8
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan hakikat partisipasi aktif, hakikat bimbingan klasikal, dan hakikat remaja.
A. Hakikat Partisipasi Aktif
1. Pengertian Partisipasi Aktif
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris “participation” yang berarti
turut berperan serta atau pengambilan bagian dalam suatu kegiatan. Partisipasi yang melibatkan pribadi seseorang semestinya juga melibatkan
seluruh aspek yang ada dalam diri pribadi tersebut. Secara psikologis, partisipasi bisa dimaknai sebagai kondisi mental yang menunjukkan sejauh
mana setiap pribadi yang tergabung dalam kelompok bisa menikmati posisinya, sehingga konsep partisipasi sangat terkait dengan masalah
kejiwaan. Seperti yang dikatakan oleh Tjokrowinoto dalam Suryosubroto, 2002:
278 bahwa partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan
daya pikir dan perasaan mereka, agar tercapai tujuan-tujuan dan tanggung jawab bersama tersebut. Sedangkan menurut Svinicki dalam Efi, Sri,
Tukiran, 2010: 56 partisipasi dalam kelas didefinisikan sebagai ke- terlibatan aktif siswa dalam permuculan ide-ide dan informasi, sehingga
kesempatan belajar dan pengingatan materi tahan lama.
Peneliti menarik
kesimpulan bahwa,
partisipasi merupakan
keikutsertaan setiap pribadi yang tergabung dalam sebuah kelompok untuk terlibat memunculkan ide-ide maupun informasi. Setiap pribadi yang
terlibat aktif mampu menyertakan seluruh aspek-aspek diri pribadi masing- masing, guna mencapai tujuan dan tanggung jawab bersama.
2. Aspek-aspek Partispasi Aktif
Partisipasi siswa dalam bimbingan klasikal dapat terlihat pada aktivitas siswa, menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman, 2009: 101 partisipasi
dapat terlihat dari semua aspek dari dirinya, maksudnya adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badannya untuk membuat sesuatu,
merasakan sesuatu, dan menyelesaikan sebuah permainan. Peserta didik tidak akan hanya duduk diam, mendengarkan, melihat atau pasif.
a. Aktifitas visual
Aktivitas ini memfokuskan pada pengelihatan, karena siswa akan lebih banyak memperhatikan penyampaian dari pembimbing
maupun dari siswa lain yang akan memberikan interupsi. Selama pelaksanaan bimbingan klasikal, pembimbing akan menyampaikan
materi menggunakan media slide show. Siswa akan memberikan perhatiannya kepada slide show, siswa akan terlihat membaca setiap
isi dari setiap slide show. Siswa yang sungguh-sungguh memperhatikan isi dari slide show tidak akan mudah tertarik dengan
situasi yang ada disekitarnya misalnya: ada keramaian diluar kelas,
siswa lain yang sedang mengobrol, maupun suara-suara mengganggu lainnya.
Selain menampilkan materi, isi slide show juga akan menampilkan film. Media film digunakan untuk membantu siswa
menangkap lebih jelas maksud dari materi yang sedang dipaparkan sebelumnya. Siswa yang memperhatikan film dengan saksama akan
mudah larut dalam alur cerita dari film tersebut,contohnya: film mengenai kisah sedih maka siswa akan meneteskan air mata.
Hal lain yang tidak terlepas mengambil perhatian dari siswa yaitu situasi dan kondisi yang sedang terjadi disekitarnya. Apabila
ada siswa yang sedang mengajukan interupsi atau memberikan pendapatnya, maka siswa lain juga akan memberikan perhatiannya
dengan melihat ke arah siswa yang sedang berbicara tersebut dan juga mengamati setiap gerak-geriknya pada saat berbicara.
b. Aktivitas lisan
Aktivitas berbicara salah satu aktivitas penting selama proses pelaksanaan bimbingan klasikal. Pembimbing hanya akan
mengarahkan dan memancing antusias dari siswa, selebihnya siswa akan banyak memberikan tanggapan terhadap penyampaian
pembimbing. Siswa
akan melakukan
aktivitas seperti:
menyampaikan pendapatgagasan, berdiskusi dengan teman sebangku, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan kesimpulan.
Selama mengikuti kegiatan di dalam kelas, tidaklah mungkin jika setiap siswa hanya akan diam saja, pasti akan ada situasi
dimana siswa menjadi gaduh karena pembicaraan mereka. Pada aktivitas berbicara selama mengikuti bimbingan klasikal dapat
diamati pada saat siswa langsung membicarakan hal yang tidak dia mengerti baik kepada pembimbing maupun teman sebangku ketika
penyampaian materi dari pembimbing. Siswa yang berpartisipasi secara aktif tidak akan takut untuk menyampaikan pertanyaannya
sekalipun tidak ada teman yang lain yang bertanya, kemudian siswa aktif juga akan tergerak dirinya untuk menyampaikan dengan
sendirinya gagasan yang ada dalam pikirannya mengenai materi bimbingan klasikal pada saat itu.
c. Aktivitas mendengarkan
Pada aktivitas ini siswa tidak hanya sekedar mendengarkan saja, melainkan juga meresapi setiap hal yang sedang dia dengarkan.
Mendengarkan dapat disebut dengan menyimak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari menyimak yaitu
mendengarkan, memperhatikan dengan baik yang sedang diucapkan oleh orang lain.
Terdapat 2 poin yang terlihat pada aktivitas mendengarkan ini, pertama siswa aktif akan menyimak dengan fokus setiap
penyampaian dari pembimbing. Ketika pembimbing sedang menyampaikan materi maupun sedang memutarkan video siswa
yang tidak akan mudah terganggu dengan hal-hal yang tidak penting baginya, siswa hanya akan memberikan seluruh perhatiannya
kepada setiap penyampaian dari pembimbing. Kedua, siswa aktif menyimak hal-hal yang disampaikan oleh siswa yang lain. Sama
halnya dengan ketika siswa menyimak setiap penyampaian dari pembimbing, pada saat ada siswa lain yang sedang memberikan
pendapatnya maupun pertanyaan, siswa aktif akan menyimak dengan tidak menyibukkan dirinya sendiri dan hanya melihat
kepada siswa lain yang sedang memberikan pendapat atau pertanyaanya.
d. Aktivitas menulis
Pada pelaksanaan
bimbingan klasikal,
tidak menutup
kemungkinan bahwa ada siswa yang akan menulis. Pada awal pelaksanaan bimbingan klasikal, pembimbing akan menayangkan
slide show sebagai media penyampaian materi. Siswa yang aktif akan membuat sebuah catatan berupa poin-poin yang akan
membantunya untuk mempermudah memahami materi yang sedang disampaikan. Selain itu, kegiatan menulis juga dilakukan ditengah
pelaksanaan bimbingan klasikal yaitu pembimbing membagikan kertas lembar kerja siswa. Siswa diminta mengerjakan lembar kerja
tersebut sesuai dengan pedoman yang diberikan pembimbing dan isi dari lembar kerja tersebut berkaitan dengan materi bimbingan
klasikal yang sedang disampaikan.
Pada akhir bimbingan klasikal, pembimbing akan memberikan lembar refleksi yang akan dikerjakan oleh siswa. Lembar refleksi
biasanya menjadi salah satu minat dari siswa untuk menuliskan seluruh hal yang telah ia terima dalam proses pelaksanaan
bimbingan klasikal. Siswa aktif akan dengan sungguh-sungguh mengisi lembar tersebut serta membaca dengan cermat setiap
pertanyaan yang ada dalam lembar refleksi tersebut, sehingga pasti tidak akan cepat-cepat mengisinya.
e. Aktivitas motorik
Selama pelaksanaan bimbingan klasikal siswa tidak hanya duduk diam, melainkan akan bergerak aktif. Pada aktivitas motorik
dapat difokuskan oleh pembimbing pada saat melaksanakan permainan berkelompok. Pembimbing telah menyiapkan konsep
permainan yang akan digunakan untuk membantu visualisasi dari materi bimbingan klasikal pada saat itu. Siswa akan melakukan dan
menyelesaikan permainan yang telah disiapkan oleh pembimbing sampai berhasil, siswa tidak diperkenankan berhenti sampai
permainan yang sedang dilakukan mencapai hasilnya. Selain itu, dibutuhkan kerjasama dari siswa yang berada dalam kelompok juga
untuk menyelesaikan permainan. Parstisipasi aktif setiap siswa dalam kelompok dibutuhkan untuk
mencapai hasil. Siap membantu sesama anggota kelompok dalam menyelesaikan permainan, memberikan sumbangan ide, dan berani
mencobanya meskipun tidak yakin akan berhasil merupakan hal-hal yang dilakukan oleh siswa yang memiliki partisipasi secara aktif.
Selain itu, siswa aktif juga tidak segan membantu teman lain kelompok yang terlihat kebingungan memecahkan permasalahan
dari permainan tersebut. f.
Aktivitas berpikir Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpikir memiliki arti
menggunakan akal
budi untuk
mempertimbangkan dan
memutuskan. Secara umum setiap manusia pasti akan menggunakan akal budinya untuk melakukan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kehidupannya. Tidak jauh dari hal itu dalam pelaksanaan bimbingan klasikalpun akal budi juga dibutuhkan didalamnya. Pada
aktivitas berpikir siswa akan dilihat sejauh mana mereka mengingat materi yang sedang dibahas pada bimbingan klasikal saat itu.
Terkadang pembimbing akan menanyakan apa kaitan antara video yang ditampilkan dan permainan yang diberikan dengan materi
bimbingan klasikal saat itu. Siswa aktif akan berani memberikan jawaban yang sesuai dengan isi dari materi bimbingan klasikal.
Selain itu, siswa aktif juga ikut berperan serta dalam menganalisis serta memecahkan masalah pada saat permainan
berlangsung. Siswa akan berdiskusi dengan teman dan saling mendengarkan pendapat dalam kelompok tersebut. Hal tersebut
dilakukan selain supaya permainan berhasil diselesaikan juga
membuat siswa terbiasa untuk memberikan pendapatnya dan membuat dirinya berpartisipasi aktif terlibat dalam permasalahan
yang sedang dialami oleh anggota kelompok. g.
Aktivitas emosional Emosi memang hanya dirasakan oleh setiap pribadi, namun
emosi dapat tampak ketika seseorang sedang meluapkan kedalam sebuah tindakan. Pada pelaksanaan bimbingan klasikal sekalipun,
luapan emosi tidak luput dari siswa secara pribadi. Akan nampak siswa yang mampu menyampaikan emosi yang sedang dia rasakan
dengan tepat atau tidak, misalnya: siswa yang sedang dilanda kesedihan karena masalah asmaranya dia akan meluapkan emosinya
dengan menangis maupun menunjukkan raut wajah yang sedih namun, jika siswa mengerti bahwa dia sedang mengikuti bimbingan
klasikal maka dia akan menyimpan sementara kesedihan yang sedang dia rasakan dan mengikuti bimbingan klasikal seperti siswa
lainnya. Adapula siswa yang mampu mengolah emosinya selama
pelaksanaan bimbingan klasikal. Hal ini sering dijumpai pada siswa yang emosinya masih belum labil, misalnya seorang siswa yang
sedang merasa sebal kemudian ada teman yang mengganggunya maka, dia tidak akan segan untuk memaki temannya dengan kata-
kata kasar. Berbeda dengan siswa aktif yang mampu mengolah emosinya selama pelaksanaan bimbingan klasikal, misalnya siswa
sebal karena pendapatnya ditolak oleh temannya sendiri, dia tetap menghargainya dengan tetap tersenyum dan mendengarkan
masukan dari teman yang menolak pendapatnya tersebut.
3. Tahap-tahap Partisipasi