 4.1 Persentase Siswa Yang Menjawab Benar Setiap Indikator ………….. 48 Tabel 4.2 Tabel Hasil Observasi Siswa Pada Pelaksanaan Pembelajaran ………49 Tabel 4.3 Respon Siswa Terhadap Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran

Kimia ……… 50

Tabel 4.4 Angket Siswa Terhadap Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran

Kimia ……… 52

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Dengan Uji Lilliefors ……….. 52 Tabel 4.6 Hasil Pengujian Homogenitas Dengan Uji Fisher ……… 53 Tabel 4.7 Nilai N-Gain Konsep Laruan Elektrolit dan Non Elektrolit ………… 54 Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Uji t ………... 55


(12)

ix

Lampiran 2 Distribusi Posttest Siswa ……….. 67

Lampiran 3 Tabel Perhitungan Uji Normalitas………. 68

Lampiran 4 Perhitungan Uji Homogenitas ……….. 69

Lampiran 5 Perhitungan Uji T ………. 70

Lampiran 6 Tes Hasil Belajar ……….. 72

Lampiran 7 Angket Tentang Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Kimia… 81 Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa ………. 83

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ………. 86

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 .………. 86

Lampiran 11 Validasi Instrumen Pilihan Ganda………. 93

Lampiran 12 Reliabilitas Tes Hasil Belajar ………... 103

Lampiran 13 Taraf Kesukaran ……… 106

Lampiran 14 Daya Pembeda Soal ………... 108


(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Semarang menemukan 40 makanan olahan hasil industri rumah tangga yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti boraks, rhodamin B, auramin, dan metanyl yellow. Untuk itu, masyarakat diimbau berhati-hati dalam memilih dan mengonsumsi makanan olahan. Apabila dikonsumsi, bahan kimia seperti rhodamin B dapat menyebabkan gangguan pada jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan, dan kulit. Auramin dapat menyebabkan gangguan jaringan ginjal, hati, dan saluran pencernaan. Metanyl yellow menyebabkan kanker saluran kemih, iritasi saluran pernafasan, dan gangguan penglihatan. Adapun boraks membuat iritasi kulit, mata, dan kerusakan ginjal.1

Hal ini menunjukkan, bahwa ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan ilmu kimia untuk kepentingan pribadi. Mereka tidak menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan. Bidang ilmu yang ditekuni tidak lagi dilandasi dan dijiwai, bahkan mungkin tak tersentuh sama sekali oleh nilai-nilai moral universal. Salah satu faktornya yaitu tidak adanya pedidikan nilai dalam pembelajaran kimia dimana seharusnya pendidikan memegang peranan penting sebagai pembinaan nilai dan moral.

Pendidikan perlu menekankan pentingnya dan mengupayakan terlaksananya pendidikan nilai. Dengan pendidikan nilai, dampak negatif kemajuan sains dan teknologi akan lebih dapat dihindarkan. Pendidikan nilai sebagai bagian hakiki pendidikan ikut menentukan kualitas manusia pencipta dan pengguna teknologi di masa depan.2

Pendidikan di Indonesia baik formal, non-formal maupun informal

1Harry Susilo, Awas Makanan Mengandung Bahan Berbahaya Masih Beredar!,

http://kesehatan.kompas.com/read/2009/04/07/19225412/awas.makanan.mengandung.bahan.berba haya.masih.beredar, diakses pada 27 April 2011

2J. Sudarminta, Transformasi Pendidikan : Memasuki Milenium Ketiga, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2000), hal 9


(14)

merupakan proses yang dengan sengaja dilakukan untuk tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian yang mantap, mandiri serta bertanggung jawab. Di dalamnya tersirat adanya pendidikan nilai dalam pembelajaran agar tujuan pendidikan tercapai, sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab II, pasal 3 yaitu :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap. kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Sekolah pada hakikatnya bukanlah sekedar tempat transfer of knowledge belaka. Sekolah juga adalah lembaga yang mengusahakan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai (value-oriented enterprise). Sekolah bertanggung jawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam karakter dan kepribadian.4

Pendidikan di sekolah perlu memberi perhatian pada perkembangan perilaku yang baik dalam diri subyek didik. Para pendidik umumnya berpendapat, pendidikan moral merupakan bagian integral dari pendidikan. Pendidikan di sekolah diharapkan tidak hanya mengembangkan kecerdasan otak dan keterampilan subyek didik, tetapi juga menumbuhkan kecerdasan moral dan bertumbuh menjadi manusia yang berakhlak mulia.5

Sekolah Menengah Kejuruan Grafika Yayasan Lektur merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan, pengajaran dan pelatihan untuk mencapai keahlian grafika. Salah satu misinya adalah mengembangkan sistem pendidikan kejuruan grafika yang adaptif, fleksibel dan

3Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf., hal 3, diakses pada 26 Agustus 2008 4 Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2002), hal 176

5Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004), hal 108


(15)

berwawasan global berdasarkan iman dan takwa serta berbudi luhur.

Kelas X sebagai bagian dari SMK Grafika Yayasan Lektur memiliki karakteristik anak-anak SMA seperti umumnya. Mereka memasuki masa peralihan dari SMP menuju SMA. Pada usia ini mereka mengalami pertentangan-pertentangan batin yang paling memuncak dalam kehidupannya. Masa ini juga merupakan periode penuh kontras-kontras, badai-badai permasalahan, dan gelora-gelora jiwa yang sering berlawanan. Sehingga mengakibatkan timbulnya banyak kecemasan dan kebingungan pada anak muda. Di samping itu, secara sadar anak mulai mencari nilai-nilai hidup dan norma-norma baru yang luhur, serta nilai religius.6 Maka, semenjak dini harus mulai diterapkan pendidikan nilai agar mereka berkarakter baik dan dapat mengembangkan diri secara berkesinambungan. Pendidikan nilai yang diterapkan secara cerdas dan kreatif akan menuntun remaja memperoleh kepuasan dalam kehidupannya yang akan dijalani dan yang akan dicapai dikemudian hari.

Dengan memasukkan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran kimia khususnya pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit di kelas X, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sekaligus menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk memilih pembahasan tentang “Pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil belajar siswa?”.

B. Identifikasi masalah

1. Dampak negatif kemajuan sains dan teknologi mengakibatkan penurunan nilai di masyarakat, sehingga dibutuhkan pendidikan nilai dalam pembelajaran kimia

2. Pendidikan nilai belum ditanamkan pada mata pelajaran kimia, sehingga perlu langkah awal untuk memulainya

3. Rendahnya penguasaan konsep siswa dalam sains diharapkan dapat diimbangi dengan kepribadian dan karakter yang unggul dengan pendidikan nilai


(16)

C. Pembatasan masalah

Dari berbagai masalah yang telah diidentifikasi di atas, pembatasan fokus penelitian dilakukan pada :

1. Pendidikan nilai pada pembelajaran kimia dibatasi pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit sebagai langkah awal dalam pengintegrasiannya

2. Nilai – nilai yang dikaji dalam pengintegrasian nilai yaitu nilai religi, nilai intelektual, nilai pendidikan, nilai sosial politik ekonomi dan nilai praktis 3. Penguasaan konsep siswa dilihat dari hasil belajar siswa pada tes

kemampuan kognitif setelah pengintegrasian pendidikan nilai

D. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

” Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil

belajar siswa?”.

E. Tujuan penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil belajar siswa di SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi kepada mahasiswa jurusan pendidikan IPA pada

umumnya dan mahasiswa program studi kimia UIN Syarif Hidayatullah pada khususnya sehingga terpacu untuk terus berupaya meningkatkan pemahaman serta menanamkan nilai-nilai kepada siswa

2. Memberikan masukan kepada guru kimia khususnya mengenai salah satu cara penyelenggaraan pendidikan nilai pada pelajaran kimia dan 6 Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung : CV Mandar Maju, 2007), hal 170


(17)

guru-guru umumnya tentang perlunya penyelenggaraan pendidikan nilai pada setiap proses pembelajaran di sekolah

3. Memberikan informasi kepada pihak sekolah, perlunya pembinaan kepada guru-guru tentang pentingnya penyelenggaraan pendidikan nilai pada proses pembelajaran di sekolah


(18)

6

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritis

1. Konsep-Konsep Nilai dan Pendidikan Nilai a. Pengertian nilai

Nilai didefinisikan dengan cara berbeda-beda oleh banyak ahli. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan dan sesuatu yang menyempurnakan manusia dengan hakikatnya.1 Berdasarkan pandangan psikologis, pada dasarnya pendidikan nilai merupakan upaya penguatan keyakinan terhadap kebenaran, kebaikan, dan keindahan perilaku peserta didik. Menurut Gordon Allport dalam Mulyana nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.2

Dalam pendidikan tentu saja pilihan yang diharapkan adalah nilai-nilai yang sesuai dengan tuntunan yang ada, baik yang berlaku dalam masyarakat maupun ajaran agama. Oleh karena itu dari sudut pandang sosiologis, pengertian nilai menurut Kupperman dalam Yudianto adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif.3

Definisi nilai oleh Spranger dalam Sunaryo yaitu suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Kepribadian manusia terbentuk dan berakar pada tatanan nilai-nilai dan kesejarahan. Selain dalam konteks sosial sebagai nilai dalam kepribadian manusia, terdapat

pula kekuatan individual yang dikenal sebagai “roh subjektif” (subjective spirit). Sementara itu, kekuatan nilai-nilai budaya merupakan “roh

objektif” (objective spirit). Penerimaan nilai oleh manusia tidak dilakukan

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 2008), hal 963

2 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung : CV Alfabeta, 2004), hal 11 3 Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam, (Bandung : Mughni Sejahtera, 2005), hal 46


(19)

secara pasif melainkan secara aktif dan kreatif.4

Nilai merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan makna dalam hidup, yang memberikan dalam hidup ini titik tolak, isi dan tujuan.5

Menurut Norton dan Hunt dalam Narwoko-Bagong, nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang tetapi ia tidak menghakimi apakah suatu perilaku tertentu itu salah atau benar.6

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah kepercayaan yang terdapat dalam diri seseorang yang keberadaannya hanya dapat dilihat melalui pola tingkah laku manusia yang nantinya akan menentukan sikap manusia. Nilai pada umumnya terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari baik disadari maupun tidak.

b. Pendidikan nilai

Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang.7 Pendidikan nilai tidak harus merupakan satu program atau pelajaran khusus, seperti pelajaran menggambar atau Bahasa Inggris, tetapi lebih merupakan suatu dimensi dari seluruh usaha pendidikan.

Menurut pemahaman J. Sudarminta, pendidikan moral sebagai bagian pendidikan nilai dalam konteks pendidikan di sekolah, merupakan upaya untuk membantu subyek didik mengenal, menyadari pentingnya dan menghayati nilai-nilai moral yang seharusnya dijadikan panduan bagi

4 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), hal 76

5 Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak : Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial

Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hal 29

6 Dwi Narwoko, Bagong Suyanto, Sosiologi : Teks Pengantar Dan Terapan, (Jakarta : Prenada Media), hal 35


(20)

sikap dan perilakunya sebagai manusia, baik secara perorangan maupun bersama-sama dalam suatu masyarakat.”.8 Oleh karena itu, dalam proses pendidikan nilai (value clarification) menjadi tanggung jawab pendidik untuk :

1) Melihat implikasi nilai etis dalam setiap proses perubahan yang terjadi

2) Membantu untuk berkembangnya nilai-nilai dalam diri seseorang 3) Membantu agar anak didik dapat mengambil sikap dan keputusan,

dalam merencanakan kehidupan secara berarti9

Pendidikan nilai tersebut menurut Enstein dalam Yudianto mencakup nilai-nilai (value) dalam kehidupan yaitu : nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial politik ekonomi, nilai pendidikan dan nilai religius.10

1) Nilai praktis

Nilai praktis merupakan nilai kemanfaatan dari suatu bahan ajar yang dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Nilai praktis sains adalah kandungan nilai yang berhubungan dengan aspek-aspek manfaat sains dalam kehidupan. Sains dapat berkembang pesat karena memiliki nilai praktis, seperti sumber pangan, sandang, perumahan dan pengobatan/kesehatan.

2) Nilai intelektual

Nilai intelektual suatu bahan ajar adalah mengajarkan kecerdasan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak mempercayai tahayul atau kebenaran mitos, tetapi agar lebih kritis, analitis dan kreatif terhadap pemecahan suatu masalah yang lebih efektif dan efisien. Selain itu nilai intelektual berarti nilai kecerdasan pada manusia untuk mengambil sikap dan perilaku yang

8 Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004), hal 108

9 Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta : PT. Grasindo, 1993), hal 3 10Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam : Sumber Pendidikan Nilai ,(Bandung : Mughni Sejahtera, 2005), hal 47


(21)

tepat, tidak percaya pada mistis ataupun hal-hal yang bersifat provokatif. Dengan demikian segala permasalahan dipertimbangkan dengan akal sehat dan diselesaikan melalui proses berpikir kritis.

3) Nilai sosial politik ekonomi

Nilai sosial politik ekonomi berorientasi kepada berbagai bentuk hubungan sosial, sikap bertanggung jawab terhadap kelompok, kasih sayang, sikap loyal dan bersedia berkorban dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Salah satu nilai sosio politik dapat ditunjukkan bahwa persatuan merupakan wujud kesatuan bangsa.

4) Nilai pendidikan

Nilai pendidikan suatu bahan ajar merupakan kandungan nilai dari bahan ajar yang dapat memberi inspirasi atau ide-ide atau gagasan untuk dimunculkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan, keinginan, dan hasratnya bagi kesejahteraan hidupnya, baik untuk pribadi maupun kepentingan bangsanya.

4) Nilai religius.

Nilai religius menurut Enstein dalam Yudianto merupakan kandungan nilai yang dapat membangkitkan kesadaran akan keberadaan Tuhan Tuhan di alam sebagai Sang Maha Pencipta dan sifat-sifat Tuhan lainnya.

Dalam kurikulum Pendidikan Budi Pekerti ditegaskan ada lima pendekatan yang dapat digunakan pada pembelajaran Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) untuk memasukkan nilai-nilai yang terdapat dalam Pendidikan Budi Pekerti itu dapat dilaksanakan. Kelima pendekatan itu dapat dilaksanakan secara mandiri maupun saling melengkapi atau saling dikaitkan antara pendekatan yang satu dengan yang lain sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan para siswa yang menjadi peserta didiknya. Kelima pendekatan tersebut telah diringkas menjadi :11

11 Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak : Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial


(22)

1) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach)

Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai social pada diri siswa. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, diterimanya nilai-nilai social tertentu oleh siswa; kedua, berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan.

2) Pendekatan perkembangan kognitif (cognitive moral development approach)

Pendekatan perkembangan kognitif (cognitive moral development approach) adalah pendekatan yang member penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan nilai yang lebih tinggi; kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral.

3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach)

Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) adalah pendekatan yang memberikan penekanan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial, yang berhubungan dengan nilai moral tertentu; kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses brpikir rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka.

4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach)

Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) adalah pendekatan yang memberikan penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk


(23)

meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; kedua, membantu siswa supaya mereka mempu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai dan pola tingkah laku mereka sendiri.

5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach)

Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) adalah pendekatan yang memberikan penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai merka sendiri; kedua, mendorong siswa untuk untuk melihat diri mereka sebagai mahluk individu dan makhluk sosial dalam pergaulan dengan sesame, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebgai warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam proses demokrasi.

c. Pedagogi pendidikan nilai12

1) Menghargai dan menerima setiap murid dan setiap orang.

Bila murid diharapkan menghormati sesamanya, maka guru harus memberi contoh dengan menghargai murid sebagai pribadi yang utuh. Kecenderungan guru untuk unjuk kekuasaan : selalu benar, paling tahu, memberi perintah harus diminimalisir. Diharapkan akan menciptakan suasana persaudaraan, saling tanggap diantara murid. Penghargaan yang diberikan kepada murid sama dengan penghargaan yang diminta dari mereka, agar dapat ditunjukkan kepada orang tua, guru dan teman.


(24)

2) Menerima perbedaan-perbedaan yang ada di pihak lain

Perbedaan yang terdapat pada masing-masing orang mempunyai nilai dan merupakan sumber untuk memperkaya diri. Kebhinekaan merupakan sumber kemajuan. Menerima perbedaan pada pihak lain dapat dipelajari lewat pergaulan sehari-hari, permainan bersama, menyanyi bersama dan lain-lain.Melalui pendidikan cara konvergen, yang berusaha menemukan sebanyak mungkin pemecahan atas suatu persoalan dan kemudian memilih pemecahan yang paling menarik menurut ukuran beberapa orang, murid dilatih bersikap toleran. Cara berpikir divergen dapat diterapkan dengan memberikan kesempatan kepada para murid untuk menciptakan sesuatu dengan memilih kegiatan yang cocok, murid dilatih mengemukakan pendapat sendiri.

3) Mendahulukan kepentingan bersama

Kehidupan bersama tidak mungkin terwujud apabila tidak ada kesediaan menyangkal diri masing-masing. Cara paling baik adalah dengan menjelaskan dan bersama mereka menemukan bahwa mewujudkan kepentingan bersama diperlukan sikap tertentu dari masing-masing murid, misal tertib di kelas.

4) Meningkatkan dialog

Murid perlu dilatih untuk mendengarkan pandangan orang lain, memberi kesempatan orang lain berbicara, mengakui secara jujur apa yang benar dari pendapat orang lain. Perlu juga melatih mereka dapat mengemukakan pendapat dengan jelas, tepat dan moderat. Agar bersedia, bila perlu mengadakan modifikasi atas pendapatnya sesudah mendengar pendapat orang lain. Pada kesempatan pertemuan kelas, misalnya kecenderungan untuk memonopoli seluruh pembicaraan harus dicegah; kepada setiap anak harus diberikan kesempatan untuk mengetengahkan pendapatnya, walaupun dengan susunan kalimat atau bahasa yang tidak sempurna. Selain pertemuan kelas, baik juga diadakan pertemuan antar kelas dimana masing-masing kelas melatih murid belajar berdemokrasi


(25)

5) Bekerja dan bermain dalam tim

Sumbangan atau andil tiap-tiap andil adalah mutlak perlu. Jangan ada murid yang bermalas-malasan. Masing-masing anggota sekolah menentukan keberhasilan usaha sekolah. Contoh terbaik dan paling tepat untuk mendorong murid-murid bekerja dalam tim adalah apabila para guru sendiri bekerja dalam tim.

6) Bertindak adil dalam hubungan dengan murid

Perilaku dan sikap guru di lingkungan sekolah memainkan peranan penting sekali. Salah satu kesalahan melanggar keadilan paling besar dan paling sering terjadi pada guru adalah pilih kasih : memilih sekelompok murid yang pandai, menyenangkan, ”baik” diantara murid -murid lainnya. Sesuatu yang istimewa jika memberikan kehangatan dan perhatian kepada murid-murid yang tidak menarik. Di lain pihak, supaya betul-betul adil dan jujur, harus berhati-hati dalam mempertimbangkan pemberian hukuman dan peghargaan, pujian dan celaan. Jangan memberikan hukuman secara kolektif. Jangan pula mencaci maki di depan umum untuk kesalahan yang dibuat oleh seorang murid. Akhirnya, sementara dicontohkan sikap adil dan jujur, murid-murid pun dapat memberi timbal balik dengan tidak melakukan penipuan dalam pekerjaan rumah, ulangan atau ujian ; agar mereka menjauhkan diri dari nilai pilih kasih terhadap sesamanya.

7) Menghargai janji

Menepati janji sama dengan memenuhi tanggung jawab. Dengan memilih sekolah, baik guru maupun murid berarti telah memberikan kesanggupan. Karena itu hendaklah mereka masing-masing melaksanakan tugas dan kewajiban yang merupakan kesanggupaannya. Kita hanya dapat menghargai diri kita maupun orang lain, kalau kita menepati kesanggupan yang telah dijanjikan.

8) Melaksanakan tugas panggilan

Setiap orang wajib melaksanakan panggilan yang dipercayakan kepadanya. Tugas panggilan setiap orang adalah unik dan personal.


(26)

Untuk mewajibkan panggilan itu dia harus malaksanakan tugasnya dengan cermat sesuai dengan kemampuannya. Hendaknya kita mendorong anak-anak mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, eapi dan secermat mungkin. Dalam hal ini, contoh kesadaran guru terhadap tugasnya merupan pelajaran yang lestari dan efektif. Sebaliknya, setiap kelalaian dari pihak guru akan menghasilkan kebalikannya.

9) Menyadari kewajiban dan kebebasan

Kita perlu memahami dan menghargai hak-hak orang lain. Kita juga perlu menyadari kebebasan kita, merasa bangga atas kebebasan kita dan bersedia untuk mempertahankannya. Pemahaman anak mengenai hak-hak tersebut perlu diimbangi dengan pemahaman mengenai kewajiban-kewajiban, karena diantaranya terdapat jalinan yang sangat erat. Anak pun harus dibantu menghayati hak-haknya secara nyata, antara lain diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, hak berbeda dari yang lain, hak untuk dihargai sebagai pribadi, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk berusaha sendiri dan lain-lain.

10) Menghargai kekuasaan yang benar

Kekuasaan yang benar adalah kekuasaan yang melayani kepentingan umum, yang membuat kepentingan umum semakin bertambah baik dan dihargai. Di kelas dan di sekolah dijumpai hubungan guru-murid sebagai hubungan dan taklukan. Hubungan macam ini tidak dapat menciptakan suasana persaudaraan, sebaliknya malah membentuk anak menjadi pemberontak atau senang melakukan tipu daya.

11) Menghargai dan mengusahakan perbaikan lingkungan

Kita ajak anak menghargai alam, lingkungan ciptaan manusia dan hasil-hasil karya manusia. Untuk itu, kita dapat mulai dengan mengajak anak-anak menjaga kebersihan dan kerapihan kelas, halaman, peralatan sekolah misalkan dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman bunga,


(27)

lukisan dan sebagainya. Mereka pun harus menjaga kebersihan dan kerapihan jalan, tempat-tempat umum, serta menjauhkan diri dari pengotoran ataupun pengrusakan.

12) Melibatkan diri dalam lingkungan : partisipasi

Dalam kelompok : keluarga, kelas, sekolah dan lain-lain semua anggota harus merasa saling terlihat satu sama lain. Semua anggota harus membentuk kelompok, mengembangkan semangat kelompok yang benar, membuat kelompoknya bersinar keluar, memahami dan menerima saling ketergantungan dan saling melengkap, serta solidaritas antar kelompok-kelompok. Murid dilibatkan dalam kelompok kecil, yaitu kelas. Tanggung jawab atas kelas dan sekolah diserahkan kepda murid-murid yang lebih tua. Tanggung jawab meliputi tanggung jawab mengenai, keterlibatan, kebersihan lingkungan sekolah, tanggung jawab terhadap bimbingan murid-murid muda dalam beberapa keterampilan atau ketangkasan, seperti olahraga, keamanan lalu lintas dan sebagainya. Kita dorong mereka untuk mengadakan kontak dengan pejabat setempat, seperti lurah, pejabat keamanan dan sebagainya. Dengan mengajak murid menghayati dan melibatkan diri dalam kehidupan suatu kelompok, kita memberi mereka pendidikan sosial dan kewarganegaraan secara efektif. Dalam kehidupan-kehidupan suatu kelompok, anak harus menaati peraturan dan melaksanakan suatu peraturan. Dengan menaati peraturan, mereka belajar memahami bahwa peraturan yang disetujui bersama, bukan yang dipaksakan oleh yang berkuasa, merupakan prasyarat agar ,masyarakat dapat berfungsi secara serasi (harmonis). Dengan melaksanakan peranan masing-masing

−betapa pun kecilnya− dalam melayani kepentingan seluruh kelompok, mereka saling mendorong untuk membuang jauh egoisme; mereka belajar memahami dan merasakan kegembiraan karena memberikan dengan sukarela, diri dan harga dirinya, karena bermanfaat bagi orang lain. Dengan membagi tanggung jawab, guru dapat memusatkan perhatian dan usahanya kepada masalah-masalah pendidikan yang


(28)

sebenarnya.

13) Menaruh perhatian dan berperan serta dalam masalah-masalah dunia

Masalah-masalah dunia sangat tepat diperkenalkan kepada anak-anak usia antara 6 dan 12 tahun. Misal, perang antar bangsa, pengungsi kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Diperkenalkan pula badan-badan dunia yang mengurusi masalah tersebut seperti PBB, UNICEF,UNESCO dan sebagainya. Selain itu, dalam memperkenalkan masalah-masalah tersebut , kita ajak mereka untuk berbuat sesuatu. 14) Berdoa bersama.

Kita berdoa bersama dengan murid-murid dengan doa-doa hafalan dan juga dengan doa yang keluar dari isi hati mereka. Kita ajak berdoa untuk mereka sendiri, untuk keluarga mereka, untuk para guru, pimpinan negara, pemerintah dan bangsan. Puncak doa kita adalah ekaristi menjalin persaudaraan dengan semua orang.

d. Nilai dalam ilmu sains

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat menjadi penting karena 1) mata pelajaran itu berfaedah bagi kehidupan atau pekerjaan di kemudian hari, 2) mata pelajaran itu melatih anak berpikir kritis, 3) mata pelajaran itu merupakan bagian kebudayaan bangsa, dan 4) mata pelajaran itu mempunyai nilai-nilai pendidikan, yaitu mempunyai potensi (kemampuan) dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan13

Pada dasarnya tujuan sains di sekolah sebagai institusi sosial yang diadaptasi dari Pusat Nasional Pengembangan Pendidikan Sains adalah :14 1) Menambah keingintahuan (curiousity), dengan cara :

a) Mendorong siswa untuk menyelidiki alam dengan teknologi

13 Khaeruddin dan Eko Hadi Sujiono, Pembelajaran Sains (IPA) : Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Makasar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar, 2005), hal 24 14 Khaeruddin dan Eko Hadi Sujiono, Pembelajaran Sains (IPA) : Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Makasar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar, 2005), hal 11


(29)

b) mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang alam semesta

c) mengembangkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi masalah pengadaptasian manusia

2) Mengembangkan keterampilan investigasi (skill for investigation), yang akan dapat:

a) Memperkaya pemahaman siswa dan kemampuan menggunakan proses sains

b) Awal pemahaman siswa dan kemampuan memecahkan masalah dan strategi membuat keputusan

3) Sains, teknologi dan masyarakat (nature of science, technology and society), yang akan dapat :

a) Menjadikan siswa mengakui dan mengaplikasikan ilmu, sikap dan kebiasaan berpikir

b) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap sains dan teknologi c) Membantu siswa menjadi lebih sadar terhadap interaksi sains dan

teknologi dengan masyarakat

d) Membantu siswa dalam penggunaan pengetahuan sains dan teknologi, sikap dan keterampilan membuat keputusan

Pendidikan nilai moral melalui pengajaran sains, misalnya dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam, seperti fisika, kimia atau biologi dapat dilakukan sebagai berikut. Dalam suatu kerja kelompok untuk melakukan percobaan atau penelitian, peserta didik dapat dilatih menghayati nilai kerjasama. Di dalamnya, peserta didik juga perlu disadarkan, penguasaan sains dan teknologi sebenarnya tidak mungkin dilakukan tanpa menghayati nilai-nilai seperti ketelitian, kesabaran, tanggung jawab, kejujuran dan kebenaran. Nilai-nilai itu juga penting untuk hidup bersama yang sehat dalam masyarakat.15

Pendidikan sains harus mampu menanamkan nilai-nilai agama dan

15 Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004), hal 117


(30)

nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagaimana dikemukakan oleh Enstein tentang kandungan nilai-nilai dalam sains mencakup nilai praktis, intelektual, pendidikan, sosial-politik dan nilai religius Pembelajaran bernuansa IMTAQ membuat suasana proses pembelajarannya diarahkan kepada peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui pengembangan berpikir logis untuk menimbulkan kesadaran adanya sistem nilai dan moral pada setiap bahan ajarnya. Nilai pendidikan sains dapat berupa pendidikan teknik (arsitektur), seni (motif batik), kepemimpinan, sistem pemerintahan, sistem pembanguna ekonomi, pertahanan negara, sistem lalu lintas jalan raya, atau pendidikan mental atau moral bagi manusia.16

Menurut Ali Nugraha, sains dapat dipandang baik sebagai suatu proses, maupun hasil atau produk, serta sebagai sikap. Gambaran tentang batasan sains sebagai proses, sebagai produk dan sebagai sikap dapat dijelaskan sebagai berikut.17 Pertama, sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai suatu disiplin (keilmuan) yang ketat, obyektif dan bebas nilai. Kedua, sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori.

Ketiga, sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap dimaksud dapat diklarifikasikan ke dalam dua kelompok besar; yaitu 1) seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah, seperti kesadaran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu pernyataan,

16 Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam : Sumber Pendidikan Nilai ,(Bandung : Mughni Sejahtera, 2005), hal 12


(31)

kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi atau pandangan lain, kemauan melakukan eksperimen atau kegiatan lainnya secara berhati-hati serta menyadari adanya keterbatasan dalam penemuan keilmuan 2) seperangkat sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi perkembangan karier di masa depan, seperti rasa ingin tahu terhadap dunia fisik dan biologis serta cara kerjanya, pengakuan bahwa sains dapat membantu memecahkan masalah-masalah individual dan global, memiliki rasa antusiasme untuk menguasai pengetahuan dan metode sains, pengakuan pentingnya pemahaman keilmuan dalam dunia masa kini, pengakuan bahwa sains merupakan aktifitas manusia serta pemahaman hubungan antara sains dan bentuk aktivitas manusia lainnya.

Dalam pengajaran sains yang menghasilkan nilai, seorang guru harus :

1) Merasa/menimbang nilai apa yang muncul dan relevan dalam suatu topik

2) Guru sains harus menggunakan teknik yang tepat untuk menanamkan nilai, baik secra implisit ataupun eksplisit

3) Guru harus menilai apa yang diperoleh siswa atau bagaimana sikap siswa dalam pembelajaran kimia

Banyak nilai yang terdapat dalam pelajaran sains antara lain taqwa kepada Tuhan, nilai etika, nilai moral humaniora, sikap mencintai kebenaran (jujur, objektif), sikap tidak berburuk sangka, sikap rendah hati dan tidak sombong, sikap toleran atau menghargai orang lain, sikap teliti dan hati-hati serta sikap tidak mudah putus asa. Salah satu cara memunculkan nilai yang terdapat dalam sains yang dapat dilakukan adalah menstimulasikan nilai kepada siswa dan membantu siswa menyadari nilai yang terdapat dalam sains.


(32)

2. Pendidikan Nilai dalam Sains Kimia

a. Konsep larutan elektrolit dan non elektrolit 1) Pengertian larutan

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang larut dalam zat pelarut. Zat terlarut mempunyai jumlah yang sedikit dalam campuran. Zat pelarut adalah zat yang melarutkan komponen zat terlarut. Zat pelarut adalah zat yang melarutkan komponen zat terlarut.

2) Sifat hantar listrik larutan

Daya hantar listrik larutan adalah kemampuan larutan untuk menghantarkan arus listrik.

3) Larutan elektrolit dan non elektrolit a) Larutan elektrolit

Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. Jadi, senyawa elektrolit adalah senyawa yang dapat mengalami ionisasi jika dilarutkan dalam air. Umumnya senyawa elektrolit berupa garam, asam atau basa yang terdiri dari ion positif dan negatif saat pembentukannya. Contohnya pada pembentukan garam NaCl. Reaksinya sebagai berikut.

Na  Na+ + e

Cl2 + e  2Cl− + Na+ + Cl−  NaCl

Contoh senyawa elektrolit lainnya lainnya ialah KCl, NaBr, CaCl2 dan Na2SO4

b) Larutan non elektrolit

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Jadi, senyawa non elektrolit adalah senyawa yang tidak dapat terionisasi jika dilarutkan dalam air. Umumnya senyawa non elektrolit berupa senyawa karbon yang berikatan kovalen atau senyawa organik, misalnya gula, urea,


(33)

glukosa dan minyak. Jika senyawa dilarutkan dalam air, senyawa utuh dalam bentuk molekulnya dan tidak bermuatan. Contohnya seperti urea.

CO(NH2)2(s) + H2O(l) CO(NH2)2(aq) 4) Elektrolit kuat dan elektrolit lemah

Larutan NaCl dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa NaCl merupakan senyawa ionik, yaitu senyawa yang terbentuk dari ion Na+ bergabung dengan ion Cl−. Molekul NaCl terdiri atas ion-ion yang bermuatan dan bergabung untuk membentuk kristal. Oleh karena itu, senyawa ionik dalam bentuk lelehannya dapat menghantarkan arus listrik. Struktur kristal NaCl terdiri atas ion-ion yang rapat. Jika dilarutkan dalam air, molekul-molekul air akan merenggangkan ion-ion tersebut sehingga ion akan tersebar dalam medium air. Reaksi pelarutan NaCl dalam air sebagai berikut.

NaCl(s) + H2O(l) Na+(aq) + Cl−(aq)

Muatan dari ion-ion dalam larutan dapat menghantarkan arus listrik. Jika kedua elektroda dicelupkan dalam larutan, arus listrik dapat dihantarkan dari satu elektroda lainnya dan lampu menyala.

Air murni sangat sedikit mengalami ionisasi sehingga molekul-molekul air tetap utuh dan tidak bermuatan. Akibatnya, air sukar menghantarkan arus listrik. Molekul gula tidak dapat ,menghantarkan arus listrik jika kedua elektroda dicelupkan dan lampu pun tidakn menyala. Proses terbentuknya ion-ion dalam larutan disebut ionisasi.

HCl dapat terionisasi sempurna menghasilkan ion H+ dan Cl− sehingga dapat membuat lampu menyala terang. Reaksi ionisasinya sebagai berikut.

HCl(aq) + H2O(l) H+(aq) + Cl−(aq)

Contoh senyawa yang merupakan elektrolit kuat adalah NaCl, KCl, HCl, HNO3, Na2SO4, Ca(OH)2, dan KOH. Contoh senyawa


(34)

elektrolit lemah adalah CH3COOH, HF, H2CO3, NH4OH, Al(OH)3 dan H3PO4. Kuat lemahnya larutan elektrolit dapat ditentukan dengan derajat ionisasi.

Derajat ionisasi adalah perbandingan jumlah mol zat yang terionisasi dengan mol zat mula-mula.

Persamaannya sebagai berikut.

Keterangan : α = 0, zat tidak terionisasi

0 < α < 1, zat terionisasi sebagian

α = 1, zat terionisasi sempurna

Semakin besar derajat ionisasi, semakin kuat sifat elektrolitnya. Reaksi elektrolit kuat ditulis sebagai berikut.

NaCl(aq) Na+(aq) + Cl−(aq) HCl(aq)  H+(aq) + Cl−(aq)

Jika zat terionisasi sebagian, reaksinya dituliskan sebagai berikut. CH3COOH(aq) CH3COO−(aq) + H+(aq)

NH4OH(aq) NH4+(aq) + OH−(aq) 5) Senyawa elektrolit

Senyawa elektrolit terbentuk dari senyawa ionik yang jika dilarutkan dalam air mengalami ionisasi. Senyawa ionik adalah senyawa yang terdiri atas ion-ion yang bermuatan. Dalam keadaan padat, senyawa ionik tidak dapat menghantarkan arus listrik karena ion-ionnya tidak bergerak bebas. Namun, dalam bentuk lelehan atau larutannya, ion-ion tersebut dapat menghantarkan arus listrik.

Senyawa kovalen yang dapat menghantarkan arus listrik adalah senyawa kovalen polar karena senyawa tersebut memiliki keelektronegatifan besar. Contoh senyawa kovalen polar adalah HF, HCl, HBr, HNO3 dan H2SO4.


(35)

b. Pendidikan Nilai dalam Konsep Elektrolit dan Non Elektrolit

Dalam kehidupan sehari-hari, nilai praktis dari konsep larutan elektrolit dan non elektrolit antara lain penggunaan larutan elektrolit sebagai minuman isotonik. Saat olahraga, manusia mengeluarkan cairan elektrolit berupa keringat dari dalam tubuh. Cairan tubuh ini perlu digantikan dengan minuman isotonik yang mengandung larutan elektrolit agar tidak terjadi dehidrasi.

Nilai intelektual dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya memancing ikan menggunakan listrik. Arus listrik yang dimasukkan ke dalam air dapat membahayakan pemancing dan orang lain serta merusak ekosistem laut. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan.

Nilai ekonomi dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya minuman isotonik yang dapat diperjualbelikan. Penjual dapat meraih untung dari penjualannya. Nilai pendidikan dari larutan elektrolit dan non elektrolit adalah larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik sehingga dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Sedangkan larutan non elektolit tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga tidak dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit.

Nilai religius dari larutan elektrolit dan non elektrolit menuntun kita untuk berpikir dan merenungkan air sebagai rahmat Allah SWT agar bertambah keyakinan terhadap-Nya dan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk manfaat yang sebesar-besarnya seperti dalam Ar-Rahman (55) : 33.















































“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya

malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang


(36)

dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda

(keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.

3. Konsep Belajar, Pembelajaran dan Hasil Belajar a. Belajar

Para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan tentang belajar sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Setiap rumusan tersebut mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.18

Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu.19 Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini tampak (immediate behavior).

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.20 Belajar juga merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.21

Sesuai dengan pengertian di atas , dimensi perubahan yang terjadi saat belajar, yaitu :22

1) Kepribadian, yaitu dengan memiliki pola respon atau tingkah laku baru

18 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 2008), hal 23

19 Zikri Neni Iska, Psikologi : Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta : Penerbit Kizi Brothers, 2008), hal 82

20 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), hal 13 21 Mulyati, Psikologi Belajar, (Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2005), hal. 5

22Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, (Jakarta : JILSI Foundation, 2008), hal 57


(37)

2) Perilaku aktual maupun potensial, yaitu kemampuan melakukan kegiatan nyata maupun yang bersifat tidak nyata (biasanya perilaku internal)

3) Kecakapan/ keterampilan dalam bertindak, yaitu kemampuan yang terkait dengan penggunaan motorik (kasar maupun halus)

4) Sikap dan kebiasaan, yaitu penerapan nilai-nilai kehidupan dalam perilaku keseharian

5) Pengetahuan dan pemahaman, yaitu berupa penguasaan konsep, prinsip maupun teori

b. Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.23 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.24 Pembelajaran juga merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.25

Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu :26 1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang

merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran

2) Kesalingtergantungan (interdepence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan

3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan agar siswa belajar Dengan demikian, pembelajaran berarti proses belajar mengajar yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang diharapkan terjadinya transformasi pada diri siswa yang mencakup seluruh aspek baik aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif ke arah yang lebih baik sesuai

23 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 2008), hal 23

24 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (PT. Bumi Aksara:Jakarta,2009), hal 57

25Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


(38)

dengan tujuan pembelajaran. c. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.27 Hasil belajar siswa merupakan keberhasilan belajar berupa perubahan tingkah laku siswa setelah siswa menyelesaikan pembelajaran. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.28 Hasil belajar yang utama adalah tingkah laku yang bulat.29

Menurut taksonomi Benyamin S. Bloom perubahan tingkah laku (kemampuan) yang diharapkan dapat terjadi pada diri siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga domain (kawasan/ranah) yaitu :

a) Domain kognitif (pengetahuan), merupakan sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan) yang dipengaruhi oleh kemampuan berpikir/kemampuan intelektual.

b) Domain psikomotor (keterampilan fisik/otot atau motorik) yang dipengaruhi oleh kemampuan keterampilan fisik/otot.

c) Domain afektif (sikap/nilai), merupakan sekelompok perubahan tingkah laku (kemempuan) yang dipengaruhi oleh perasaan, sikap dan nilai.

Selanjutnya setiap domain tersebut dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa jenjang atau kemampuan sebagai berikut :30

a) Domain kognitif

1) Kemampuan pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan

2) Kemampuan pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari

26 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (PT. Bumi Aksara:Jakarta,2009), hal 66 27 Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2006), hal 26 28 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (PT. Bumi Aksara:Jakarta, 2003), hal 27 29 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (PT. Bumi Aksara:Jakarta, 2003), hal 28


(39)

3) Kemampuan penerapan, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari

4) Kemampuan analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik

5) Kemampuan evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu

b) Domain afektif (kawasan sikap)

1) Penerimaan, mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut

2) Partisipasi, mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan

3) Penilaian dan penentuan sikap, mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap

4) Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup

5) Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi c) Domain psikomotor kawasan (keterampilan fisik/otot)

1) Persepsi, mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut

2) Kesiapan, mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan

3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan

4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh

5) Gerakan kompleks, mencakup kmmpuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien


(40)

dan tepat

6) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Penerapan Pendidikan Nilai Sebagai Usaha Pendidikan Dalam Upaya Membentuk Kepribadian Siswa oleh Aziz Lukman Praja. Kesimpulan penelitian tersebut adalah pendidikan nilai sebagai usaha pendidikan merupakan pendidikan bagi semua, yang berpusat pada hati dalam arti qolbu, yang sudah difitrahkan oleh Allah SWT bersifat mono dualistik31 seperti yang tersurat dalam As Syamsi (91) : 8





“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan

ketakwaannya.

Melalui pendidikan nilai ini selalu diingatkan pada keduanya sehingga akal dengan bantuan nurani memilih ketaqwaan dari kejahatan. Pendidikan umum sebagai pendidikan nilai akan selalu mengingatkan nilai-nilai baik, kejujuran dan kebenaran yang melekat dalam segala bidang.

2. Metoda Dan Teknik Pendidikan Nilai oleh Lamijan. Kesimpulan penelitian tersebut adalah pendidikan nilai memiliki metoda dan teknik yang karakteristik, karena lebih menekankan pada ranah afektif. Sejumlah metode yang dapat digunakan untuk pendidikan nilai antara lain metode dokmatif, deduktif, induktif dan reflektif. Metode dokmatif dianggap kurang baik untuk diterapkan pada pendidikan nilai, karena tidak memberikan keleluasaan antuk mengembangkan pemikiran dan mental peserta didik. Beberapa teknik pendidikan nilai yang dapat ditawarkan antara lain : indoktrinasi, klarifikasi nilai, moral reasoning, meramalkan konsekwensi, menganalisis nilai dan

31Aziz Lukman Praja, Penerapan Pendidikan Nilai Sebagai Usaha Pendidikan Dalam Upaya Membentuk Kepribadian Siswa, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Akutansi Volume 2 Nomor 3, (Bandung : FKIP UNPAS, 2008), hal 15


(41)

internalisasi nilai. Teknik indoktrinasi dianggap kurang tepat untuk diterapkan dalam pendidikan nilai karena kurang mengembangkan kreativitas dan potensi mental peserta didik.32

3. Integrasi Nilai Agama Dalam Pendidikan Budi Pekerti oleh Ernawati. Kesimpulan penelitian tersebut yaitu pengintegrasian nilai moral agama dalam pendidikan budi pekerti ditujukan dengan perpaduan nilai-nilai moral agama dengan pendidikan budi pekerti yakni tentang akhlak. Terdapat korelasi antara persepsi (pengetahuan) siswa dan afeksi siswa. Persepsi (pengetahuan) siswa tentang pendidikan akhlak adalah cukup baik. Sikap siswa juga cukup baik dengan menunjukkan akhlak yang baik.33

4. Pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa oleh Astri Rama Yulia. Kesimpulan penelitian tersebut yaitu terdapat pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa serta terdapat peningkatan hasil belajar siswa tentang Kesetimbangan Kimia melalui pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual.34

C. Kerangka Pikir

Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia adalah ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas

32Lamijan, Metode dan Teknik Pendidikan Nilai, dalam Jurnal Inkoma : Kajian Teori dan Praktek Pembangunan, Nomor 1 Tahun 13, (Undaris : Universitas Darul Ulum, 2002), hal. 34

33Ernawati, Integrasi Nilai Agama Dalam Pendidikan Budi Pekerti, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2007), hal 84


(42)

pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran.

Seiring dengan kemajuan zaman, ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan ilmu kimia untuk kepentingan pribadi. Mereka tidak menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan. Bidang ilmu yang ditekuni tidak lagi dilandasi dan dijiwai, bahkan mungkin tak tersentuh sama sekali oleh nilai-nilai moral universal. Salah satu faktornya yaitu tidak adanya pendidikan nilai-nilai dalam pembelajaran kimia dimana seharusnya pendidikan memegang peranan penting sebagai pembinaan nilai dan moral.

Dengan memasukkan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran kimia khususnya pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit di kelas X, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sekaligus menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep tersebut.

kontekstual terhadap hasil belajar siswa, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2009), hal 78 Ilmu Kimia

Dampak Negatif Ilmu Kimia

Tidak Disertai Pendidikan Nilai

Pemberian Tindakan (Pendidikan Nilai)

 Proses Pendidikan Nilai

 Mengaitkan Nilai- Nilai dalam Pembelajaran Kimia

 Interaksi Antar Siswa Serta Interaksi Siswa Dan Guru Meningkatkan Hasil Belajar Siswa


(43)

D. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan teoretis dan kerangka pikir yang telah dikemukakan diatas, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut :

Ha : “Terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar siswa”.

Ho : “Tidak terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar kimia”.


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pembelajaran kimia terintegrasi nilai dapat mempengaruhi hasil belajar siswa SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta pada siswa kelas X semester genap tahun ajaran 2008/2009. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009.

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian Pre-Experimental Designs (non designs), yaitu metode penelitian yang desainnya belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh (semu). Hal ini disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.1

Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretestt-postestt design yang digambarkan sebagai berikut:

O

1

X

O

2

Dimana O1 = Nilai Pretest (sebelum pembelajaran) X = Perlakuan (Treatment)

O2 = Nilai Postest (setelah pembelajaran)

1

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal 74


(45)

Dalam desain ini observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum pembelajaran yang disebut pretest dan sesudah pembelajaran yang disebut postest. Perbedaan antara skor pretest dengan skor postest diasumsikan sebagai efek dari adanya pembelajaran. Keuntungan menggunakan desain ini adalah pretest memberi landasan untuk membuat komparasi prestasi subjek yang sama sebelum dan sesudah dikenai experimental treatment.2

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta, sedang sampel yang diambil adalah siswa kelas X semester II tahun 2008/2009.

E. Teknik Pengumpulan Data

Tahapan-tahapan pengumpulan data: 1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis menyusun materi yang akan di ajarkan, pembuatan dan pengujian instrumen penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 3. Tahap penyelesaian

Sebelum melakukan pembelajaran kimia terintegrasi nilai diadakan tes hasil belajar kognitif pretest, setelah selesai diadakan tes hasil belajar kognitif posttest dengan instrumen berupa soal pilihan ganda larutan elektrolit dan non elektrolit.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar, berupa soal-soal tes pilihan ganda yang berkaitan dengan larutan elektrolit dan non elektrolit untuk mengukur hasil belajar siswa dalam memahami materi. Tes dalam bentuk pilihan ganda dengan pilihan jawaban A, B, C, D, dan E. Soal yang diberikan

2


(46)

diambil dari beberapa sumber dan disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu diberikan angket pendidikan nilai berdasarkan indikator tertentu. Kriteria yang digunakan pada instrumen angket pendidikan nilai ini adalah skala Likert yang terdiri dari butir pernyataan positif dan negatif dengan empat pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts), sangat tidak setuju (sts)

Uraianlebih rinci instrumen penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tes Hasil Belajar

Tes ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang pendidikan nilai pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Kisi-kisi untuk soal dibuat berdasarkan KTSP disesuaikan dengan materi yang diajarkan, yaitu konsep larutan elektrolit dan non elektrolit pada semester genap kelas X. Penjabaran konsep untuk menjadi butir-butir soal memperhatikan ranah pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi konsep (C3) serta analisis (C4). Instrumen tes yang diujikan kepada siswa yaitu sebanyak 25 butir soal pilihan ganda yang dapat dilihat pada lampiran dan kunci jawabannya pada lampiran . Kisi-kisi instrumen secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. Adapun rekapitulasi kisi-kisi instrumen tes adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen

No. Indikator

Aspek Kognitif Proporsi

C1 C2 C3 C4 %

1. Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit melalui percobaan

1*, 4*,

5, 19, 29, 40*

3*, 6*, 7, 8, 12, 26*,

49

13 22,41

2. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat

9, 21, 23,

10, 11*, 50*,


(47)

hantaran listriknya 28, 30*, 31, 39, 45*

48*

3. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik

2*, 15*,

18, 22*, 25*, 27, 42*, 44*

24, 37, 38*,

47*

12 24

4. Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar

17*, 20, 32, 33, 34*,

35, 36, 41

8 16

5. Menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit

13*, 14, 16, 43

4 8

Jumlah 30 8 12 50 100

Keterangan : *) butir pernyataan yang tidak dipakai sebagai instrumen penelitian karena tidak valid


(48)

2. AngketPedagogi Pendidikan Nilai

Angket adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket ini digunakan utuk memperoleh informasi dari siswa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kriteria yang digunakan pada instrumen angket pendidikan nilai ini adalah skala Likert yang terdiri dari butir pernyataan positif dan negatif dengan empat pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts), sangat tidak setuju (sts). Pernyataan negatif disisipkan di antara pernyataan positif untuk mengontrol tingkat ketelitian atau keseriusan responden dalam memberikan respons. Responden yang tidak serius atau ceroboh akan terjebak dengan pernyataan tersebut. 3 Adapun kriteria skor alternatif jawaban pernyataan angket dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Angket pedagogi pendidikan nilai

Alternatif jawaban Pernyataan

Positif Negatif Sangat setuju

Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

4 3 2 1

1 2 3 4

Kisi-kisi instrumen angket yang meliputi aspek-aspek pedagogi pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Pedagogi Pendidikan Nilai

No. Indikator

Nomor item pernyataan

 Positif Negatif

1. Pedagogi Pendidikan Nilai

2, 4*, 8*, 10, 14, 16*, 20*,

6, 12*, 18, 25*,

27, 29*, 31, 32

3

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, Cetakan keempat, April 2007), hal 147


(49)

22, 23, 24*, 26, 28*, 30, 37*, 43, 49*

32*, 33*, 35, 39, 41*, 45*, 47, 51, 53* 2. Pembelajaran Kimia 11, 13*, 15,

17*, 34, 36*

19, 21*, 38,

40*, 42, 44* 12 3. Pendidikan Nilai

3, 7, 10, 50, 54 1*, 5*, 9*, 48*,

52* 10

Jumlah 27 27 54

Keterangan : *) butir pernyataan yang tidak dipakai sebagai instrumen penelitian karena tidak valid

3. Observasi

Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Data dari hasil observasi digunakan untuk memperoleh gambaran langsung tentang aktivitas siswa pada proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi dikelompokkan ke dalam kategori baik (B), cukup (C), dan kurang (K). Aktifitas siswa yang diobservasi meliputi:

a. Memperhatikan mendengarkan penjelasan guru; b. berada dalam tugas kelompok;

c. Mengerjakan soal latihan (LKS);

d. Berdiskusi / bertanya antara siswa dengan guru; e. Berdiskusi / bertanya antar siswa;

f. Memperhatikan penjelasan teman; g. Menulis yang relevan dengan KBM; dan

h. perilaku yang tidak relevan dalam pembelajaran.

4. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai alat pengumpul data untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan,


(50)

dan respon dari individu atau responden dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan terhadap siswa berkaitan dengan pembelajaran kimia terintegrasi nilai. Jenis wawancara yang dilakukan termasuk jenis semi terstruktur dimana pada pelaksanaannya berpedoman pada format wawancara yang telah disusun sebelumnya. Dimana wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengungkap pendapat siswa tentang pembelajaran kimia terintegrasi nilai konsep larutan elektrolit dan non elektrolit

b. Mengungkap motivasi dan sikap siswa terhadap pembelajaran kimia terintegrasi nilai yang digunakan guru dalam pembelajaran;

c. Mengungkap tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan mengunakan LKS pembelajaran kimia terintegrasi nilai

d. Mengungkap respon siswa setelah mengalami proses pembelajaran kimia terintegrasi nilai

G. Validitas Instrumen Penelitian

Agar mendapatkan instrumen t yang memadai, maka sebelum instrumen tersebut digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba dan kemudian dianalisis dengan metode analisis sebagai berikut:

1. Pengujian Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevaliditasan atau kesahihan instrumen. Instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah.4 Untuk mengukur instrumen dalam penelitian ini dilakukan pengujian validitas konstruk yaitu yang berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang akan diukur. Pengukuran validitas instrumen ini menggunakan rumus point biserial korelasi :

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet-12, hal 144


(51)

Keterangan :

rpbis = koefisien korelasi point biserial

Mp = rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab benar Mt = rata-rata skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes) St = standar deviasi skor total semua responden

p = proporsi subjek yang menjawab benar item tersebut q = proporsi subjek yang menjawab salah item tersebut

Setelah didapatkan rhitung, maka dibandingkan dengan rtabel dengan taraf signifikan () 5%. Jika rhitung lebih besar dari rtabel, maka soal tersebut valid. Sedangkan jika rhitung lebih besar dari rtabel, maka soal tersebut tidak valid.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapar dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data relatif konsisten bila pengukuran tersebut diulangi.5

Penghitungan reliabilibas instrumen menggunakan rumus KR-20, sebagai berikut :

Keterangan :

r

11 = koefisien reliabilitas tes kii = jumlah butir

piqi = varians skor butir

pi = proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i qi = proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i St2 = varians skor total

5


(1)

4. Siswa dapat mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar

5. Siswa dapat menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit

Materi Pembelajaran :

Larutan elektrolit dan non elektrolit

Metode Pembelajaran :

1. Metode : Ceramah dan diskusi kelompok 2. Pendekatan : Praktikum

Kegiatan Pembelajaran :

Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi

Waktu

Pendahuluan  Memberi salam

 Memulai pembelajaran dengan mengucap basmalah

 Mengabsen siswa  Memberikan pretest

Apersepsi :

 Menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Motivasi dan prasyarat :

 Meminta siswa

menyebutkan contoh-contoh larutan

 Menjawab salam  Mengucap basmalah  Menjawab absen

guru

 Mengerjakan pretest  Menyimak

penjelasan guru

 Menyebutkan contoh-contoh larutan

2 menit 2 menit

5 menit

20 menit

10 menit

5 menit

Inti  Menayangkan slide

tentang larutan elektrolit dan non elektrolit

 Memberikan penjelasan tentang larutan elektrolit dan non elektrolit beserta nilai-nilai yang terkandung didalamnya

Larutan yang dapat

menghantarkan arus

listrik disebut larutan

elektrolit. Contoh

senyawa elektrolit

 Memperhatikan slide yang diberikan  Menyimak

penjelasan guru

15 menit


(2)

lainnya lainnya ialah KCl, NaBr, CaCl2 dan Na2SO4

Larutan non elektrolit

adalah larutan yang

tidak dapat

menghantarkan arus

listrik. Umumnya

senyawa non elektrolit berupa senyawa karbon yang berikatan kovalen atau senyawa organik,

misalnya gula, urea,

glukosa dan minyak. Nilai praktis dari konsep larutan elektrolit dan non elektrolit antara lain

penggunaan larutan

elektrolit sebagai

minuman isotonik. Nilai intelektual dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya

memancing ikan

menggunakan listrik.

Arus listrik yang

dimasukkan ke dalam air

dapat membahayakan

pemancing dan orang

lain serta merusak

ekosistem laut.

Nilai ekonomi dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya minuman isotonik yang dapat diperjualbelikan.

Nilai religius dari

larutan elektrolit dan non elektrolit menuntun kita untuk berpikir dan

merenungkan air

sebagai rahmat Allah SWT agar bertambah keyakinan terhadap-Nya dan dapat digunakan


(3)

untuk manfaat yang sebesar-besarnya

 Memberikan penjelasan singkat tentang praktikum yang akan dilakukan

 Mencatat hal-hal penting yang harus dilakukan dalam praktikum

10 menit

Penutup  Membuat kesimpulan

bersama siswa

 Mengingatkan kembali tentang praktikum yang akan dilakukan

 Menutup pelajaran

dengan membaca

hamdalah

 Membuat kesimpulan bersama guru

 Menyimak penjelasan guru  Membaca hamdalah

2 menit

5 menit

2 menit

Penilaian :

1. Kognitif

a. Tes pretest

b. Laporan tertulis hasil praktikum

c. Tes posttest

2. Psikomotor (saat praktikum)

Alat/Bahan/Sumber :

1. Buku Paket Kimia 2. Lembar Kerja Praktikum 3. Alat dan Bahan Praktikum


(4)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : X/II

Pertemuan Ke : 2

Alokasi Waktu : 2@45 menit

Standar Kompetensi :

Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi reduksi

Kompetensi Dasar :

Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan

Indikator Pembelajaran :

1. Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit melalui percobaan

2. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya

3. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik

4. Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar

5. Menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit

Tujuan Pembelajaran :

1. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit melalui percobaan

2. Siswa dapat mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya

3. Siswa dapat menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik


(5)

4. Siswa dapat mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar

5. Siswa dapat menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit

Materi Pembelajaran :

Larutan elektrolit dan non elektrolit

Metode Pembelajaran :

1. Metode : Ceramah dan diskusi kelompok 2. Pendekatan : Praktikum

Kegiatan Pembelajaran :

Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu

Pendahuluan  Memberi salam

 Memulai pembelajaran dengan mengucap basmalah

 Mengabsen siswa Apersepsi :

 Menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

 Memberi materi singkat tentang larutan elektrolit dan non elektrolit beserta nilai-nilai yang ada di dalamnya

Motivasi dan prasyarat :

 Meminta siswa

menyebutkan contoh-contoh larutan elektrolit dan non elektrolit

 Meminta siswa

menjelaskan salah satu nilai yang ada di dalam larutan elektrolit dan non elektrolit

 Menjawab salam  Mengucap basmalah  Menjawab absen

guru  Menyimak

penjelasan guru  Menyimak materi

singkat tentang larutan elektrolit dan non elektrolit beserta nilai-nilai yang ada di dalamnya

 Menyebutkan contoh-contoh larutan elektrolit dan non elektrolit  Menjelaskan salah

satu nilai yang ada di dalam larutan elektrolit dan non elektrolit

2 menit 2 menit

5 menit

3 menit

5 menit

3 menit


(6)

Inti  Membentuk siswa menjadi beberapa kelompok

 Memberi lembar kerja praktikum

 Mempersilahkan siswa untuk melakukan praktikum sesuai dengan panduan lembar kerja praktikum

 Membimbing dan mengarahkan siswa dalam praktikum

 Mengawasi jalannya praktikum

 Berkumpul dan duduk bersama kelompoknya masing-masing  Mengambil lembar

kerja praktikum  Melakukan kegiatan

praktikum sesuai dengan panduan lembar kerja praktikum

 Mengamati dan mengolah data dengan benar

 Bertanya jika terdapat hal-hal

yang belum

dipahami

5 menit

2 menit

23 menit

5 menit

3 menit

Penutup  Mengarahkan

pemahaman siswa dari hasil praktikum dan diskusi yang telah dilakukan

 Membuat kesimpulan bersama siswa

 Menugaskan siswa membuat laporan praktikum

 Memberikan posttest  Menutup pelajaran

dengan membaca

hamdalah

 Mencatat hal-hal penting tentang praktikum dan materi larutan elektrolit dan non elektrolit yang terlewat

 Membuat

kesimpulan bersama guru

 Mencatat tugas dari guru

 Mengerjakan posttest

 Membaca hamdalah

3 menit

2 menit

2 menit

20 menit

2 menit

Penilaian : Alat/Bahan/Sumber :

1. Kognitif 1. Buku Paket Kimia

a. Tes pretest 2. Lembar Kerja Praktikum

b. Laporan tertulis hasil praktikum 3. Alat dan Bahan Praktikum

c. Tes posttest