3. Karakteristik Peserta Didik SMA
Menurut Hurlock 1997, karakteristik peserta didik SMA ditandai oleh: a.
Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa. Pada masa periode peralihan
ini bukan berarti terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih pada sebuah peralihan dari tahap
perkembangan selanjutnya. Anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari
pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
b. Masa remaja sebagai periode perubahan. Pada masa ini, remaja
mengalami lima perubahan, yaitu: meningginya emosi yang tingkat intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis
yang terjadi; perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial; masa remaja banyak ditimbulkan masalah; terjadi
perubahan nilai-nilai pada masa kakak-kanak menjadi remaja, dimana remaja akan menuntut kebebasan.
c. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Remaja tidak mampu untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang sedang ia hadapi. d.
Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting
bagi anak laki-laki maupun anak perempuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Masalah
penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.
f. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Semakin dekatnya usia
kematangan, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotipe belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka
sudah hampir dewasa.
4. Tinjauan Budaya Tentang Kehidupan Peserta Didik Etnis Dayak
Dari data yang diperoleh Eliana dalam jurnal “Gaya Belajar
Siswa Berdasarkan Etnis”, menunjukkan peserta didik etnis Dayak lebih dominan pada gaya belajar kolaboratif, hal ini tentu saja berkaitan dengan
latar belakang budaya dan pola hidup suku Dayak yang terbiasa dengan pola kekerabatan yang erat dan kental, hidup dalam rumah tinggal
betang panjang bersama pada masa lampau. Meski sudah tidak banyak lagi masyarakat yang tinggal di rumah adat seperti betang panjang tetapi
budaya hidup bersama-sama seperti adanya budaya gotong royong dalam membuka lahan pertanian bersama-sama masih sangat banyak dilakukan
di daerah. Budaya ini terus mewarnai dan kental serta diturunkan secara
turun-temurun hingga saat ini. Adanya budaya kekerabatan dan gotong royong yang ditanamkan oleh orangtua dan masyarakat tempat anak
tinggal berakibat pada adanya budaya yang ingin selalu bersama-sama di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sekolah baik dalam hal belajar maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Jika dikaitkan dengan karakteristik anak usia sekolah dasar,
adanya kemandirian untuk mampu melakukan segala kegiatan belajarnya belum mencapai tingkat dewasa dan matang. Sehingga hal ini berakibat
pada adanya sebuah gaya belajar dan sikap belajar siswa yang lebih termotivasi jika belajar bersama-sama, lebih mudah memahami
pembelajaran yang disampaikan jika disampaikan oleh teman sebaya dalam suasana yang khas dengan usianya.
5. Perkembangan Kepercayaan Diri pada Peserta Didik Dayak
Adanya budaya kekerabatan dan gotong royong yang ditanamkan oleh orangtua dan masyarakat tempat anak tinggal berakibat pada adanya
budaya yang ingin selalu bersama-sama di sekolah baik dalam hal belajar maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa lingkungan peserta didik baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat memberikan dukungan terhadap
perkembangan diri peserta didik. Dukungan yang diterima dari lingkungan keluarga, seperti anggota
keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi pada diri seseorang. Begitu juga dengan
lingkungan masyarakat yang memberikan dampak positif, maka seseorang akan berkembang menjadi lebih baik.