28
baik antara para guru dan konselorguru BK dalam implementasi pendidikan karakter.
B. Hakikat Karakter Entrepreneurship
1. Pengertian Karakter Entrepreneurship
Entrepreneurship berasal
dari bahasa
Prancis yaitu
entreprendeyang berarti petualang, pencipta, dan pengelola usaha. Dalam bahasa Indonesia, entrepreneurship berarti kewirausahaan. Drucker
1994 mengemukan bahwa kewirausahaan merujuk pada sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan
keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan mengembangkannya dengan tangguh. Oleh karena itu, dengan
mengacu pada orang yang melaksanakan proses gagasan, memadukan sumber daya menjadi realitas, muncul apa yang dinamakan
wirausahaEntrepreneur Suryana, Kartib Bayu, 2014. Menurut
Steinhoff dan
Burgess 1993
mengemukakan “entreprenur is a person who organizes, manages and assumes the risk of
a business or enterprise an entrepreneurship. Entreprenur is individual who risk financial, material, and human resources a new way to create a
new bussiness concept or opportunities within an existing firm”. Wirausaha merupakan orang yang mengorganisasi, mengelola, dan berani
menanggung risiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Dapat diartikan bahwa entrepreneurship memiliki kemampuan dalam
29
menciptakan peluang dan usaha bagi dirinya dan orang lain Sunarya, Sudaryono, Asep Saefullah, 2011.
Menurut Zimmerer 2002, seorang entrepreneur adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan menghadapi risiko dan
ketidakpastian. Dari pengertian diatas terdapat hal menarik yakni seorang entrepreneur memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko dan
ketidakpastian dalam proses menciptakan hal baru di dalam hidupnya. Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
entrepreneurship merupakan kemampuan keterampilan individu dalam melihat dan mengambil peluang, berupaya kreatif dan inovatif dengan
mengembangkan ide menjadi pengusaha. Entrepreneurship tidak selalu diidentikkan dengan watak atau ciri pengusaha semata, karena sifat ini
dimiliki juga bukan pengusaha. Entrepreneurship mencakup semua aspek pekerjaan
baik sebagai
karyawan maupun
pemerintahan. Entrepreneurship adalah melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif
dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumberdaya untuk menemukan peluang dan perbaikan hidup. Dengan demikian kata kunci
dari entrepreneurship adalah inovatif dan kreatif.
2. Tujuan Pendidikan Karakter Entrepreneurship
Ciputra 2011 menjelaskan bahwa terdapat 2 tujuan pendidikan entrepreneurship yakni:
a. Membangun sosok entrepreneuryang memiliki pola pikir, sikap, kecakapan dan pengetahuan seorang innovative entrepreneuryang
30
tidak selalu bekerja dalam bidang bisnis. Artinya seorang entrepreneur bukan hanya seorang pengusaha atau pembisnis,
namun lebih mengarah pada sikap dan perilaku kreatif dan inovatif dalam kehidupan sehari-harinya.
b. Membangun generasi muda yang sanggup menciptakan lapangan pekerjaan bagi diri sendiri melalui entrepreneurship. Pendidikan
karakter entrepreneurship diharapkan mampu membekali anak dengan ilmu, pengetahuan, sikap, dan keterampilan karakter
entrepreneurship bagi masa depannya kelak.
3. Manfaat Karakter Entrepreneurship
Zimmere, et al. 2005 dalam Sunarya, Sudaryono, dan Saefullah, 2011 merumuskan manfaat kewirausahaan sebagai berikut:
a. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri
b. Memberi peluang melakukan perubahan c. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya
d. Memberikan peluang untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin
e. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usahanya
f. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya
31
4. Prinsip-Prinsip Penanaman KarakterEntrepreneurship
Instruksi Presiden No. 4 tahun 1995 tanggal 30 Juni 1995 tentang Gerakan Nasional memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan,
mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia untuk mengembangkan program-program kewirausahaan. Melalui gerakan ini
pada saatnya budaya kewirausahaan diharapkan menjadi bagian etos kerja masyarakat dan bangsa Indonesia, sehingga dapat melahirkan
wirausahawan baru yang handal, tangguh dan mandiri Forum Mangunwijaya V dan VI.
Sejalan dengan Inpres tersebut, Kementrian Pendidikan Nasional bekerja
sama dengan
lembaga penggiat
wiraswasta Ciputra
Entrepreneurshipship Centermelakukan upaya membangun karakter entrepreneurship dengan membenahi kurikulum, berbasis komunitas,
memperbaiki praksis pendidikan di sekolah kejuruan dan sekolah tinggi, sampai pada pengarbitan calon-calon entrepreneurship yang dicangkokan
di lembaga pendidikan tinggi Ciputra, Tanan, Waluyo: 2011 Menurut Mardani dalam Forum Mangunwijaya V dan VI, 2012
pendidikan yang mampu mengatasi hal tersebut di atas yang paling tepat adalah pendidikan yang berorientasi jiwa entrepreneurship, yaitu jiwa
yang berani dan mampu menghadapi masalah hidup, jiwa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Salah satu jiwa entrepreneurship yang
perlu dikembangkan melalui pendidikan pada anak adalah kecakapan hidup life skill. Pendidikan yang berwawasan kewirausahaan adalah
32
pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan kecakapan hidup life skill pada peserta didiknya melalui
kurikulum yang dikembangkan di sekolah. Menurut Mardani dalam Forum Mangunwijaya V VI, 2012
disebutkan program pendidikan kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek, antara lain:
a. Terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran Pengintergrasian dilakukan dengan cara memasukkan nilai-nilai
entrepreneurship ke dalam pembelajaran seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan saat
penyampaian materi, melalui metode pembelajaran maupun sistem penilaian oleh guru.
b. Terpadu dalam kegiatan ekstrakulikuler Kegiatan
ekstrakulikuler bertujuan
untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minatnya. Melalui kegiatan ekstrakulikuler yang secara khusus
diselenggarakan sekolah
dengan memadukan
nilai-nilai entrepreneurship, diharapkan peserta didik mampu berkembang
potensi, bakat, dan minatnya secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan dalam dirinya.
c. Melalui pengembangan diri Kegiatan pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di
luat mata pelajaran. Kegiatan ini dalam upaya pembentukan karakter
33
dan kepribadian entrepreneurship peserta didik. Dalam pelaksaannya, kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan
informasi karier bagi peserta didik. d. Perubahan pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan dari konsepteori
ke pembelajaran praktik berwirausaha Dengan
pembelajaran praktik
berwirausaha, pembelajaran
entrepreneurship diarahkan pada pencapaian tiga kompetensi yang meliputi penanaman karakter entrepreneurship, pemahaman konsep,
dan skill keterampilan. Tentunya bobot pemberian kompetensi karakter entrepreneurship dan keterampilan kepada peserta didik lebih
besar daripada pemahaman konsep. e. Dalam bahanbuku ajar
Penginternalisasian karakter entrepreneurship dapat dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai entrepreneurship dalam buku ajar
baik dalam pemaparan materi, tugas, dan evaluasi. f. Melalui kultur sekolah
Pengembangan karakter entrepreneurship dalam pendidikan dapat diberikan melalui budaya sekolah. Kegiatan tersebut mencakup
kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, dan karyawan ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan
menggunakan fasilitas sekolah, dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah.
34
g. Ke dalam muatan lokal Mata pelajaran muatan lokal diharapkan memuat karakteristik
budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permaalahan sosial dan lingkungan. Muatan lokal
diharapkan juga
mampu membekali
peserta didik
dengan keterampilan dasar life skill sebagai bekal dalam kehidupan sehingga
dapat menciptakan lapangan pekerjaan.
5. Aspek Karakter Entrepreneurship
Menurut Suryana, Bayu 2011 entrepreneurship dibentuk oleh beberapa aspek dibawah ini, yakni:
a. Motivasi Berprestasi Seorang entrepreneurship memiliki motivasi yang tinggi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. b. Orientasi ke Masa Depan
Orang yang berorientasi ke masa depan ialah orang yang memiliki pandangan dan perspektif ke masa depan dalam hidupnya.
c. Menghadapi Perubahan Seorang entrepreneurship harus tanggap dan kreatif dalam
menghadapi perubahan pada lingkungan sekitarnya. d. Jaringan Usaha
Seorang entrepreneurship juga harus memiliki jaringan usaha yang luas.
35
e. Kepemimpinan Seorang entrepreneurship juga harus memiliki jiwa kepemimpinan
yang unggul. Aspek-aspek tersebut menjadi dasar pembuatan instrumen tes
karakter entrepreneurship dan skala penilaian diri. Kemudian aspek- aspek tersebut juga dielaborasikan ke dalam 3 topik bimbingan dalam
pemberian layanan bimbingan klasikal yang terlihat pada tebl 2.1.
Tabel 2.1 Elaborasi Aspek Karakter
Entrepreneurshipdalam Topik Bimbingan
Aspek Topik Bimbingan
Menghadapi perubahan Berpikir Kreatif Orientasi ke Masa
Depan, Memiliki Jaringan, dan
Kepemimpinan Young
Entrepreneurship
Motivasi Berprestasi Hasil Karyaku
6. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Entrepreneurship
Wiryasaputra dalam Suryana, Bayu, 2011: 53 menyatakan bahwa ada sepuluh sikap dasar karakter entrepreneurship yaitu:
a. Visionary visioner yaitu mampu melihat jauh ke depan, selalu melakukan yang terbaik pada masa kini, sambil membayangkan
masa depan yang lebih baik.
36
b. Positivebersikap positif yaitu membantu seorang wirausaha selalu berpikir yang baik, tidak tergoda untuk memikirkan hal-hal yang
bersifat negatif, sehingga dia mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan selalu berpikir akan sesuatu yang lebih besar.
c. Confident percaya diri, sikap ini akan memandu seseorang dalam setiap mengambil keputusan dan langkahnya. Sikap percaya diri
tidak selalu mengatakan “Ya” tetapi juga berani mengatakan “Tidak” jika memang diperlukan.
d. Genuine asli, seorang wirausaha harus mempunyai ide, pendapat dan mungkin model sendiri. Bukan berarti harus menciptakan
sesuatu yang betul-betul baru, dapat saja dia menjual sebuah produk yang sama dengan yang lain, namun dia harus memberi
nilai tambah atau baru. e. Goal Oriented berpusat pada tujuan, selalu berorientasi pada
tujuan dan hasil. Seorang wirausaha ingin selalu berprestasi, berorientasi pada laba, tekun, tabah, bekerja keras, dan disiplin
untu mencapai sesuatu yang telah ditetapkan. f. Persistent tahan uji, harus maju terus, mempunyai tenaga, dan
semangat tinggi, pantang menyerah, tidak mudah putus asa, dan kalau jatuh segera bangun kembali.
g. Ready to face a risk siap menghadapai risiko, risiko yang paling berat adalah bisnis gagal dan uang habis. Siap sedia untuk
menghadapi risiko, persaingan, harga turun-naik, kadang untung
37
atau rugi, barang tidak laku atau tak tak ada order. Harus dihadapi dengan penuh keyakinan. Dia membuat perkiraan dan perencanaan
yang matang, sehingga tantangan dan risiko dapat diminimalisir. h. Creative kreatif menangkap peluang, sikap yang tajam tidak
hanya mampu melihat peluang, tetapi juga mampu menciptakan peluang.
i. Healthy Competitor menjadi pesaing yang baik. Kalau berani memasuki dunia usaha, harus berani memasuki dunia persaingan.
Persaingan jaringan membuat stres, tetapi harus dipandang untuk membuat lebih maju dan berpikir secara lebih baik. Sikap positif
membantu untuk bertahan dan unggul dalam persaingan. j. Democratic leader pemimpin yang demokratis, memiliki
kepemimpinan yang demokratis, mampu menjadi teladan dan inspirasi bagi yang lain. Mampu membuat orang lain bahagia,
tanpa kehilangan arah dan tujuan, dan mampu bersama orang lain tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri.
7. Faktor-Faktor Pembentukan Karakter Entrepreneurship
Slamet Hetty 2014 menjelaskan terdapat 2 faktor yang terbentuknya karakter entrepreneurship.
a. Efikasi diri Merupakan keyakinan seseorang dapat sukses menjalankan proses
menjadi entrepreneurship.
38
b. Persepsi atas keinginan Merupakan ukuran di mana seorang individu memiliki evaluasi
disukai atau tidak disukai atas hasil dari kegiatan entrepreneurship yang dilakukannya.
8. Hambatan Pembentukan Karakter Entrepreneurship
Menurut Soemanto 2006 para ahli pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah diharapkan memberikan sumbangan positif dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Berikut beberapa macam sikappandangan sementara pendidik yang kurang menunjang usaha
perwujudan karakter entrepreneurship di sekolah. a. Adanya pendidik yang memandang rendah terhadap arti
pendidikan. Pemberian isu pendidikan yang berkualitas rendah terlihat dalam pemikiran bahwa tamatan sekolah mulai dari SD
hingga perguruan tunggi dianggap sebagai pencari kerja bukan pencipta lapangan pekerjaan.
b. Adanya pandangan yang keliru dari pendidik mengenai sumber utama pendidikan. Para pendidik masih beranggapan bahwa
sumber utama pendidikan berasal dari luar diri siswa seperti buku, guru dan masyarakat. Akibatnya guru justru melupakan sumber
pendidikan yang paling potensial, yaitu potensi siswanya. c. Adanya sikap pesimis dari pendidik mengenai perubahan sikap
mental siswa.
39
9. Upaya Peningkatan Karakter Entrepreneurship
Ciputra, Tanan Waluyo 2011 mengatakan dalam meningkatkan karakter entrepreneurship, pendidikan dan pelatihan entrepreneurship
sangat penting dilakukan. Tentunya terdapat upaya yang dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan entrepreneurship, yakni sebagai berikut:
a. Konsep dan struktur program pendidikan yang akan mengantar peserta didik menjadi to be entrepreneur inovatif bukan hanya
sekedar tahu tentang entrepreneurship to know. Pendididikan ini dapat dirancang untuk memberikan pengalaman belajar experiential
learning bagi peserta didik. Pendidikan entrepreneurship juga perlu dibuat untuk memberikan waktu yang cukup bagi pembelajaran
melalui pengalaman langsung.
b.
Pendidikan dan pelatihan peningkatan karakter entrepreneurship harus melibatkan pelatih yang memiliki pengalaman nyata mulai dari
penciptaan bisnis, pengelolaan bisnis, dan pengembangan bisnis.
c.
Pendidikan dan pelatihan peningkatan entrepreneurship perlu membangun semangat dan kecakapan karakter entrepreneurship
dengan waktu yang cukup. Pendidikan karakter entrepreneurship sangat perlu dilakukan sejak dini hingga sepanjang proses belajarr
peserta didik. Pendekatan pendidikan merupakan mekanisme yang paling
berpengaruh dalam menerapkan budaya entrepreneurship. Oleh karena itu
diperlukan juga
adanya program-program
sekolah untuk
40
menumbuhkan karakter entrepreneurship. Seperti yang dijelaskan Mustari, 2014 bahwa terdapat 3 program yang dapat digunakan dalam
menumbuhkan jiwa entrepreneurship meliputi program pengembangan budaya berpikir, program pemupukan sikap positif usahawan, dan
program ilmu pengetahuan dan teknologi. Program-program pembangunan kewirausahaan pun harus terus
dilancarkan oleh pihak pemerintah dari berbagai tingkatan dan kementerian. Peranan orang tua di rumah sangat signifikan dalam
memupuk jiwa wirausaha dalam diri anak-anak mereka. Media massa ikut berperan penting dalam memupuk jiwa kewirausahaan di kalangan
masyarakat.
C. Hakikat Remaja