Hakikat Pendidikan Karakter KAJIAN PUSTAKA

16

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan mengenai hakikat pendidikan karakter, hakikat karakter entrepreneurship, hakikat remaja, hakikat bimbingan klasikal, dan hakikat experiential learning, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian.

A. Hakikat Pendidikan Karakter

1. Pengertian Karakter

Suparno 2015 mengartikan karakter sebagai nilai-nilai dan sikap hidup positif, yang dimiliki seseorang sehingga mempengaruhi tingkah laku, cara berpikir dan bertindak orang itu hingga akhirnya menjadi tabiat hidupnya. Dari pengertian ini dapat dimaknai bahwa karakter dipandang secara positif sebagai nilai dan sikap hidup individu dalam berpikir dan bertindak. Karakter yang dibiasakan oleh individu itu akhirnya menjadi tabiat hidup individu tersebut. Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara Suyanto; 2010, dalam Zubaedi 2011. Karakter dianggap sebagai karakteristik seseorang yang dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku individu dalam semua aspek kehidupannya. Zubaedi 2011 mendefinisikan bahwa karakter mengacu pada serangkaian sikap attitudes, perilaku behaviors, motivasi motivations, dan keterampilan skill. Keempat aspek tersebut membentuk karakter 17 seorang individu. Dengan kata lain, karakter dapat terwujud pada keterampilan individu dalam bersikap dan berperilaku dengan memiliki motivasi yang mengacu pada nilai-nilai positif. Karakter terdiri dari pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral. Pengetahuan moral terbentuk atas kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pengambilan keputusan, dan pemahaman diri. Perasaan moral terbentuk atas hati nurani, penghargaan diri, empati, cinta kebaikan, kontrol diri, dan kerendahan hati. Sedangkan tindakan moral terbentuk atas kompetensi, kehendak, dan kebiasaan Lickona, 2013. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa karakter adalah nilai, keyakinan dan kepercayaan positif dari individu yang terdiri atas pengetahuan, perasaan dan tindakan moral. Karakter tersebut mempengaruhi serta membentuk sikap, perilaku, motivasi, keterampilan individu dalam kehidupannya pribadinya, sesama, masyarakat, dan negara.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan- kebiasaan yang baik habituation sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan kata lain, penerapan pendidikan karakter harus melibatkan pengetahuan yang baik moral knowing, perasaan yang baik moral feeling dan perilaku yang baik moral action, sehingga mewujudkan 18 perilaku dan sikap berkarakter pada siswa. Direktorat Pembinaan SMP, 2011 Koesoema, 2012 menjelaskan pendidikan karakter sebagai usaha sadar manusia untuk mengembangkan keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar diri. Sehingga pribadi tersebut semakin dapat menghayati kebebasannya dan semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi perkembangan orang lain dalam hidup mereka berdasarkan nilai-nilai moral yang menghargai martabat manusia. Elkind Sweet, 2004 dalam Safitri, 2015 mengatakan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk membantu orang memahami, peduli dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Dapat dipahami bahwa pendidikan karakter diharapkan mampu untuk membuat individu paham, peduli dan bertindak sesuai dengan nilai hidup. Individu diharapkan mampu untuk memahami akan nilai yang benar, peduli secara mendalam tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang diyakininya benar ke dalam sikap dan perilakunya. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya terencana bersifat intervensi berkelanjutan. Upaya tersebut secara khusus ditujukan pada peserta didik, sehingga pada akhirnya dapat mengenal, paham, peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam diri, sehingga dapat berperilaku sebagai manusia seutuhnya. 19

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Kemendiknas 2011 menjabarkan pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi : 1 mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; 2 membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; 3 mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia. Raka, dkk. 2011menjelaskan beberapa tujuan pendidikan karakter di sekolah mencakup hal sebagai berikut a. Membantu para siswa untuk mengembangkan potensi kebajikan mereka masing-masing secara maksimal dan mewujudkannya dalam kebiasaan baik: baik dalam pikiran, sikap, hati perkataan, dan perbuatan. b. Membantu para siswa menyiapkan diri menjadi warga negara Indonesia yang baik. c. Dengan modal karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan dapat mengembangkan kebajikan dan potensi dirinya secara penuh dan dapat membantu kehidupan yang baik, berguna, dan bermakna. d. Memampukan siswa menghadapi tantangan yang muncul dari makin derasnya arus globalisasi dan mampu menjadikannya sebagai peluang untuk berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat. 20

4. Strategi Pendidikan Karakter

Sekolah memiliki harapan dalam upaya pembangunan karakter. Untuk itu, sekolah perlu menjalankan pendekatan pendidikan nilai yang komprehensif dan menyeluruh dengan menggunakan seluruh fase dalam kehidupan sekolah untuk mendorong perkembangan karakter. Sejalan dengan pendidikan karakter Lickona, 2013 menjelaskan 12 strategi pendekatan komprehensif terhadap pendidikan nilai dan karakter, menuntut guru untuk: a. Bertindak sebagai pengasuh, teladan, dan pembimbing. Artinya guru memperlakukan siswa dengan perasaan cinta dan hormat, memberi contoh-contoh yang baik, mendukung perilaku pro sosial, dan mengoreksi tindakan-tindakan yang keliru. b. Menciptakan komunitas moral di kelas. Artinya guru membantu siswa saling mengenal, menghormati, dan peduli, serta menjadikan mereka merasa sebagai anggota yang dihargai dalam kelompokkelasnya. c. Mempraktekkan disiplin moral. Guru perlu untuk menciptakan dan menegakkan peraturan dan menjadikan peraturan tersebut sebagai sebuah kesempatan untuk menumbuhkan penalaran moral, kontrol diri, dan sikap hormat yang sama terhadap siapa saja. d. Menciptakan lingkungan kelas yang demokrastis. Guru melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan dan turut bertanggung jawab menjadikan kelas sebagai tempat yang perlu siswa tuju sebagai tempat belajar. 21 e. Mengajarkan nilai-nilai melalui kurikulum, menggunakan mata pelajaran akademis sebagai sarana untuk mengkaji masalah-masalah etis. f. Menggunakan pembelajaran kooperatif untuk mengajari sikap dan keterampilan tolong-menolong dan kerja sama pada siswa. g. Membangun nurani dalam bekerja dengan mendorong pertumbuhan tanggung jawab akademis dan sikap hormat siswa terhadap nilai-nilai dalam belajar dan bekerja. h. Mendorong refleksi moral melalui kegiatan seperti membaca, menulis, diskusi, mengambil keputusan, latihan praktis, dan debat. i. Mengajari resolusi konflik agar siswa memiliki kapasitas dan komitmen untuk menyelesaikan konflik secara adil dan dengan cara- cara non kekerasan. Sebuah pendekatan yang komprehensif menuntut sekolah untuk: j. Mendorong kepedulian hingga ke luar kelas, menggunakan model- model peran yang menginspirasi dan kesempatan-kesempatan untuk melakukan pelayanan pada sekolah dan masyarakat guna memupuk kepedulian pada siswa. k. Menciptakan budaya moral yang positif di sekolah melalui kepemimpinan sekolah, budaya kedisiplinan, kepengurusan yang demokratis, yang selalu mendukung nilai-nilai yang diajarkan di dalam kelas. 22 l. Mengajak orang tua dan masyarakat menjadi mitra dalam pendidikan nilai dan karakter.

5. Prioritas Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional memberikan prioritas pada 20 nilai-nilai yang ingin diterapkan dalam lembaga pendidikan. Nilai-nilai bagi pembentukan karakter dibagi berdasarkan lima bidang pengelompokkan menurut Kemdiknas, 2011 dalam Koesoema, 2012. a. Kelompok 1 - Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan religius 1 Religiositas Pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya. b. Kelompok 2 – Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri 2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri maupun pihak lain. 3 Bertanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan, 23 terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 4 Bergaya hidup sehat Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat menganggu kesehatan. 5 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan paruh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 6 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas belajar pekerjaan dengan sebaik-baiknya. 7 Percaya diri Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. 8 Berjiwa wirausaha Sikap dan perilaku yang mandiri, pandaiberbakat mengenali produk baru, menentukan dan menyusun cara guna menciptakan produk baru, memasarkan, serta mengatur permodalannya. 9 Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif 24 Berpikir dan melakukan sesuatu secara nyata atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah dimiliki. 10 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 11 Ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih dalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 12 Cinta ilmu Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan. c. Kelompok 3 – Nilai Karakter dalam hubungannya dengan sesama 13 Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain Tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik hak diri sendiri dan orang lain serta tugas kewajiban diri sendiri serta orang lain. 14 Patuh pada aturan-aturan sosial Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum. 25 15 Menghargai karya dan prestasi orang lain Sifat dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain. 16 Santun Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa ataupun tata perilkunya ke semua orang. 17 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. d. Kelompok 4 – Nilai Karakter dalam hubungannya dengan lingkungan 18 Cinta lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi, serta selalu ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 26 e. Kelompok 5 – Nilai Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 19 Nasionalis Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulain, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 20 Menghargai keragaman Sikap memberikan peduli dan hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama. Karakter entrepreneurship termasuk dalam nilai pendidikan karakter nomor 8 yakni berjiwa berwirausaha. Karakter entrepreneuship membekali siswa dengan karakteristik individupribadi entrepreneur.

6. Faktor-faktor Pengaruh Keberhasilan Pendidikan Karakter

Menurut Zubaedi 2012 terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter, yaitu: a. Insting naluri Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri seseorang. 27 b. Adat atau kebiasaan Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara berulang- ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain sebagainya. c. Keturunan Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat mempengaruhi pembentukan karakter seseorang. d. Lingkungan Lingkungan adalah variabel yang selalu melekat pada diri setiap individu, mulai dari lingkungan fisik hingga pada lingkungan sosial.

7. HambatanPendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

Menurut Barus 2015 ditemukan hambatan-hambatan umum dalam pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP, yakni. a. Pedoman Pendidikan Karakter dari Direktorat Pembinaan SMP 2010 tidak operasional. b. Integrasi nilai karakter melalui pembelajaran masih bersifat sekedar tempelan, sulit menerapkannya. c. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian karakter. d. Penanaman nilai karakter masih cenderung pada tataran kognitifdiceramahkan. e. Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh dan belum tercipta kolaborasi yang 28 baik antara para guru dan konselorguru BK dalam implementasi pendidikan karakter.

B. Hakikat Karakter Entrepreneurship

Dokumen yang terkait

Pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning.

0 0 15

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan Experiential Learning untuk meningkatkan karakter bertanggung jawab.

0 0 193

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter proaktif

2 5 190

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan kecerdasan komunikasi interpersonal

0 2 183

Efektivitas pendidikan karakter menghargai keragaman berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 1 138

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat

0 0 183

Efektivitas implementasi pendidikan karakter kepemimpinan berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 8 152

Peningkatan karakter peduli sosial berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan Experiential Learning

2 5 209

Efektivitas implementasi pendidikan karakter cinta tanah air berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 2 135

Efektivitas implementasi pendidikan karakter daya juang berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning

0 1 156