maupun siswa kepada siswa. Diskusi yang dilakukan dalam pelaksanaan bimbingan klasikal dimaksudkan untuk mengolah dan
mengembangkan kemampuan serta keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya. Hal itu dilakukan agar dalam
pelaksanaan bimbingan klasikal muatan materi semakin tergali.
c. Metode Sosiodrama
1 Pengertian
Sosiodrama berasal dari dua kata, yaitu sosio dan drama. Sosio yang berarti sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat,
menunjuk pada kegiatan sosial, dan drama yang berarti mempertunjukkan dan mempertontonkan. Metode sosiodrama
merupakan cara
menyajikan bahan
pelajaran dengan
mempertontonkan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Jadi, sosiodrama merupakan metode mengajar yang men-dramatisasikan
suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dalam situasi
sosial Sagala dalam Efi, Sri, Tukiran, 2014: 39 Metode sosiodrama dapat digunakan dalam semua sistem
pembelajaran yang berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Hamailik dalam Efi, Sri, Tukiran 2014: 40 mengatakan bahwa
latian-latiahan dalam metode sosiodrama pada dasarnya berlatih
melaksanakan tugas-tugas yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari hari.
2 Penerapannya dalam Bimbingan Klasikal
Metode sosiodrama dapat dilakukan setelah pembimbing memaparkan materi. Pelaksanaan sosiodrama pun disesuaikan
dengan tema yang sedang dibahas. Misalnya, tema tersebut mengenai kebersihan lingkungan, maka metode sosiodrama dapat
dilakukan. Selain tema, waktu dan tempat juga menjadi perhatian dalam pelaksanaannya supaya peserta didik dapat memahami dan
meresapi dengan sungguh makna dari pelaksanaan sosiodrama tersebut.
Pembimbing dapat mengamati dari penyampaian dialog setiap kelompok, apakah sudah mencakup isi dari materi yang sebelumnya
disampaikan atau belum. Kelompok yang lain juga sebaiknya menilai penampilan dari kelompok yang lain, sebagai masukan
untuk menambah pemahaman kelompok penampil tersebut.
d. Metode Belajar Eksperiensial
1 Pengertian
Menurut Supratiknya 2011: 80, experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman pada dasarnya merupakan
pembelajaran berpusat pada siswa atau pembelajar. Pendekatan pembelajaran semacam ini menuntut taraf keterlibatan pribadi yang
tinggi dari siswa. Siswa sendiri yang harus aktif melakukan atau mengalami aktivitas atau sebuah peristiwa, mengolah, memaknai
serta menafsirkan pengalaman belajarnya tersebut dengan bantuan orang lain khususnya sesama siswa, dan berusaha menerapkan hasil
pembelajarannya itu dalam menghadapi berbagai tugas di luar lingkungan pembelajaran, yaitu dalam konteks nyata kehidupan
sehari-hari. 2
Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Eksperiensial Menurut Pfeiffer Jones dalam Supratiknya, 2011: 78 model
pembelajaran ini meliputi suatu siklus belajar dari pengalaman yang terdiri atas 5 tahap pengalaman atau aktivitas, antara lain:
a Mengalami. Perserta terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan
tertentu, seperti melakukan tugas tertentu atau mengamati objek secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok.
Pfeiffer Jones mengingatkan jika model ini berhenti sampai disini, maka kegiatan pembelajarannya hanya sekedar
fun and games. Maka, perlu dilanjutkan ke tahap selanjutnya. b
Membagikan. Peserta membagikan hasil pelaksanaan tugas atau hasil dari pengamatannya terhadap suatu objek termasuk
reaksi pribadinya baik berupa tanggapan pikiran maupun tanggapan perasaannya kepada seluruh peserta.
c Memroses. Peserta mengolah hal yang sudah dia dapatkan
dengan cara mendiskusikannya atau me-mikirkannya
bersama dengan peserta yang lain, kemudian menemukan makna serta hubungan yang muncul dari penyampaian
peserta yang lain. d
Merumuskan kesimpulan. Pada tahap ini peserta diajak dan dibantu untuk menyimpulkan hipotesis-hipotesis dan
merumuskan manfaat untuk didiskusikan bersama. e
Menerapkan. Pada tahap ini pembimbing perlu memastikan bahwa para peserta sungguh-sungguh menangkap relevansi
atau makna dan manfaat dari pelatihan yang baru saja dijalaninya. Serta peserta memiliki tekad untuk menerapkan
hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari. 3
Penerapannya dalam Bimbingan Klasikal Pelaksanaan
bimbingan klasikal,
metode pembelajaran
eksperiensial merupakan salah satu metode yang menyuguhkan peristiwa nyata bagi peserta didik. Hal tersebut bahkan dialami
langsung oleh peserta didik yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari. Sebelum pembimbing memberikan bimbingan klasikal,
pembimbing sudah memberikan survei kebutuhan kepada peserta didik. Selain untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang belum
mereka penuhi, tetapi juga memberikan pengalaman lain bagi setiap peserta didik.
Contoh konkrit yaitu ketika materi yang sedang dibahas mengenai mengatur waktu. Bagi beberapa siswa mereka hanya tahu
bagaimana mengatur waktu untuk belajar dan selama belajar saja. Namun, bagi siswa lain mengatur waktu adalah mengatur
keseluruhan waktu yang dia miliki mulai dari bangun pagi, sarapan, berangkat ke sekolah, bermain, belajar, sampai bermain HP. Hal-hal
tersebut dapat menjadi bahan pembelajaran langsung bagi siswa lain yang belum pernah merasakan dan mengalaminya.
C. Hakikat Remaja