Partisipasi aktif mengikuti bimbingan klasikal (tingkat partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal dan implikasinya terhadap usulan upaya peningkatan partisipasi aktif dalam mengikuti

(1)

ABSTRAK

PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL (Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun

Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif dalam Mengikuti

Bimbingan Klasikal) Anastasia Melani Widiaswari

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan masukan mengenai upaya-upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas X yang berjumlah 112 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner Partisipasi Aktif Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal yang terdiri dari 52 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang menurut Azwar. Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 23 (20,53%) siswa kelas X memiliki tingkat partisipasi aktif yang sangat tinggi dalam mengikuti bimbingan klaskikal, 67 (59,82%) siswa yang memiliki tingkat partisipasi aktif yang tinggi dalam mengikuti bimbingan klasikal, 22 (19,64%) siswa memiliki partisipasi aktif yang sedang dalam mengikuti bimbingan klasikal, dan tidak ada siswa yang memiliki partisipasi rendah maupun sangat rendah dalam mengikuti bimbingan klasikal. Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan terhadap capaian skor butir-butir pernyataan yang rendah maka, akan diberikan usulan program upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.

Kata kunci: partisipasi aktif siswa SMA, hasil partisipasi aktif, usulan program bimbingan klasikal


(2)

ACTIVE PARTICIPATION IN FOLLOWING CLASSICAL GUIDANCE (Level of Active Participation of Students Grade X Pangudi Luhur Sedayu

Senior High School Academic Year 2015/2016 in Following Classical Guidance and Its Implications Towards Proposed Active Participation for

Improvement in Following Classical Guidance) Anastasia Melani Widiaswari

Sanata Dharma University 2016

This is a descriptive quantitative research. This study is aimed to get a description of active participation of students grade X SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year 2015/2016 in following a classical guidance. In addition, this study is also aimed to provide feedback on some efforts to increase students active participation in following classical guidance.

The type of this research is a descriptive research with a survey approach. The subjects were students of grade X who were totally 112 students in number. The research instrument was a questionnaire of Students Active Participation in Following Classical Guidance consisting of 52 items that were developed based on the Likert model on scale determination technique. Data analysis technique in this study was conducted by making a score tabulation of each item, calculating the total score of each respondent, calculating the total score of each item, then categorizing the students active participation in following classical guidance based on a normal distribution with a continuum of levels according to Anwar. This categorization was composed of five levels, namely the category of very high, high, medium, low and very low.

The result shows that 23 (20.53%) students of grade X have a very high level of active participation in following classical guidance; 67 (59.82%) students have a high level of active participation in following classical guidance; 22 (19.64%) students have a medium level of active participation in following classical guidance, and no student has a low and very low level of active participation in following classical guidance. Based on the analysis and discussion on the outcomes scores of each low items, there will be a proposed program of efforts to increase the students active participation in following the classical guidance.

Keywords: active participation of high school students, result of active participation, proposed program of classical guidance.


(3)

PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL

(Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan

Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif dalam

Mengikuti Bimbingan Klasikal)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Anastasia Melani Widiaswari NIM: 111114007

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

i

PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL

(Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan

Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif

dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Anastasia Melani Widiaswari NIM: 111114007

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(5)

(6)

(7)

iv

MOTTO dan PERSEMBAHAN

It is better to fail in the attempt, rather than fail but not doing anything

Life is a succession of lessons which must be lived be understood

(Hellen Keller)

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat;

ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Lukas 11:9)

Skripsi ini saya persembahkan kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus

2. SMA Pangudi Luhur Sedayu

3. Orangtua tersayang Bapak YC. Kusriyanto dan Ibu Yulianna Marni W 4. Budhe Suster Yulia Chatarina Mardiati, ALMA


(8)

(9)

(10)

vii

ABSTRAK

PARTISIPASI AKTIF MENGIKUTI BIMBINGAN KLASIKAL (Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal dan Implikasinya terhadap Usulan Upaya Peningkatan Partisipasi Aktif dalam

Mengikuti Bimbingan Klasikal) Anastasia Melani Widiaswari

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan masukan mengenai upaya-upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan survei. Subjek penelitian adalah siswa kelas X yang berjumlah 112 orang. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner Partisipasi Aktif Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal yang terdiri dari 52 item pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, menghitung skor total masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang menurut Azwar. Kategorisasi ini terdiri dari lima jenjang yaitu kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 23 (20,53%) siswa kelas X memiliki tingkat partisipasi aktif yang sangat tinggi dalam mengikuti bimbingan klaskikal, 67 (59,82%) siswa yang memiliki tingkat partisipasi aktif yang tinggi dalam mengikuti bimbingan klasikal, 22 (19,64%) siswa memiliki partisipasi aktif yang sedang dalam mengikuti bimbingan klasikal, dan tidak ada siswa yang memiliki partisipasi rendah maupun sangat rendah dalam mengikuti bimbingan klasikal. Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan terhadap capaian skor butir-butir pernyataan yang rendah maka, akan diberikan usulan program upaya peningkatan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.

Kata kunci: partisipasi aktif siswa SMA, hasil partisipasi aktif, usulan program bimbingan klasikal


(11)

viii

ABSTRACT

ACTIVE PARTICIPATION IN FOLLOWING CLASSICAL GUIDANCE (Level of Active Participation of Students Grade X Pangudi Luhur Sedayu Senior High School Academic Year 2015/2016 in Following Classical Guidance and Its Implications Towards Proposed Active

Participation for Improvement in Following Classical Guidance) Anastasia Melani Widiaswari

Sanata Dharma University 2016

This is a descriptive quantitative research. This study is aimed to get a description of active participation of students grade X SMA Pangudi Luhur Sedayu academic year 2015/2016 in following a classical guidance. In addition, this study is also aimed to provide feedback on some efforts to increase students active participation in following classical guidance.

The type of this research is a descriptive research with a survey approach. The subjects were students of grade X who were totally 112 students in number. The research instrument was a questionnaire of Students Active Participation in Following Classical Guidance consisting of 52 items that were developed based on the Likert model on scale determination technique. Data analysis technique in this study was conducted by making a score tabulation of each item, calculating the total score of each respondent, calculating the total score of each item, then categorizing the students active participation in following classical guidance based on a normal distribution with a continuum of levels according to Anwar. This categorization was composed of five levels, namely the category of very high, high, medium, low and very low.

The result shows that 23 (20.53%) students of grade X have a very high level of active participation in following classical guidance; 67 (59.82%) students have a high level of active participation in following classical guidance; 22 (19.64%) students have a medium level of active participation in following classical guidance, and no student has a low and very low level of active participation in following classical guidance. Based on the analysis and discussion on the outcomes scores of each low items, there will be a proposed program of efforts to increase the students active participation in following the classical guidance.

Keywords: active participation of high school students, result of active participation, proposed program of classical guidance.


(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala limpahan berkat, rahmat, dan pendampingan-Nya, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Berkat rahmat dan bimbingan-Nya, penulis mendapatkan motivasi dan semangat untuk tekun dalam proses penyusunan skripsi ini.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, perhatian, dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Gendon Barus, M. Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang telah memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini dan tidak lelah memberikan dukungan semangat.

2. Ibu Prias Hayu Purbaning Tyas, M. Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar, tulus, dan besar hati telah memberikan bimbingan, dukungan, masukan, waktu, gagasan, serta motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.

4. Mas Moko yang dengan sabar dan ramah membantu penulis dalam mengurus dan menyelesaikan urusan administrasi.

5. SMA Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian, secara khusus kepada Br. Agustinus Mujiya, S.Pd, FIC


(13)

x

selaku Kepala Sekolah dan Ibu Cicilia Eni Sumini selaku guru Bimbingan dan Konseling.

6. Seluruh siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016, atas kesediaannya dalam mengisi kuesioner.

7. Kedua orang tua, Bapak YC. Kusriyanto dan Ibu Yulianna Marni W yang tak henti-hentinya memberikan dukungan doa, semangat, motivasi, perhatian, dan cinta.

8. Adik tersayang Leo Sentanu Lucky W, yang memberikan semangat, doa, dukungan serta motivasi kepada penulis agar lekas menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Budhe Yulia Chatarina Mardiati, ALMA, yang telah memberikan dukungan secara rohani maupun jasmani kepada penulis. Cinta dan kasih sayangmu untukku tak akan pernah terhalang oleh apapun.

10.Andrianus Pupung Bayu Nugroho, Natalia Puspita Damayanti, dan Tika Dwi Aprilliani, kita bersama berjuang dan kita juga tahu bahwa akan ada rencana indah dari Tuhan untuk kita. Tetap berbesar hati dan tak lelah mencari.

11.Maria Yunita Franayanti, Veronica Retno Pujihastuti, dan Firma Anggilia, yang selalu saling mengingatkan untuk menyelesaikan salah satu tanggung jawab ini dan tak lupa juga selalu memberikan doa serta cinta.

12.Seluruh teman-teman angkatan 2011 atas seluruh doa, dukungan, semangat, kebersamaan, pengalaman, dan kenangan yang diberikan kepada penulis selama ini.


(14)

xi

13.Teman-teman Himpunan Mahasiswa Bimbingan dan Konseling (2011/2012), Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma (2012/2013), Badan Eksekutif Universitas Sanata Dharma (2013/2014) atas motivasi kehidupan yang tidak pernah didapat jika tidak melakakukan dan melaluinya. 14.Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses

pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan yang penulis lakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Oleh karena itu, besar harapan penulis untuk mendapatkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna pembenahan dan pengembangan penelitian yang lebih baik. Akhir kata, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis, Anastasia Melani Widiaswari


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6


(16)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI

A.Hakikat Partisipasi ... 8

1. Pengertian Partisipasi ... 9

2. Aspek-aspek Partisipasi Aktif ... 9

3. Tahap-tahap Partisipasi Aktif ... 16

B.Hakikat Bimbingan Klasikal ... 17

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 17

2. Tujuan Bimbingan Klasikal ... 18

3. Manfaat Bimbingan Klasikal ... 19

4. Ragam Bimbingan Klasikal ... 20

5. Metode-metode Pendukung Pelaksanaan Bimbingan Klasikal ... 21

a. Metode Ceramah ... 22

b. Metode Diskusi ... 24

c. Metode Sosiodrama ... 28

d. Metode Experiential Learning ... 29

C.Hakikat Remaja ... 32

1. Pengertian Remaja ... 32

2. Tugas Perkembangan Remaja ... 33

3. Ciri-ciri Remaja ... 34

4. Partisipasi Aktif Remaja dalam Pelaksanaan Bimbingan Klasikal ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 37

B.Subyek Penelitian ... 37

C.Instrumen Penelitian ... 38

1. Kuesioner Partisipasi Aktif ... 38

2. Pemberian Skor ... 39


(17)

xiv

4. Validitas ... 41

5. Reliabilitas ... 44

D.Prosedur Pengumpulan Data ... 45

1. Tahap Persiapan ... 45

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulam Data ... 46

E.Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penghitungan Penelitian ... 49

1. Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal ... 49

2. Analisis Butir Item yang Teridentifikasi Tinggi ... 51

B.Pembahasan ... 53

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 57

B.Keterbatasan Penelitian ... 58

C.Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Subjek Uji Coba Siswa Kelas X ... 38

Tabel 2. Data Subjek Penelitian Siswa Kelas X ... 38

Tabel 3. Skoring Alternatif Jawaban ... 39

Tabel 4. Kisi-kisi Kuesioner Partisipasi Aktif Siswa Kelas X ... 40

Tabel 5. Hasil Penghitungan Korelasi Item Kuesioner ... 43

Tabel 6. Kriteria Guilford ... 44

Tabel 7. Norma Kategorisasi ... 47

Tabel 8. Kategorisasi Tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu TahunAjaran 2015/2016 Dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal ... 50

Tabel 9. Penggolongan Item Partisipasi Aktif Siswa Berdasarkan Tinggi Rendahnya Skor ... 52

Tabel 10. Item-item Kuesioner Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal yang Menunjukkan Skor Rendah ... 53


(19)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Kategorisasi Partisipasi Aktif Siswa Kelas X

SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016


(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Penghitungan Reliabilitas dan Validitas ... 61 Lampiran 2. Kuesioner Partisipasi Aktif Siswa Kelas X

SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016

Dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal ... 69 Lampiran 3. Tabulasi Data Penghitungan ... 75 Lampiran 4. Usulan Program Peningkatan Partisipasi Aktif

Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti

Bimbingan Klasikal ... 81 Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ... 102


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melaksanakan kegiatan pendidikan berupa pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan. Pendidikan sekolah yang baik dapat ditunjukkan melalui proses dan hasil belajar. Kegiatan bimbingan klasikal adalah salah satu proses yang memungkinkan tercapainya tujuan yang diinginkan oleh sekolah. Winkel dan Hastuti, (2006: 563) mengatakan bahwa bimbingan kelas/ klasikal adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan.

Pelaksanaan bimbingan klasikal membutuhkan perhatian penuh dari siswa, agar dapat mengentaskan kebutuhan yang ada di dalam kelas tersebut. Winkel dan Hastuti (2006: 31) juga mengatakan bahwa tujuan pelayanan bimbingan adalah supaya sesama manusia mengatur kehidupan sendiri, menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman cita-cita yang mewujudkan semua


(22)

potensi yang baik adanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam kehidupan ini secara memuaskan.

Bimbingan klasikal dilaksanakan oleh guru Bimbingan dan Konseling bersama dengan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Pelaksanaan bimbingan klasikal membutuhkan partisipasi aktif dari siswa. Partisipasi aktif dapat diartikan sebagai keikutsertaan secara langsung dalam suatu kegiatan dengan aktif. Guru Bimbingan dan Konseling mengajak siswa untuk berpartisipasi secara aktif selama pelaksanaan bimbingan klasikal, seperti: menyimak, memberi tanggapan, bertanya, mengungkapkan pendapat, berdiskusi, menjawab pertanyaan yang diberikan pembimbing, memberikan usul saran, dan menyimpulkan seluruh kegiatan bimbingan klasikal.

Partisipasi siswa sebaiknya didukung oleh suasana pelaksanaan bimbingan klasikal yang menyenangkan, nyaman, menarik, dan tidak monoton. Hal tersebut tidak dapat tercipta dengan sendirinya, melainkan juga membutuhkan adanya kerjasama antara siswa dengan guru Bimbingan dan Konseling/ pembimbing. Selain faktor partisipasi aktif siswa, keberhasilan pelaksanaan bimbingan klasikal adalah tersedianya sarana-sarana penunjang dan materi bimbingan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Alasan peneliti melakukan penelitian di SMA Pangudi Luhur Sedayu karena peneliti mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Pangudi Luhur Sedayu yang pelaksanaannya kurang lebih 5 minggu, mulai dari awal Januari sampai awal Februari 2015. Dalam proses pelaksanaan PPL peneliti memegang khusus


(23)

kelas X Tahun Ajaran 2014/2015. Dari pelaksanaan PPL tersebut, peneliti menemukan beberapa fenomena dimana siswa cenderung menunggu kegitan bimbingan klasikal. Salah satu fenomena yang memperlihatkan antusias siswa ketika mengetahui adanya jam BK masuk ke kelas mereka, yaitu pada saat pagi hari ketika bersalaman, ada beberapa siswa menanyakan mengenai materi apa yang akan disampaikan pada saat bimbingan klasikal. Meskipun ada siswa yang menunggu adanya bimbingan klasikal, namun juga terdapat siswa kelas X Tahun Ajaran 2014/2015 yang kurang bersemangat dalam mengikuti bimbingan klasikal, meskipun tidak semua, hal-hal yang mereka lakukan seperti ijin ke kamar mandi cukup sering, tidur-tiduran, mengobrol hal lain dengan teman sebangku, dan mengerjakan tugas yang lain.

Berdasarkan pengalaman peneliti selama melaksanakan PPL dan diskusi dengan guru Bimbingan dan Konseling SMA Pangudi Luhur Sedayu, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengukur seberapa aktif partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2014/2015 dalam mengikuti bimbingan klasikal namun, hal tersebut tidak dapat terwujud karena peneliti mengalami beberapa kendala sehingga pelaksanaan penelitian berlangsung pada Tahun Ajaran 2015/2016 dan siswa kelas X sudah berganti menjadi kelas XI. Ketika hendak melaksanakan penelitian untuk kelas XI, peneliti mendapatkan informasi bahwa kelas XI juga digunakan untuk penelitian sehingga dikhawatirkan akan menghasilkan hasil yang berat sebelah. Peneliti kemudian mendiskusikan dengan dosen pembimbing


(24)

bagaimana jika diganti dengan kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 dan peneliti mendapatkan ijin.

Selama kurang lebih 3 hari peneliti melakukan obervasi pada 3 kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 untuk mendapatkan fenomena yang terjadi pada saat bimbingan klasikal. Fenomena yang peneliti dapatkan selama melakukan observasi yaitu siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 terdapat beberapa siswa yang kurang tertarik dengan pelaksanaan bimbingan klasikal. Hal itu dapat peneliti amati pada saat terdapat siswa yang tidur-tiduran diatas meja, mengobrol sendiri dengan teman tanpa mendengarkan pembahasan yang sedang disampaikan oleh pembimbing, adapula siswa yang jalan-jalan ke meja teman yang lain, dan ijin ke toilet terlalu sering. Selain melakukan obeservasi dan mendapatkan beberapa fenomena, peneliti juga melakukan wawancara singkat kepada beberapa siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 tentang tanggapan mereka terhadap pelaksanaan bimbingan klasikal, peneliti menarik kesimpulan bahwa ketika bimbingan klasikal berlangsung mereka memanfaatkan untuk melepaskan penat dari tugas-tugas mata pelajaran, selain itu terkadang siswa tidak cocok dengan pemaparan materi yang disampaikan oleh pembimbing karena terkadang materi tersebut tidak dibutuhkan oleh dirinya ataupun materi tersebut sering dipaparkan pada saat mereka berada pada bangku SMP, dan sebagai sarana untuk curhat mengenai hal apapun. Berdasarkan fenomena dan wawancara singkat dengan beberapa siswa serta diskusi dengan guru SMA Pangudi Luhur Sedayu, peneliti tertarik untuk


(25)

mengukur seberapa aktif partisipasi siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan tingkat partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Ada indikasi kurang aktifnya siswa dalam berpartisipasi mengikuti proses bimbingan klasikal pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Sebagian siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu belum sepenuhnya mengikuti pelaksanaan bimbingan klasikal dengan sungguh-sungguh.

3. Sebagian siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu merasa tidak sesuai dengan penyampaian oleh pembimbing mengenai materi bimbingan klasikal.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus diarahkan pada menjawab masalah-masalah yang teridentifikasi di atas. Khususnya masalah mengenai seberapa tinggi tingkat partisipasi aktif siswa dalam mengikuti proses bimbingan klasikal pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016.


(26)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Seberapa tinggi partisipasi aktif siswa dalam mengikuti proses bimbingan klasikal pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016?

2. Upaya-upaya apa saja yang mendukung guru Bimbingan dan Konseling SMA Pangudi Luhur Sedayu dalam meningkatkan partisipasi aktif siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 pada pelaksanaan bimbingan klasikal?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan seberapa aktif partisipasi siswa kelas X dalam me-ngikuti bimbingan klasikal di SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Mengusulkan upaya-upaya peningkatan partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap pengembangan pengetahuan mengenai upaya-upaya yang dapat membangun partisipasi aktif siswa dalam mengikuti proses bimbingan


(27)

klasikal, pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Manfaat Praktis

Bagi guru Bimbingan dan Konseling SMA Pangudi Luhur Sedayu.

Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk melihat seberapa tinggi tingkat partisipasi aktif siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 dalam mengikuti pelaksanaan bimbingan klasikal. Selain itu, guru Bimbingan dan Konseling juga dapat menentukan langkah-langkah selanjutnya yang dapat diberikan kepada siswa kelas X Tahun Ajaran 2015/2016 untuk dapat meningkatkan partisipasi aktif mereka dalam mengikuti bimbingan klasikal.

G. Definisi Istilah

Berikut ini dijelaskan definisi dari istilah pokok yang digunakan dengan tujuan untuk memperjelas maksud penelitian ini:

1. Partisipasi aktif merupakan keikutsertaan seseorang dalam suatu kegiatan secara aktif.

2. Bimbingan klasikal merupakan bimbingan kepada sekelompok orang dalam waktu yang bersamaan dan melaksanakan program yang disesuaikan dengan survei kebutuhan siswa.

3. Partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal mencakup visual, lisan, mendengarkan, menulis, berpikir, motorik, dan emosional.


(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini dipaparkan hakikat partisipasi aktif, hakikat bimbingan klasikal, dan hakikat remaja.

A. Hakikat Partisipasi Aktif 1. Pengertian Partisipasi Aktif

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris “participation” yang berarti turut berperan serta atau pengambilan bagian dalam suatu kegiatan. Partisipasi yang melibatkan pribadi seseorang semestinya juga melibatkan seluruh aspek yang ada dalam diri pribadi tersebut. Secara psikologis, partisipasi bisa dimaknai sebagai kondisi mental yang menunjukkan sejauh mana setiap pribadi yang tergabung dalam kelompok bisa menikmati posisinya, sehingga konsep partisipasi sangat terkait dengan masalah kejiwaan.

Seperti yang dikatakan oleh Tjokrowinoto (dalam Suryosubroto, 2002: 278) bahwa partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka, agar tercapai tujuan-tujuan dan tanggung jawab bersama tersebut. Sedangkan menurut Svinicki (dalam Efi, Sri, Tukiran, 2010: 56) partisipasi dalam kelas didefinisikan sebagai ke-terlibatan aktif siswa dalam permuculan ide-ide dan informasi, sehingga kesempatan belajar dan pengingatan materi tahan lama.


(29)

Peneliti menarik kesimpulan bahwa, partisipasi merupakan keikutsertaan setiap pribadi yang tergabung dalam sebuah kelompok untuk terlibat memunculkan ide-ide maupun informasi. Setiap pribadi yang terlibat aktif mampu menyertakan seluruh aspek-aspek diri pribadi masing-masing, guna mencapai tujuan dan tanggung jawab bersama.

2. Aspek-aspek Partispasi Aktif

Partisipasi siswa dalam bimbingan klasikal dapat terlihat pada aktivitas siswa, menurut Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2009: 101) partisipasi dapat terlihat dari semua aspek dari dirinya, maksudnya adalah peserta didik giat aktif dengan anggota badannya untuk membuat sesuatu, merasakan sesuatu, dan menyelesaikan sebuah permainan. Peserta didik tidak akan hanya duduk diam, mendengarkan, melihat atau pasif.

a. Aktifitas visual

Aktivitas ini memfokuskan pada pengelihatan, karena siswa akan lebih banyak memperhatikan penyampaian dari pembimbing maupun dari siswa lain yang akan memberikan interupsi. Selama pelaksanaan bimbingan klasikal, pembimbing akan menyampaikan materi menggunakan media slide show. Siswa akan memberikan perhatiannya kepada slide show, siswa akan terlihat membaca setiap isi dari setiap slide show. Siswa yang sungguh-sungguh memperhatikan isi dari slide show tidak akan mudah tertarik dengan situasi yang ada disekitarnya misalnya: ada keramaian diluar kelas,


(30)

siswa lain yang sedang mengobrol, maupun suara-suara mengganggu lainnya.

Selain menampilkan materi, isi slide show juga akan menampilkan film. Media film digunakan untuk membantu siswa menangkap lebih jelas maksud dari materi yang sedang dipaparkan sebelumnya. Siswa yang memperhatikan film dengan saksama akan mudah larut dalam alur cerita dari film tersebut,contohnya: film mengenai kisah sedih maka siswa akan meneteskan air mata.

Hal lain yang tidak terlepas mengambil perhatian dari siswa yaitu situasi dan kondisi yang sedang terjadi disekitarnya. Apabila ada siswa yang sedang mengajukan interupsi atau memberikan pendapatnya, maka siswa lain juga akan memberikan perhatiannya dengan melihat ke arah siswa yang sedang berbicara tersebut dan juga mengamati setiap gerak-geriknya pada saat berbicara.

b. Aktivitas lisan

Aktivitas berbicara salah satu aktivitas penting selama proses pelaksanaan bimbingan klasikal. Pembimbing hanya akan mengarahkan dan memancing antusias dari siswa, selebihnya siswa akan banyak memberikan tanggapan terhadap penyampaian pembimbing. Siswa akan melakukan aktivitas seperti: menyampaikan pendapat/gagasan, berdiskusi dengan teman sebangku, mengajukan pertanyaan, dan menyampaikan kesimpulan.


(31)

Selama mengikuti kegiatan di dalam kelas, tidaklah mungkin jika setiap siswa hanya akan diam saja, pasti akan ada situasi dimana siswa menjadi gaduh karena pembicaraan mereka. Pada aktivitas berbicara selama mengikuti bimbingan klasikal dapat diamati pada saat siswa langsung membicarakan hal yang tidak dia mengerti baik kepada pembimbing maupun teman sebangku ketika penyampaian materi dari pembimbing. Siswa yang berpartisipasi secara aktif tidak akan takut untuk menyampaikan pertanyaannya sekalipun tidak ada teman yang lain yang bertanya, kemudian siswa aktif juga akan tergerak dirinya untuk menyampaikan dengan sendirinya gagasan yang ada dalam pikirannya mengenai materi bimbingan klasikal pada saat itu.

c. Aktivitas mendengarkan

Pada aktivitas ini siswa tidak hanya sekedar mendengarkan saja, melainkan juga meresapi setiap hal yang sedang dia dengarkan. Mendengarkan dapat disebut dengan menyimak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari menyimak yaitu mendengarkan, memperhatikan dengan baik yang sedang diucapkan oleh orang lain.

Terdapat 2 poin yang terlihat pada aktivitas mendengarkan ini, pertama siswa aktif akan menyimak dengan fokus setiap penyampaian dari pembimbing. Ketika pembimbing sedang menyampaikan materi maupun sedang memutarkan video siswa


(32)

yang tidak akan mudah terganggu dengan hal-hal yang tidak penting baginya, siswa hanya akan memberikan seluruh perhatiannya kepada setiap penyampaian dari pembimbing. Kedua, siswa aktif menyimak hal-hal yang disampaikan oleh siswa yang lain. Sama halnya dengan ketika siswa menyimak setiap penyampaian dari pembimbing, pada saat ada siswa lain yang sedang memberikan pendapatnya maupun pertanyaan, siswa aktif akan menyimak dengan tidak menyibukkan dirinya sendiri dan hanya melihat kepada siswa lain yang sedang memberikan pendapat atau pertanyaanya.

d. Aktivitas menulis

Pada pelaksanaan bimbingan klasikal, tidak menutup kemungkinan bahwa ada siswa yang akan menulis. Pada awal pelaksanaan bimbingan klasikal, pembimbing akan menayangkan slide show sebagai media penyampaian materi. Siswa yang aktif akan membuat sebuah catatan berupa poin-poin yang akan membantunya untuk mempermudah memahami materi yang sedang disampaikan. Selain itu, kegiatan menulis juga dilakukan ditengah pelaksanaan bimbingan klasikal yaitu pembimbing membagikan kertas lembar kerja siswa. Siswa diminta mengerjakan lembar kerja tersebut sesuai dengan pedoman yang diberikan pembimbing dan isi dari lembar kerja tersebut berkaitan dengan materi bimbingan klasikal yang sedang disampaikan.


(33)

Pada akhir bimbingan klasikal, pembimbing akan memberikan lembar refleksi yang akan dikerjakan oleh siswa. Lembar refleksi biasanya menjadi salah satu minat dari siswa untuk menuliskan seluruh hal yang telah ia terima dalam proses pelaksanaan bimbingan klasikal. Siswa aktif akan dengan sungguh-sungguh mengisi lembar tersebut serta membaca dengan cermat setiap pertanyaan yang ada dalam lembar refleksi tersebut, sehingga pasti tidak akan cepat-cepat mengisinya.

e. Aktivitas motorik

Selama pelaksanaan bimbingan klasikal siswa tidak hanya duduk diam, melainkan akan bergerak aktif. Pada aktivitas motorik dapat difokuskan oleh pembimbing pada saat melaksanakan permainan berkelompok. Pembimbing telah menyiapkan konsep permainan yang akan digunakan untuk membantu visualisasi dari materi bimbingan klasikal pada saat itu. Siswa akan melakukan dan menyelesaikan permainan yang telah disiapkan oleh pembimbing sampai berhasil, siswa tidak diperkenankan berhenti sampai permainan yang sedang dilakukan mencapai hasilnya. Selain itu, dibutuhkan kerjasama dari siswa yang berada dalam kelompok juga untuk menyelesaikan permainan.

Parstisipasi aktif setiap siswa dalam kelompok dibutuhkan untuk mencapai hasil. Siap membantu sesama anggota kelompok dalam menyelesaikan permainan, memberikan sumbangan ide, dan berani


(34)

mencobanya meskipun tidak yakin akan berhasil merupakan hal-hal yang dilakukan oleh siswa yang memiliki partisipasi secara aktif. Selain itu, siswa aktif juga tidak segan membantu teman lain kelompok yang terlihat kebingungan memecahkan permasalahan dari permainan tersebut.

f. Aktivitas berpikir

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpikir memiliki arti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan. Secara umum setiap manusia pasti akan menggunakan akal budinya untuk melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya. Tidak jauh dari hal itu dalam pelaksanaan bimbingan klasikalpun akal budi juga dibutuhkan didalamnya. Pada aktivitas berpikir siswa akan dilihat sejauh mana mereka mengingat materi yang sedang dibahas pada bimbingan klasikal saat itu. Terkadang pembimbing akan menanyakan apa kaitan antara video yang ditampilkan dan permainan yang diberikan dengan materi bimbingan klasikal saat itu. Siswa aktif akan berani memberikan jawaban yang sesuai dengan isi dari materi bimbingan klasikal.

Selain itu, siswa aktif juga ikut berperan serta dalam menganalisis serta memecahkan masalah pada saat permainan berlangsung. Siswa akan berdiskusi dengan teman dan saling mendengarkan pendapat dalam kelompok tersebut. Hal tersebut dilakukan selain supaya permainan berhasil diselesaikan juga


(35)

membuat siswa terbiasa untuk memberikan pendapatnya dan membuat dirinya berpartisipasi aktif terlibat dalam permasalahan yang sedang dialami oleh anggota kelompok.

g. Aktivitas emosional

Emosi memang hanya dirasakan oleh setiap pribadi, namun emosi dapat tampak ketika seseorang sedang meluapkan kedalam sebuah tindakan. Pada pelaksanaan bimbingan klasikal sekalipun, luapan emosi tidak luput dari siswa secara pribadi. Akan nampak siswa yang mampu menyampaikan emosi yang sedang dia rasakan dengan tepat atau tidak, misalnya: siswa yang sedang dilanda kesedihan karena masalah asmaranya dia akan meluapkan emosinya dengan menangis maupun menunjukkan raut wajah yang sedih namun, jika siswa mengerti bahwa dia sedang mengikuti bimbingan klasikal maka dia akan menyimpan sementara kesedihan yang sedang dia rasakan dan mengikuti bimbingan klasikal seperti siswa lainnya.

Adapula siswa yang mampu mengolah emosinya selama pelaksanaan bimbingan klasikal. Hal ini sering dijumpai pada siswa yang emosinya masih belum labil, misalnya seorang siswa yang sedang merasa sebal kemudian ada teman yang mengganggunya maka, dia tidak akan segan untuk memaki temannya dengan kata-kata kasar. Berbeda dengan siswa aktif yang mampu mengolah emosinya selama pelaksanaan bimbingan klasikal, misalnya siswa


(36)

sebal karena pendapatnya ditolak oleh temannya sendiri, dia tetap menghargainya dengan tetap tersenyum dan mendengarkan masukan dari teman yang menolak pendapatnya tersebut.

3. Tahap-tahap Partisipasi

Cohen dan Uphoff (dalam Intania 2003) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu:

a. Tahap pengambilan keputusan (perencanaan) yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam pertemuan kelompok.

b. Tahap pelaksanaan dengan wujud nyata partisipasi, berupa: 1) Partisipasi dalam bentuk sumbangan pikiran.

2) Partisipasi dalam bentuk sumbangan materi.

3) Partisipasi dalam bentuk keterlibatan sebagai anggota kelompok. c. Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan partisipasi pada tahap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Selain itu, adanya peran langsung dalam kegiatan, maka semakin bermanfaat.

d. Tahap evaluasi, dianggap penting karena partisipasi pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan kegiatan selanjutnya.


(37)

B. Hakikat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Pelayanan bimbingan secara professional di Indonesia sampai pada saat ini lebih difokuskan pada generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah dan terealisasi sampai tahap pembimbingan sekolah dan Perguruan Tinggi (Winkel dan Hastuti, 2012; 1). Shertzer & Stone (dalam Winkel dan Hastuti, 2012: 1) merumuskan bimbingan sebagai suatu proses membantu orang-perorangan untuk memahami dirinya dan lingkungan hidupnya.

Istilah Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu Guidance dan Counseling. Kata Guidance yang memiliki beberapa artian yaitu menunjukkan jalan, memimpin, menuntun, memberikan petunjuk, mengatur, mengarahkan, dan memberi nasihat. Smith (dalam Prayitno dan Amti, 2004: 94) menyampaikan bahwa bimbingan sebagai proses layanan yang diberikan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan, rencana, dan interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri.

Istilah klasikal diambil dari Bahasa Inggris “class” yang berarti sebagai kelas atau kelompok. Dengan demikian, bimbingan klasikal adalah pelayanan bimbingan yang diberikan pada siswa secara berkelompok yang biasanya dilakukan di ruang kelas (Wittmer dan Thomson dalam Sink, 2005: 189)


(38)

Winkel dan Hastuti (2012: 563) mengatakan bahwa bimbingan kelas/klasikal adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan. Gadza (dalam Prayitno dan Amti, 2004) menambahkan bimbingan klasikal bersama dengan pembimbing juga memberikan informasi yang bersifat karier, belajar dan personal-sosial, karena ketiga hal tersebut menunjuk pada bimbingan klasikal pribadi-sosial, belajar, dan karier. Selain itu, bahwa bimbingan klasikal merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pembimbingan bagi dirinya sendiri (Winkel dan Hastuti, 2012).

2. Tujuan Bimbingan Klasikal

Myers (Prayitno dan Amti, 2004: 114) mengatakan bahwa tujuan bimbingan klasikal yaitu untuk membantu individu mengembangkan dirinya, dalam mengadakan perubahan positif pada diri individu terebut. Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 547), tujuan bimbingan klasikal adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok, serta meningkatkan mutu kerjasama dalam kelompok guna mencapai aneka tujuan yang bermakna bagi anggota kelompok.

Selain itu bimbingan klasikal bertujuan agar orang yang dilayani menjadi mampu mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya


(39)

sendiri, dan tindakan-tindakannya. Orang yang dilayani tersebut mampu untuk menghadapi ketakutan yang dialami sendiri, mencapai batas kemampuan yang dia miliki, dan berani mengambil keputusan serta menanggung resiko dalam mencapai tujuan tersebut.

3. Manfaat Bimbingan Klasikal

Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 565-566), bimbingan klasikal bermanfaat bagi tenaga bimbingan dan juga bagi siswa.

Manfaat bagi tenaga bimbingan antara lain:

a. Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa sekaligus dapat mengenal siswa.

b. Menghemat waktu dan tenaga dalam kegiatan yang dapat dilakukan dalam suatu kelompok, misalnya memberikan informasi yang memang dibutuhkan oleh semua siswa.

c. Memperluas ruang geraknya, lebih-lebih bila jumlah tenaga alternatif di sekolah hanya satu atau dua orang saja.

Manfaat bagi para siswa antara lain:

a. Menjadi lebih sadar akan tantangan yang dihadapi sehingga mereka memutuskan untuk berwawancara secara pribadi dengan konselor. b. Lebih rela menerima dirinya sendiri, setelah menyadari bahwa

teman-temannya sering menghadapi persoalan, kesulitan, dan tantangan yang kerap kali sama.


(40)

c. Lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada dalam kelompok.

d. Diberi kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama dan dengan demikian mendapat latihan untuk bergerak dalam suatu kelompok, yang akan dibutuhkan selama hidupnya.

e. Lebih bersedia menerima suatu pandangan atau pendapat bila dikemukakan oleh seorang teman, daripada pendapat hanya diketengahkan oleh konselor saja.

f. Tertolong untuk mengatasi suatu masalah yang dirasa sulit untuk dibicarakan secara langsung dengan konselor karena malu atau bersifat tertutup.

4. Ragam Bimbingan Klasikal

Menurut Winkel dan Hastuti (2006: 114-118), terdapat 3 ragam bimbingan antara lain:

a. Bimbingan Karier

Bimbingan ini merupakan bimbingan untuk mem-persiapkan diri dalam menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekalinya, dan dalam menyesuaikan diri dari lapangan pekerjaan yang telah dimasuki. Bagi siswa/pelajar hal konkrit dalam bimbingan ini yaitu mempersiapkan diri dalam memasuki jenjang selanjutnya, SD ke


(41)

SMP, SMP ke SMA, dan SMA ke Perguruan Tinggi atau sejenisnya.

b. Bimbingan Akademik (Bimbingan Belajar)

Bimbingan ini merupakan bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, memilih program studi yang tepat, dan mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan tuntutan belajar di institusi pembimbingan. Bagi siswa/pelajar bimbingan ini dapat difokuskan dalam keberhasilan atau kegagalan belajar di sekolah. c. Bimbingan Pribadi-Sosial

Bimbingan ini merupakan bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam dirinya sendiri, mengatur dirinya sendiri dalams segala hal, perawatan jasmani, pengisi waktu luang, dan masih banyak hal lainnya. Bagi siswa/pelajar bimbingan ini dapat difokuskan pada pengaturan kegiatan sehari-hari.

5. Metode-metode Pendukung Pelaksanaan Bimbingan Klasikal

Tugas konselor sekolah sebagai pengajar atau pelatih hanyalah sebagai fasilitator, yaitu menyediakan situasi pembelajaran yang terstruktur, agar pembelajar bisa mengalami berbagai tahap pembelajaran secara efektif sehingga mampu mencapai tujuan belajar secara optimal (Supratiknya, 2011: 81). Berikut ini akan dipaparkan beberapa metode yang mendukung dalam pelaksanaan bimbingan klasikal yang bertujuan meningkatkan


(42)

partisipasi aktif siswa dalam mengikuti rangakaian pelaksanaan bimbingan klasikal, yaitu:

a. Metode Ceramah 1) Pengertian

Ceramah merupakan bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari pembimbing kepada peserta didik (Efi, Sri, Tukiran, 2014: 45). Winarno Surachmad (dalam Suryosubroto, 2002: 165) memaparkan bahwa ceramah merupakan metode mengajar dengan me-nuturkan materi secara lisan oleh pembimbing terhadap peserta didik. Metode ceramah ini sering digunakan sebagai pengantar sebelum pembimbing menggunakan metode lain dalam sesi selanjutnya.

Pada awal pelaksanaan biasanya pembimbing akan menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, hal tersebut dilakukan supaya pembimbing dapat menyampaikan informasi secara cepat dalam jumlah banyak dan dengan waktu yang singkat. Meskipun disadari, bahwa dalam penggunaan metode ceramah yang terlalu lama akan menunrunkan konsentrasi dan minat dari peserta didik.

2) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Ceramah

Meskipun metode ceramah cenderung membosankan, namun jika dilakukan dengan tepat akan menghasilkan salah satu metode


(43)

pembelajaran aktif. Suryosubroto (2002: 169) memaparkan langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan metode ceramah, antara lain:

a) Merumuskan tujuan pembicaraan yang akan disampaikan kepada peserta didik. Sekurang-kurangnya telah membuat ringkasan jelas dan mengkhususkan materi yang akan disampaikan.

b) Bahan ceramah telah disusun sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat mengerti dan paham akan alur pembicaraan dari pembimbing. Selain itu bahan ceramah yang telah dipersiapkan kurang lebih akan menarik perhatian dari peserta didik, karena peserta didik akan memperhatikan bahan materi yang berguna bagi kehidupan mereka.

c) Menyusun alur yang akan disampaikan, mula-mula menyampaikan tentang pengertian dari materi yang akan disampaikan, kemudian disusul dengan bagian utama dan penjelasan poin-poin. Pada akhirnya menyimpulkan dari keseluruhan bahan yang telah disampaikan, pada bagian ini dapat digunakan gambar sebagai penguat.

3) Penerapan dalam Bimbingan Klasikal

Pada awal pertemuan, biasanya pembimbing akan memberikan tema besar dari sesi bimbingan jam tersebut. Setelah itu, pembimbing akan memberikan ceramah singkat seputar tema dan


(44)

materi yang akan disampaikan, pada sesi ini pembimbing dapat menggunakan media gambar maupun video. Pembimbing menyampaikan poin inti dari keseluruhan materi yang akan diberikan, supaya peserta didik dapat berpikiran yang sama dengan pembimbing. Hal itu dilakukan sebagai upaya mengurangi perbedaan pemikiran dalam pelaksanaan bimbingan klasikal.

Keseluruhan rangkaian pelaksanaan bimbingan klasikal, pembimbing akan menyampaikannya secara lisan dan hanya terfokus pada satu arahan yang sudah disusun pada saat membuat rangkaian aktivitas pelaksanaan bimbingan klasikal. Selain itu, pembimbing memiliki porsi berbicara yang lebih banyak daripada siswa untuk memberikan penjelasan mengenai materi bimbingan. Siswa hanya mendengarka penyampaian dari pembimbing dan apabila diperlukan siswa dapat membuat catatan kecil mengenai penyampaian dari pembimbing.

b. Metode Diskusi 1) Pengertian

Diskusi menurut Hasibuan dan Moedjiono (Efi, Sri, Tukiran, 2014: 23) merupakan suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan yang telah ditentukan melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau pe-mecahan


(45)

masalah. Sedangkan menurut Suryosubroto (2002: 179) metode diskusi merupakan cara penyajian bahan pelajaran dari guru yang memberikan kesempatan pada kelompok-kelompok siswa, untuk mengadakan perbincangan guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun alternatif pemecahan masalah.

Diskusi yang baik bukan hanya timbul dari pembimbing, tetapi lebih tepat jika timbul dari peserta didik yang muncul setelah memahami masalah dan situasi yang dihadapinya. Pembimbing dalam hal ini membantu mengarahkan peserta didik untuk menyadari bahan diskusi supaya tidak melebar. Suryosubroto (2002:185) memaparkan bahwa metode diskusi dalam proses belajar-mengajar memiliki keuntungan yang cukup banyak, yakni (1) melibatkan semua siswa secara langsung; (2) setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan akan materi pembelajarannya masing-masing; (3) dapat menumbuh-kan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah; (4) siswa dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan dirinya sendiri apabila mampu mengajukan dan mempertahankan pendapatnya; (5) menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.


(46)

2) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Diskusi

Metode diskusi dapat berjalan dengan baik apabila peserta didik telah memiliki konsep dasar tentang materi atau permasalahan yang akan didiskusikan. Suryosubroto (2002: 181) memiliki pendapat mengenai langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi, antara lain:

a) Pembimbing memberikan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara pemecahannya. Pokok masalah yang akan didiskusikan dapat ditentukan bersama dengan peserta didik, yang terpenting bahan yang diskusi tersebut dipahami oleh keseluruhan siswa.

b) Setelah terbentuk kelompok-kelompok, guru mengarahkan setiap kelompok untuk memilih pemimpin diskusi, pencatat diskusi, pelapor, mengatur tempat duduk, dan lain sebagainya. Pemimpin diskusi mendapat posisi yang paling penting selain memahami dan menguasai materi, pemimpin diskusi juga memiliki wibawa yang disegani oleh teman-temannya dan juga dalam penyampaian dapat menggunakan bahasa yang baik. Paling penting, bahwa pemimpin diskusi dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis dalam memimpin jalannya diskusi.

c) Selama para peserta didik berdiskusi dalam kelompok, pembimbing berkelompok dari satu kelompok ke kelompok


(47)

lainnya. Hal tersebut dilakukan supaya ketertiban tetap terjaga dan pembimbing dapat membantu sewaktu-waktu ketika dibutuhkan oleh salah satu kelompok.

d) Setelah waktu diskusi dalam kelompok selesai maka, setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Guru memberikan ulasan akan laporan kelompok tersebut, disamping itu kelompok yang lain juga dapat memberikan tanggapan akan ulasan kelompok yang memaparkan tersebut.

e) Pada akhirnya, semua siswa mencatat hasil-hasil diskusi dan guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok, kemudian menjadikan satu dalam file kelas. 3) Penerapan dalam Bimbingan Klasikal

Metode diskusi juga dapat digunakan dalam pemaparan teori atau konsep. Pembimbing dapat mencapur dua metode yaitu metode cerama dan metode diskusi, hal tersebut dilakukan supaya siswa dapat lebih tergali pengetahuannya dan alur komunikasi lebih terlihat didalamnya. Pembimbing dapat melangsungkan metode diskusi setelah seluruh materi disampaikan, tujuannya supaya dapat menggali sejauh mana pemahaman peserta didik dalam menangkap materi yang telah disampaikan.

Diskusi yang dilakukan oleh pembimbing sesuai dengan materi yang dibahas dalam bimbingan klasikal. Selain itu, diskusi dapat dimulai oleh pembimbing kepada siswa, siswa kepada pembimbing,


(48)

maupun siswa kepada siswa. Diskusi yang dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan klasikal dimaksudkan untuk mengolah dan mengembangkan kemampuan serta keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya. Hal itu dilakukan agar dalam pelaksanaan bimbingan klasikal muatan materi semakin tergali.

c. Metode Sosiodrama 1) Pengertian

Sosiodrama berasal dari dua kata, yaitu sosio dan drama. Sosio yang berarti sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat, menunjuk pada kegiatan sosial, dan drama yang berarti mempertunjukkan dan mempertontonkan. Metode sosiodrama merupakan cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertontonkan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Jadi, sosiodrama merupakan metode mengajar yang men-dramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dalam situasi sosial (Sagala dalam Efi, Sri, Tukiran, 2014: 39)

Metode sosiodrama dapat digunakan dalam semua sistem pembelajaran yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Hamailik (dalam Efi, Sri, Tukiran 2014: 40) mengatakan bahwa latian-latiahan dalam metode sosiodrama pada dasarnya berlatih


(49)

melaksanakan tugas-tugas yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari hari.

2) Penerapannya dalam Bimbingan Klasikal

Metode sosiodrama dapat dilakukan setelah pembimbing memaparkan materi. Pelaksanaan sosiodrama pun disesuaikan dengan tema yang sedang dibahas. Misalnya, tema tersebut mengenai kebersihan lingkungan, maka metode sosiodrama dapat dilakukan. Selain tema, waktu dan tempat juga menjadi perhatian dalam pelaksanaannya supaya peserta didik dapat memahami dan meresapi dengan sungguh makna dari pelaksanaan sosiodrama tersebut.

Pembimbing dapat mengamati dari penyampaian dialog setiap kelompok, apakah sudah mencakup isi dari materi yang sebelumnya disampaikan atau belum. Kelompok yang lain juga sebaiknya menilai penampilan dari kelompok yang lain, sebagai masukan untuk menambah pemahaman kelompok penampil tersebut.

d. Metode Belajar Eksperiensial 1) Pengertian

Menurut Supratiknya (2011: 80), experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman pada dasarnya merupakan pembelajaran berpusat pada siswa atau pembelajar. Pendekatan pembelajaran semacam ini menuntut taraf keterlibatan pribadi yang


(50)

tinggi dari siswa. Siswa sendiri yang harus aktif melakukan atau mengalami aktivitas atau sebuah peristiwa, mengolah, memaknai serta menafsirkan pengalaman belajarnya tersebut dengan bantuan orang lain khususnya sesama siswa, dan berusaha menerapkan hasil pembelajarannya itu dalam menghadapi berbagai tugas di luar lingkungan pembelajaran, yaitu dalam konteks nyata kehidupan sehari-hari.

2) Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Eksperiensial Menurut Pfeiffer & Jones (dalam Supratiknya, 2011: 78) model pembelajaran ini meliputi suatu siklus belajar dari pengalaman yang terdiri atas 5 tahap pengalaman atau aktivitas, antara lain:

a) Mengalami. Perserta terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan tertentu, seperti melakukan tugas tertentu atau mengamati objek secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Pfeiffer & Jones mengingatkan jika model ini berhenti sampai disini, maka kegiatan pembelajarannya hanya sekedar fun and games. Maka, perlu dilanjutkan ke tahap selanjutnya. b) Membagikan. Peserta membagikan hasil pelaksanaan tugas atau hasil dari pengamatannya terhadap suatu objek termasuk reaksi pribadinya baik berupa tanggapan pikiran maupun tanggapan perasaannya kepada seluruh peserta.

c) Memroses. Peserta mengolah hal yang sudah dia dapatkan dengan cara mendiskusikannya atau me-mikirkannya


(51)

bersama dengan peserta yang lain, kemudian menemukan makna serta hubungan yang muncul dari penyampaian peserta yang lain.

d) Merumuskan kesimpulan. Pada tahap ini peserta diajak dan dibantu untuk menyimpulkan hipotesis-hipotesis dan merumuskan manfaat untuk didiskusikan bersama.

e) Menerapkan. Pada tahap ini pembimbing perlu memastikan bahwa para peserta sungguh-sungguh menangkap relevansi atau makna dan manfaat dari pelatihan yang baru saja dijalaninya. Serta peserta memiliki tekad untuk menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.

3) Penerapannya dalam Bimbingan Klasikal

Pelaksanaan bimbingan klasikal, metode pembelajaran eksperiensial merupakan salah satu metode yang menyuguhkan peristiwa nyata bagi peserta didik. Hal tersebut bahkan dialami langsung oleh peserta didik yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari. Sebelum pembimbing memberikan bimbingan klasikal, pembimbing sudah memberikan survei kebutuhan kepada peserta didik. Selain untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang belum mereka penuhi, tetapi juga memberikan pengalaman lain bagi setiap peserta didik.

Contoh konkrit yaitu ketika materi yang sedang dibahas mengenai mengatur waktu. Bagi beberapa siswa mereka hanya tahu


(52)

bagaimana mengatur waktu untuk belajar dan selama belajar saja. Namun, bagi siswa lain mengatur waktu adalah mengatur keseluruhan waktu yang dia miliki mulai dari bangun pagi, sarapan, berangkat ke sekolah, bermain, belajar, sampai bermain HP. Hal-hal tersebut dapat menjadi bahan pembelajaran langsung bagi siswa lain yang belum pernah merasakan dan mengalaminya.

C. Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja

Istilah remaja, dikenal dengan sebutan adolescence, berasal dari bahasa Latin yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Menurut Hurlock (1990: 206) awal masa remaja ber-langsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16/17 tahun, pada masa ini remaja juga mengalami perubahan fisik maupun psikis. Remaja sebenarnya tidak memiliki tempat yang pasti, karena remaja tidak termasuk golongan anak tetapi juga tidak termasuk golongan dewasa atau tua. Remaja berada diantara anak dan orang dewasa (Rahayu, 2006: 259).

Calon (dalam Rahayu, 2006: 260) mengatakan bahwa masa remaja jelas menunjukkan sifat-sifat masa transisi atau peralihan, hal itu disebabkan karena remaja belum mendapatkan status dewasa dan sudah tidak termasuk dalam golongan anak-anak. Golongan remaja umumnya berada di masa sekolah menengah maupun perguruan tinggi. Meskipun antara masa anak-anak dan masa remaja tidak terlalu nampak perbedaan,


(53)

namun gejala yang dapat jelas terlihat yaitu timbulnya seksualitas. Setidaknya permulaan awal remaja juga disebut masa pubertas. Selain itu, pada masa remaja juga terdapat tugas-tugas perkembangan dan tugas perkembangan setiap remaja berbeda-beda.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Remaja memiliki tugas perkembangan dalam dirinya, menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1990: 10), tugas-tugas perkembangan remaja yang sesuai dengan kebutuhan dalam menumbuhkan partsipasi aktif adalah menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif dan mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. Kedua hal tersebut mendukung bagi remaja untuk meningkatkan partisipasi aktif remaja alasannya karena setiap remaja akan menggunakan fisiknya untuk melakukan segala kegiatan yang berhubungan dengan partisipasi. Selain itu, pencapaian perilaku sosial yang bertanggung jawab juga perlu dilakukan oleh remaja karena remaja akan berinteraksi langsung/bersosialisasi dengan masyarakat.

Tugas perkembangan remaja tersebut diharapkan dapat membantu remaja untuk meningkatkan partisipasi aktifnya baik secara dirinya sendiri maupun dengan masyarakat. Tugas perkembangan remaja tersebut yang mampu membantu remaja dapat melihat lebih dalam tugasnya pada pengembangan partisipasi aktif.


(54)

3. Ciri-ciri Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003) antara lain:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti per-kembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menetukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan pada emosi, perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perananya dalam masyarakat.

e. Masa remaja adalah masa yang menimbulkan ketakutan, karena sulit diatur, dan cenderung berperilaku yang kurang baik.

f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kaca mata yang berbeda, melihat dirinya


(55)

sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih ketika menentukan cita-citanya.

g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.

4. Partisipasi Aktif Remaja dalam Pelaksanaan Bimbingan Klasikal Tjokrowinoto (dalam Suryosubroto, 2002: 78) mengatkan bahwa partisipasi adalah penyertaan mental dan emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka, agar tercapai tujuan-tujuan dan tanggung jawab bersama. Winkel dan Hastuti (2012: 563) mengatakan bahwa bimbingan klasikal/ kelas adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada satu orang pada waktu yang bersamaan.

Remaja yang turut memberikan partisipasi aktifnya dalam pelaksaan bimbingan klasikal dapat membuat rangkaian bimbingan klasikal menjadi optimal. Perlunya memiliki tanggung jawab dalam diri remaja juga sangat dibutuhkan disamping untuk memenuhi tugasnya sebagai remaja juga untuk menumbuhkan partisipasi aktifnya selama mengikuti bimbingan klasikal. Remaja dapat melakukan partisipasi aktif seperti bertanya,


(56)

berdiskusi, menyimak, mengingat materi bimbingan, dan mengolah emosi saat berada dalam rangkaian bimbingan klasikal.


(57)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian, antara lain jenis penelitian, subyek penelitian, instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas kuesioner, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitaf dengan menggunakan metode survei. Furchan (2005: 415) mengatakan penelitian deskriptif dengan metode survei dirancang untuk memperoleh informasi dengan mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang partisipasi aktif siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016.

B. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016, terdapat 4 kelas yaitu XA, XB, XC, dan XD. Satu kelas digunakan sebagai uji coba dan tiga kelas digunakan sebagai penelitian. pemilihan sampling dalam penelitian ini adalah random sampling. Sampel adalah proses pemilihan sejumlah individu untuk suatu penelitian sedemikian rupa sehingga individu-individu tersebut merupakan perwakilan kelompok yang lebih bersar pada mana orang itu dipilih (Sumanto, 1990).


(58)

Tabel 1

Data Uji Coba Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/206

Kelas Jumlah Siswa

X D 33

Total 33

Tabel 2

Data Subjek Penelitian Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016

Kelas Jumlah Siswa

X A 37

X B 38

X C 37

Total 112

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Partisipasi Aktif

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Partisipasi Aktif Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek partisipasi aktif dalam mengikuti bimbingan klasikal menurut Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2009: 101).

Kuesioner yang disusun memuat aspek dari visual, lisan, mendengarkan, menulis, berpikir, motorik, dan emosional.Kuesioner disusun dengn menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011:134). Kuesioner ini dirancang oleh peneliti dalam bentuk item tertutup. Pada skala ini opsi netral tidak


(59)

disertakan untuk mengurangi kecenderungan responden dalam memberikan jawaban yang netral dan untuk meningkatkan variabilitas respon (central tendency effect).

2. Pemberian Skor

Setiap alternatif jawaban yang terdapat dalam setiap pernyataan memiliki skor. Skor tiap pilihan jawaban terbagi atas item favourable dan unfavourable. Norma skoring yang dikenakan terhadap pengolahan data yang dihasilkan instrument ini ditentukan sebagai berikut:

Tabel 3

Skoring Kuesioner Partisipasi Aktif Siswa

Alternatif Jawaban Skor

Favourabel Unfavourabel

Tidak Pernah 1 4

Kadang-Kadang 2 3

Sering 3 2

Sangat Sering 4 1

3. Kisi-kisi

Sugiyono (2010: 199) mendefinisikan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Operasional obyek penelitian ini dijabarkan lebih lanjut dalam konstruk instrument pada tabel 4 di bawah ini:


(60)

Tabel 4

Kisi-kisi Kuesioner Partisipasi Aktif Siswa dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal pada Siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu

Tahun Ajaran 2015/2016

No ASPEK INDIKATOR ITEM PERNYATAAN

F UF

1. Aktivitas Visual

a. Siswa mampu membaca slide show yang berisi materi dengan saksama

1,2 3,4

b. Siswa mampu memperhatikan dan memahami isi dari film

5,6 7,8

c. Siswa mampu mengamati siswa lain yang sedang memberikan interupsi, bertanya mapun pendapat

9,10 11,12

2. Aktivitas Berbicara

a. Siswa mampu menyampaikan gagasan/pendapatnya yang berkaitan dengan materi bimbingan

13,14 15,16

b. Siswa mampu menyampaikan

pertanyaan kepada pembimbing tentang materi bimbingan

17,18 19,20

c. Siswa mampu berdiskusi dengan teman sebangku terkait materi yang sedang dibahas

21,22 23,24

d. Siswa mampu menyampaikan

kesimpulan dari keseluruhan pelaksanaan bimbingan klasikal

25,26 27,28

3. Aktivitas Mendengark an

a. Siswa mampu menyimak dengan fokus setiap penyampaian dari pembimbing

29,30 31,32

b. Siswa mampu menyimak pendapat yang disampaikan oleh siswa lain

33,34 35,36 4. Aktivitas

Menulis

a. Siswa mampu menuliskan poin-poin materi yang penting baginya

37,38 39,40 b. Siswa mampu mengerjakan lembar

kerja yang telah disediakan oleh pembimbing

41,42 43,44

c. Siswa mampu mengerjakan lembar refleksi yang diberikan pembimbing

45,46 47,48 5. Aktivitas

Motorik

a. Siswa mampu melakukan percobaan pada permainan yang diberikan oleh pembimbing


(61)

b. Siswa mampu bekerja sama dengan anggota kelompok dalam menyelesaikan permainan

53,54 55,56

6. Aktivitas Berpikir

a. Siswa mampu mengingat materi yang disampaikan oleh pembimbing

57,58 59,60 b. Siswa mampu menganalis serta

memecahkan masalah dalam permainan

61,62 63,64 7. Aktivitas

Emosional

a. Siswa mampu menyampaikan emosi yang sedang dirasakan dengan tepat

65,66 67,68 b. Siswa mampu mengolah emosinya

selama pelaksanaan bimbingan klasikal

69,70 71,72

TOTAL 36 36

4. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2011: 5). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi merupakan validitas yang pengujian terhadap isi tes dilakukan dengan analisis rasional atau lewat professional judgment (Azwar, 2007: 45).

Validitas isi dilakukan melalui professional judgment, yaitu penliaian oleh ahli. Professional judgment dalam penelitian ini diperoleh dari Dr. Gendon Barus, M.Si sebagai dosen ahli dan Cicilia Eni Sumini sebagai guru BK SMA Pangudi Luhur Sedayu. Dosen ahli memberikan penilaian mengenai konten bahasa yang digunakan disesuaikan dengan siswa SMA dan juga keterkaitan dengan konten setiap aspek. Sedangkan guru BK SMA Pangudi Luhur Sedayu memberikan saran untuk memperbaiki tulisan yang masih terdapat beberapa kesalahan.


(62)

Teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor setiap item instrumen terhadap skor-skor-skor-skor aspek melalui pendekatan analisis korelasi Pearson Product Moment. Formulasi yang digunakan dalam analisis konsistensi internal butir item adalah sebagai berikut:

Keterangan :

= koefisien korelasi antara skor item dengan skor total

∑ = jumlah perkalian antara skor item dengan skor total

∑ = jumlah skor item

∑ = jumlah skor total = jumlah subyek

Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 dianggap memuaskan dan jika kurang dari 0,30 item diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2007: 65). Pemeriksaan konsistensi internal dilakukan dengan komputer melalui program SPSS (Statistic Programme for Social Science) 16,0, dari hasil perhitungan diperoleh 52 yang memiliki korelasi ≥ 0,30, sedangkan 20 item memiliki korelasi ≤ 0,30. Hasil penghitungan koefisien korelasi item instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 5. Hasil penghitungan taraf validitas dan reliabilitas kuesioner partisipasi aktif siswa disajikan dalam lampiran 1.


(63)

Tabel 5

Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi Item Instrumen Penelitian

Aspek Indikator

Nomor Item Valid Tidak

Valid

Aktivitas Visual

Siswa mampu membaca slide show yang berisi materi dengan saksama

1,2,4 3 Siswa mampu memperhatikan dan memahami isi

dari film

8 5,6,7 Siswa mampu mengamati siswa lain yang sedang

memberikan pendapat 9,10, 11,12 - Aktivitas Berbicara

Siswa mampu menyampaikan gagasan/pendapatnya yang berkaitan dengan materi bimbingan

13,14 15,16

- Siswa mampu menyampaikan pertanyaan kepada

pembimbing tentang materi bimbingan

17,18, 19,20

- Siswa mampu berdiskusi dengan teman sebangku

terkait materi yang sedang dibahas

21,22, 23,24

- Siswa mampu menyampaikan kesimpulan dari

keseluruhan pelaksanaan bimbingan klasikal

27 25,26, 28 Aktivitas

Mendengar kan

Siswa mampu menyimak dengan fokus setiap penyampaian dari pembimbing

29,30, 31,32

- Siswa mampu menyimak pendapat yang

disampaikan oleh siswa lain

33,34, 35,36

-

Aktivitas Menulis

Siswa mampu menuliskan poin-poin yang penting baginya

39 37,38, 40 Siswa mampu mengerjakan lembar kerja yang telah

disediakan oleh pembimbing

43 41,42,44 Siswa mampu mengerjakan lembar refleksi yang

diberikan oleh pembimbing

45,46, 47,48

-

Aktivitas Motorik

Siswa mampu melakukan percobaan pada permainan yang diberikan oleh pembimbing

51,52 49,50 Siswa mampu bekerja sama dengan anggota

kelompok dalam menyelesaikan permainan

53,54, 55,56

-

Aktivitas Berpikir

Siswa mampu mengingat materi yang disampaikan oleh pembimbing

58,59,60 57 Siswa mampu menganalis serta memecahkan

masalah dalam permainan

61,62, 63,64

-

Aktivitas Emosional

Siswa mampu menyampaikan emosi yang sedang dirasakan selama mengikuti bimbingan klasikal dengan tepat

68 65,66, 67 Siswa mampu mengolah emosinya selama

mengikuti bimbingan klaskikal

69,71,72 70


(64)

5. Reliabilitas

Reliabilitas artinya tingkat kepercayaan hasil pengukuran. Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya disebut reliable (Azwar, 2009:4). Menurut Azwar (2009) pengukuran yang menggunakan instrumen pendidikan dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur. Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner partisipasi aktif siswa menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) sebagai berikut:

α = 2 [

1 - ]

Keterangan :

α : koefisien reliabilitas Alpha Cronbach

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 Sx2 : varians skor skala

Indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo, 2006: 72), dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6 Kriteria Guilford No Koefisien

Korelasi

Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi 2 0,71 – 0,90 Tinggi 3 0,41 – 0,70 Cukup 4 0,21 – 0,40 Rendah 5 0,00 – 0,20 Sangat Rendah

2 S

2 S + 2 S

x i x


(65)

Setelah dihitung dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.0, diperoleh perhitungan reliabilitas seluruh instrument menggunakan rumus koefisien alpha (α) yaitu 0,907. Apabila hasil uji reliabilitas instrumen tersebut dianalisis dengan mengacu pada kriteria Guilford, maka dapat diketahui bahwa reliabilitas kuesioner termasuk tinggi. Kuesioner final disajikan pada lampiran 2.

D. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

a. Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan partisipasi aktif siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan bimbingan klaskikal. b. Menyusun kuesioner tentang partisipasi aktif dengan mengikuti

beberapa langkah, yaitu:

1) Menetapkan dan mendefinisikan variabel penelitian.

2) Menjabarkan variabel penelitian ke dalam aspek-aspek dan indikator-indikatornya.

3) Menyusun item-item pernyataan sesuai dengan aspek dan indikator yang telah dibuat.

4) Memperoleh expert judgement (pengujian instrument oleh ahli yang dilakukan oleh dosen dan guru BK SMA)

5) Melakukan uji coba kuesinoer pada siswa kelas XD SMA Pangudi Luhur Sedayu pada hari Sabtu, 7 November 2015 pukul 10.15-10.45 dengan siswa yang hadir sebanyak 33 orang.


(66)

6) Pengumpulan data uji coba validitas dan reliabilitas kuesioner. 7) Pengujian empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesinoer. 8) Merevisi item kuesioner dan mengkonsultasikan kepada dosen

pembimbing.

9) Melakukan pengambilan data pada siswa kelas XA pada hari Kamis, 12 November 2015, kelas XB Jumat, 13 November 2015, dan XC Sabtu, 14 November 2015.

2. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data

Kuesioner yang telah diujicoba dan direvisi kemudian digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Sedayu pada siswa kelas XA (Kamis, 12 November 2015), XB (Jumat, 13 November 2015), dan XC (Sabtu, 14 November 2015). Keseluruhan subjek yang hadir ada 112 orang.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian dengan tujuan mengetahui partisipasi aktif siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016 dalam mengikuti bimbingan klasikal. Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis data yaitu:

1. Memberi skor pada setiap alternatif jawaban yang dipilih. Norma skoring untuk pernyataan positif adalah: Sangat Sering= 4, Sering= 3, Kadang-kadang= 2, dan Tidak Pernah= 1. Norma skoring untuk pernyataan negatif


(67)

adalah: Sangat Sering= 1, Sering= 2, Kadang-kadang= 3, dan Tidak Pernah= 4.

2. Melakukan pengategorisasian tingkat Partisipasi Aktif Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Tahun Ajaran 2015/2016 dalam Mengikuti Bimbingan Klasikal disusun berdasarkan model distribusi normal dengan kategorisasi jenjang. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2007: 107). Kontinum jenjang ini berpedoman pada Azwar (2007: 108) yang mengelompokkan tingkat partisipasi aktif siswa dalam 5 (lima) kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Adapun norma kategorisasi adalah sebagai berikut:

Tabel 7

Norma Kategorisasi

Skor Kategori

µ + 1,5σ < X Sangat Aktif

µ + 0,5σ < X ≤µ + 1,5σ Aktif µ - 0,5σ < X ≤µ + 0,5σ Sedang µ - 1,5σ < X ≤ µ - 0,5σ Pasif X ≤ µ - 1,5σ Sangat Pasif Keterangan:

Skor maksimum teoritik : skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala Skor minimum teoritik : skor terendah yang diperoleh subjek

penelitian menurut perhitungan skala

Standar deviasi (σ) : luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

Mean teoritik (µ) : rata-rata teoritis skor maksimum dan minimum.


(68)

3. Mentabulasi dan menghitung skor total masing-masing responden maupun item kuesioner dan skor rata-rata maupun rata-rata butir. Tabulasi data penelitian terdapat pada lampiran 3.


(1)

100

Pertama, pembimbing sudah menyiapkan kartu yang berisi macam-macam emosi.

Kedua, pembimbing membagi siswa menjadi beberapa kelompok kemudian meminta setiap kelompok untuk menentukan nomor bagi masing-masing siswa (sebagai urutan maju).

Ketiga, pembimbing memanggil siswa dengan berbeda-beda nomor dari setiap kelompok.

Keempat, pembimbing meminta masing-masing dari siswa untuk mengambil kartu emosi yang telah disiapkan oleh pembimbing. Kelima, siswa yang maju mengekspreiskanya dengan

diskusi ini, pembimbing dapat mengajak siswa untuk berdiskusi lebih dalam, agar siswa dapat lebih memahami materi yang disampaikan dapat diresapi.

3) Permainan Individu

Pada sesi permainan ini, pembimbing dapat menggunakan metode sosiodrama. Efi, Sri dan Tukiran mengatakan bahwa sosiodrama merupakan metode mengajar yang mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dalam situasi sosial. Bertitik tolak dari


(2)

101

bentuk dialog bersama siswa dari kelompok yang lain.

Dari permainan yang sederhana ini pembimbing dapat mengamati secara langsung setiap siswa dalam mengekspresikan emosi yang sedang mereka rasakan.

4) Penutup

- Pembimbing memberikan lembar refleksi yang berguna untuk membantu siswa dalam melihat kembali sejauh mana mereka memahami dan meresapi rangkaian pelaksanaan bimbingan klasikal.

- Pertanyaan refleksi

a) Hal apa saja yang kamu

pendapat tersebut, pembimbing dapat melakukan supaya siswa dapat lebih tergali bagaimana mereka memecahkan masalah ketika mereka merasakan situasi emosi yang demikian.

Partisipasi aktif siswa yang memang mengekspresikan emosinya dengan sungguh akan terlihat dari ekspresi wajah yang sedang dia tampilkan.

4) Penutup

Pada rangkaian penutup ini, pembimbing dapat menggunakan metode diskusi. Suryosubroto mengatakan bahwa metode diskusi


(3)

102

dapatkan setelah mengikuti bimbingan klasikal?

b) Apakah kamu sudah termasuk dapat mengolah emosi? Deskripsikan!

c) Dapatkah kamu mengolah emosi negatif yang kamu sedang kamu rasakan ke emosi positif? - Pembimbing meminta siswa untuk maju ke depan membacakan hasil refleksi yang mereka tulis. Siswa yang akan maju tidak perlu ditunjuk oleh pembimbing, supaya pem-bimbing dapat melihat sejauh mana keberanian mereka sudah tergali.

- Sebelum mengakhiri pertemuan dan meninggalkan kelas, sekali

merupakan cara penyajian bahan pelajaran dari guru yang memberikan kesempatan pada kelompok-kelompok siswa, untuk mengadakan perbincangan guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun alternatif pemecahan masalah. Berdasarkan pendapat dari Suryosubroto tersebut, partisipasi aktif siswa dapat lebih tergali ketika siswa membacakan hasil refleksi yang telah mereka tulis kemudian oleh pembimbing digali lebih dalam mengenai maksud dari yang telah ditulis.


(4)

103

lagi pembimbing memberikan pe-negasan dari materi yang disampaikan agar siswa dapat langsung mengaplikasikannya.


(5)

(6)