d. Pemakaian Bahan Baku
Pemakaian bahan baku oleh perusahaan pada periode-periode yang lalu untuk keputusan proses produksi akan dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan didalam menyusun atau merencanakan kebijaksanaan penyelenggaraan persediaan bahan baku.
e. Waktu Tunggu
Waktu tunggu yang dimaksud adalah waktu tenggang yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku tersebut dengan datangnya bahan baku yang
dipesan. Waktu tunggu ini sangat penting untuk diperhatikan, karena hal ini berhubungan langsung dengan penggunaan bahan baku tersebut pada saat
diperlukan untuk proses produksi. Apabila waktu tunggu ini tidak diperhatikan, maka akan mengakibatkan kekurangan bahan baku.
f. Model Pembelian
Model yang akan dipergunakan oleh perusahaan tentunya akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari persediaan bahan baku yang bersangkutan. Dan
juga terjadi didalam perusahaan dipergunakan model pembelian yang akan berbeda untuk beberapa jenis bahan baku, karakteristik dari masing-masing
bahan baku akan dijadikan dasar model pembelian bahan baku yang sesuai dengan masing-masing bahan baku tersebut. Sampai saat ini model pembelian
dengan kuantitas yang optimal.
g. Persediaan Pengaman safety stock
Pada umumnya untuk menanggulangi adanya kehabisan persediaan bahan baku dalam perusahaan, maka perusahaan tersebut akan mengadakan persediaan
pengaman. Persediaan pengaman ini akan dipergunakan apabila terjadi
kekurangan bahan baku. Dengan adanya persediaan pengaman maka proses produksi dalam perusahaan berjalan tanpa adanya gangguan kekurangan bahan
baku walaupun bahan baku yang dibeli datangnya terlambat. Persediaan ini dibuat dalam jumlah tertentu dan merupakan suatu jumlah yang tetap dalam
suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya. Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman, antara lain :
a. Penggunaan bahan baku
b. Faktor waktu
c. Biaya-biaya yang digunakan
h. Pemesanan Kembali
Didalam pelaksanaan operasi perusahaan maka bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak akan cukup apabila hanya dilakukan sekali saja.
Maka secara berkala perusahaan akan mengadakan pembelian kembali terhadap bahan baku yang akan dipergunakan dalam proses produksi didalam
perusahaan tersebut. Dalam melaksanakan pembelian kembali, perusahaan akan mempertimbangkan panjang waktu tunggu yang diperlukan dalam
pembelian bahan baku, sehingga bahan baku tersebut datang tepat waktunya. Hal ini dilakukan mengingat apabila sampai terjadi keterlambatan datangnya
bahan baku, maka akan menyebabkan kemacetan produksi yang pada gilirannya akan mengakibatkan timbulnya biaya ekstra. Sebaliknya apabila
kedatangan bahan baku terlalu awal, maka akan menyebabkan penumpukkan bahan baku. Kedua hal ini tentunya tidak akan menyebabkan keuntungan bagi
perusahaan, justru kedua hal tersebut mengakibatkan kerugian yang cukup besar bilamana hal tersebut terus dibiarkan.
2.4 Model Pengendalian Persediaan
Ditinjau dari sifat kejadiannya, permintaan bahan baku dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar, yaitu sifat kebutuhan bahan baku itu
secara pasti deterministic atau bersifat probabilistik. Dibawah ini digambarkan klasifikasi permintaan bahan baku Arman Hakim, 1995 : 11.
Statis D
inamis
Stasioner Non stasioner
Deterministik Probabilistik
Gambar 2.2 Klasifikasi permintaan
Permintaan
2.4.1 Model Pengendalian Persediaan Deterministik
Model pengendalian persediaan deterministik adalah suatu model persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian persediaan adalah
dianggap selalu sama atau tidak akan mengalami perubahan Masril, 1995:54. Model ini tidak peka terhadap perubahan permintaan, lead time, maupun biaya-
biaya yang timbul. Model deterministik ini terbagi menjadi dua bagian menurut sifat dan
kejadiannya, yaitu model deterministik statis dan model deterministik dinamis. Dikatakan model deterministik statis apabila tingkat konsumsi diketahui dan tetap
konstan sepanjang waktu, sedangkan dapat dikatakan model deterministik dinamis apabila tingkat permintaan diketahui dengan pasti tetapi sifat permintaannya
bervariasi dari periode ke periode berikutnya Taha, 1987:507.
2.4.2 Model Pengendalian Persediaan Probabilistik
Model pengendalian persediaan probabilistik adalah suatu model pengendalian persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian tidak dapat
diketahui dengan pasti atau bervariasi. Dalam model pengendalian persediaan probabilistik, parameter yang paling dominasi dalam menentukan suatu sistem
pengendalian probabilistik adalah permintaan dan lead time, sehingga dapat disimpukan model dikatakan probabilistik, bila salah satu dari permintaan atau
waktu tunggu atau bahkan keduanya tidak dapat diketahui dengan pasti, dimana perilakunya harus diuraikan dengan distribusi probabilistik. Adapun distribusi
probabilistik yang mungkin terjadi adalah : Masriel, 1995:54 1.
Tingkat permintaan atau tingkat pemakaian konstan tetapi lead time berubah- ubah.
2. Lead time konstan tetapi permintaan atau pemakaian berubah-ubah.
3. Baik lead time maupun permintaan bervariasi.
2.4.3 Model Pengendalian
Heuristik Silver Meal
Metode Heuristik Silver Meal didasarkan atas permintaan beberapa periode mendatang yang sudah diramalkan sebelumnya. Metode ini ditemukan
oleh Edward Silver dan Harlan Meal yang menyatakan bahwa pembelian bahan hanya dibebankan pada awal periode sedang biaya simpan hanya dibebankan pada
bahan yang disimpan lebih dari satu periode. Heuristik Silver Meal dimulai pada permulaan periode pertama, dimana pembelian bahan baku dilakukan bila
persediaan bahan baku di perhitungkan nol Arman Hakim,1995
Formulasi dari metode Heuristik Silver Meal menurut Tersine 1994: 186 adalah sebagai berikut :
1. Menghitung Total Relevan Cost TRC
T T
periode pada
simpan biaya
Total C
T T
TRC .
. .
. .
T t
Rk k
ph C
T T
TRC
1
1 Dimana :
C = Biaya pesan
N = Friksi biaya simpan
P = Biaya pengadaan
P
n
= Biaya simpan TRC F = Total Relevan Cost tiap periode
T =
Waktu Pengadaan
R
k
= Permintaan rata-rata dalam periode k Sedangkan menurut Arman Hakim Nasution 1995 penyelesaian
heuristik memberikan penyelesaian yang lebih sederhana. Ada beberapa pendekatan heuristik tetapi metode Heuristik Silver Meal mudah digunakan dan
memberikan pola pembelian yang terbaik dibandingkan dengan pendekatan heuristik lainnya.
Pendekatan Heuristik Silver Meal mirip dengan EOQ, tetapi dalam perhitungannya didasarkan pada variabel periode pembelian dan bukan
berdasarkan total permintaan selama masa perencanaan. Bila t adalah jumlah satuan waktu selama periode pembelian maka :
Rata-rata biaya pembelian periode t persatuan waktu = Biaya pesan+Biaya simpan T
Atau
t h
D t
D D
D k
AC
t
1 .....
1 3
1 2
1 1
3 2
1
TU
Dim ana
: TU
AC = Rata-rata biaya persediaan per satuan waktu
H simpan, sehingga veriabel D
t
pada persamaan diatas dapat diabaikan.
Aturan penyelesaian adalah menghitung K
= Biaya per pesan D
t
= Permintaan selama periode t = Biaya simpan per unit, per periode dimana pada periode 1 t+1
tidak ada biaya
TU AC
untuk periode pembelian
yang berurutan sampai nilai TU
AC terendah merupakan periode pembelian dan
rupakan jumlah kebutuhan selama periode tersebut. =
2. Me Adapun bentuk dari pada tabel tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel an
Periode T Kebutuhan
jumlah bahan yang dibeli me Q
t
D
1
+ D
2
+ D
3
+.........+D
t.
mbuat tabel pengadaan
2.1. Pengada
TU AC
P kembali
embelian
T T
TRC T
Bila T
TRC 1
Maka pada periode T + 1 tersebut diadakan
1
pengadaaan persediaan bahan baku dan waktu pengadaan T dimulai kembali
dari 1sehingga biaya simpan Holding Cost kembali ke 0 serta terjadi biaya pesan C kembali.
3. Me abel p
n per Tabel 2.2. P
belian Simpan
Total Biaya mbuat t
engendaliaa sediaan
engendalian Persediaan Bulan
Kebutuhan Pem
4. Menghitung Tingkat Efisiensi Biaya
100
A B
C Eff
A
T TC
TC
na : C
A
: Total Cost kebijaksanaan pengendalian persediaan perusahaan.
aan. iaya sistem persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya
rman Hakim Nasution, 1995 : 6
a
etap maka ongkos persatuan unit adalah tetap. Dima
T TC
B
: Total Cost perhitungan Heuristic Silver Meal.
2.5 Komponen Biaya yang Terlibat dalam Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persedi
B simpan dan biaya kekurangan persediaan. A
2.5.1 Biaya Pembelian Purchase Cost
Biaya pembelian menurut beberapa para ahli sebagai berikut : 1.
Menurut Tersine 1994 menyatakan bahwa biaya pembelian adalah harg pembelian perproduksi yang memperlihatkan dua jenis biaya yaitu :
a. Apabila harga pembelian t
b. Apabila diskon tersedia, maka harga persatuan unit bervariasi bergantung
pada jumlah pembeliaan. 2.
Menurut Zulian Yamit 2003 : 9 biaya pembelian adalah harga perunit apabila item dibeli dari pihak luar atau biaya produksi perunit apabila
diproduksi dalam perusahaan. Biaya perunit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya perunit
adalah harga beli diatmbah biaya angkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi didalam perusahaan, biaya perunit adalah termasuk biaya tenaga
brik.
erupakan suatu ukuran aruhi oleh jumlah pesanan yang dilakukan.
eliputi antara lain : kegudang
kerja, bahan baku dan biaya overhead pa
2.5.2 Biaya Pemesanan Ordering Cost
Biaya pemesanan menurut beberapa para ahli sebagai berikut : 1.
Menurut Biegel 1992:88 biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang timbul sebagai akibat dari kegiatan pemesanan yang dilakukan perusahaan. Biaya
pemesanan ini meliputi : biaya-biaya yang berhubungan langdung dengan masalah pemesanan bahan diantaranya adalah biaya persiapan pembelian,
biaya pemeriksaan bahan, biaya transportasi dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan pemesanan. Biaya pemesanan ini m
biaya yang terjadi yang dipeng Biaya-biaya tersebut m
a. Biaya pengiriman
b. Biaya pengepakan
c. Biaya restribusi
d. Biaya tenaga kerja angkut
e. Biaya pengiriman pesanan
f. Biaya pengangkutan bila alat transportasinya menyewa
biaya-biaya pemesanan secara eliputi :
sanan dan biaya ekspedisi
enyurat angan
rupa : biaya pembuatan
pesanan order dibuat dan dikirim kepenjual, sampai barang- barang atau bahan-bahan tersebut terkirim dan diserahkan serta diinspeksi
2.5.3 Biaya Penyimpanan Holding Cost
Biaya penyimpanan menurut beberapa ahli sebagai berikut : 2.
Menurut Handoko T. Hani 1984:337 terperinci m
a. Pemrosesan pe
b. Upah
c. Biaya telepon
d. Pengeluaran surat m
e. Biaya pengepakan dan penimb
f. Biaya pemeriksaan
g. Biaya pengiriman ke gudang
3. Menurut Zulian Yamit 2003:9 adalah biaya yang berasal dari pembelian
pesanan dari supplier atau biaya persiapan setup cost apabila item diproduksi didalam perusahaan. Biaya pemesanan ini dapat be
daftar permintaan, menganalisis supplier, membuat pesanan pembelian, penerimaan bahan dan pelaksanaan proses transaksi.
4. Menurut Sofjan Assauri 1993:223 adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak dari
digudang.
1. Menurut Zulian Yamit 2003 : 9 biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi secara
fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya penyimpanan meliputi : a.
Biaya asuransi bahan b.
Biaya gudang c.
Biaya kerusakan atau penyusutan d.
Biaya pemindahan bahan e.
Biaya kadaluarsa bahan 2. Menurut Handoko T. Hani 1984 : 336 biaya penyimpanan terdiri dari atas
biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan perperiode akan semakin besar apabila kuantitas bahan
yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan akan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk didalam biaya penyimpanan ini adalah :
a. Biaya keusangan
b. Biaya pajak persediaan
c. Biaya penanganan persediaan
2.5.4 Biaya Kehabisan Stok Stock Out Cost
Biaya kehabisan stok menurut beberapa para ahli sebagai berikut : Menurut Sofjan Assauri 1993 menyatakan bahwa Yang dimaksud
dengan biaya ini adalah biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau
biaya-biaya tambahan yang diperlukan karena seorang langganan meminta atau memesan suatau barang sedangkan barang atau bahan yang tersedia tidak tersedia.
Disamping juga dapat merupakan biaya-biaya yang timbul akibat pengiriman kembali pesanan Back Order tersebut.
Sedangkan Zulian Hamid 2003 Biaya kekurangan dari luar perusahaan dapat berupa backorder, biaya kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya
kehilangan kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas. Biaya
kekurangan persediaan dapat diukur dari : a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi
Kekurangan persediaan dapat diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak terpenhi permintaan atau akibat dari terhentinya produksi. Kondisi ini
biasa diistilahkan sebagai biaya pinalti atau hukuman kerugian bagi perusahaan dan dihitung dengan satuan, misalnya Rpunit.
b. Waktu pemenuhan
Lamanya gudang kosong berati lamanya proses produksi terhenti atau lama perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur
tersebut dapat diartikan sebagai utang yang hilang. c. Biaya
pengadaan Supaya konsumen tidak kecewa, maka diadakannya pengadaan darurat yang
biasannya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dijadikan ukuran
menentukan biaya kekurangan persediaan. Biaya yang dipergunakan dalam mengevaluasi kebijaksanaan menurut
Arman hakim Nasution 1995 adalah hanya biaya-biaya yang bersifat variabel atau biaya-biaya yang sifatnya relevan saja. Biaya yang bersifat tetap tidak akan
mempengaruhi hasil optimal, oleh karena itu biaya ini perlu diabaikan, misalnya sewa gudang dan gaji pegawai harus dimasukkan dalam biaya operasional
produksi atau sebagai unsur biaya overhead perusahaan.
2.6 Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Perencanaan dan
Pengendalian Produksi
Tujuan perencanaan dan pengawasan produksi adalah untuk dapat berhasil tercapainya tujuan perusahaan yaitu kelancaran operasi dan kelangsungan
hidup serta dapat berkembangnya perusahaan. Dalam rangka usaha untuk mencapai tujuan perencanaan dan pengawasan produksi ini, kegiatan pengawasan
persediaan yang dilakukan haruslah didasarkan atas perencanaan dan pengawasan produksi yang telah ditetapkan dan dijalankan. Besarnya volume produksi dan
schedule produksi yang telah ditentukan akan menentukan besarnya persediaan optimum, besarnya pesanan dan schedule pesanan yang akan dilakukan.
Supaya perencanaan dan pengawasan produksi dengan pengawasan persediaan dapat berjalan secara efektif, keduanya harus berjalan bersama-sama.
Perencanaan dan pengawasan produksi mengusahakan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan efisien serta sesuai dengan schedule yang ditetapkan.
Sedangkan pengawasan persediaan mengatur besarnya persediaan bahan-bahan yang dapat menjamin lancarnya produksi serta kelangsungan produksi dengan
biaya yang sekecil-kecilnya, seperti apa yang diharapkan dalam perencanaan dan pengawasan produksi Assauri, 1993.
2.7 Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Efisiensi Penggunaan