ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE HEURISTIC SILVER MEAL UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN BAHAN BAKU KALENG DI PT. SINAR DJAJA CAN, GEDANGAN - SIDOARJO.

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahNya, serta Para Nabi dan Rasul Allah terutama Nabi Muhammad SAW yang kami jadikan panutan sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Tugas Akhir ini adalah salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap Mahasiswa Jurusan Teknik Industri di Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur untuk memperoleh gelar sarjana S-1.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini tentunya terdapat kesalahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu sebagai penulis, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Kami juga menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya pihak-pihak yang membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing kami selama melaksanakan dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, terutama kepada :

1. Bapak DR. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT. selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Ir. M. Tutuk Safirin, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(2)

4. Ibu Endang P.W, MMT. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Farida Pulansari ST, MT. selaku dosen pembimbing II dan dan bapak Drs. Pailan, MPD selaku dosen wali jurusan Teknik Industri di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Terima kasih atas segala bimbingan dan kemudahan sehingga saya bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

5. Para Dosen Penguji seminar dan penguji lesan Jurusan Teknik Industri di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Seluruh karyawan dan staf PT. Sinar Djaja Can dan terutama sahabat sahabat saya yang telah meluangkan waktu serta memberikan bantuan dan bimbingannya sehingga Tugas Akhir ini dapat terlaksana dan terselesaikan dengan baik.

7. Serta semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi penulis.

Surabaya, Mei 2010


(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……… i

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Batasan Masalah ... . 3

1.4. Tujuan Penelitian... . 3

1.5. Asumsi ... ... 3

1.6. Manfaat Penelitian... ... 4

1.7. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pengendalian Persediaan... 6

2.1.1. Pengertian Pengendalian... 6

2.1.2. Pengertian Persediaan ... 7

2.2. Tujuan Pengendalian Persediaan ... 9

2.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persediaan ... 9

2.3.1. Perkiraan Pemakaian Bahan Baku... 10

2.3.2. Harga Bahan Baku... 11

2.3.3. Pemakaian Bahan Baku... 11

2.3.4. Waktu Tunggu... 11

2.3.5. Pemesanan Kembali... 12

2.4. Komponen Biaya Yang Terlibat Dalam Persediaan ... 12


(4)

2.4.2. Biaya Pemesanan... 13

2.4.3. Biaya Penyimpanan... 14

2.4.4. Biaya Kehabisan Bahan.………. 15

2.5. Model Pengendalian Persediaan ... 17

2.5.1 Minimasi Biaya... 18

2.5.1.1 Model Pengendalian Persediaan Deterministik... 18

2.5.1.2 Model Pengendalian Persediaan Probabilistik…… 20

2.6 Model pengendalian EOQ... 22

2.7 Metode Pendekatan Silver Meal... 29

2.7.1 Model Pengendalian Heuristik Silver Meal... 30

2.8 Model Pengendalian Algoritma Wagner Within. ... 33

2.9. Hubungan Pengendalian Persediaan Dengan Perencanaan dan Pengendalian Produksi... 37

2.10. Hubungan Pengendalian Persediaan Dengan Efisiensi Penggunaan Modal Perusahaan... 38

2.11. Peramalan Untuk Perencanaan Persediaan Bahan Baku... 39

2.11.1. Pengertian Peramalan... 39

2.12. Metode Peramalan... 40

2.12.1. Metode-Metode Dalam Peramalan... 40

2.12.2. Metode Rata-Rata Bergerak ( Moving Average ) ... 42

2.12.3. Pemulusan Exponensial (Exponensial Smoothing ) ... 44

2.13. Pengukuran Ketepatan Metode Peramalan... 46


(5)

2.15. Penelitian Terdahulu... 49

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

3.2. Identifikasi Variabel ... 54

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 56

3.5.1. Sumber Data... ... 57

3.5.2. Pengumpulan Data ... 57

3.4. Metode Analisa……….. ... 57

3.5. Menentukan Metode Peramalan……….……….. 60

3.6. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ……….…... 64

3.7. Langkah-Langkah Peramalan……….……... 69

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data ………. 72

4.1.1. Data Harga Pembelian Bahan Baku Perusahaan Tahun September 2008 – Agustus 2009………...… 72

4.1.2. Data Biaya Penyimpanan ………...…...…….……….... 72

4.1.3. Data Biaya Pemesanan ………....………... 73

4.2. Pengolahan Data ………..………..……….…....75

4.2.1. Pengolahan Data Dari Perusahaan ……….……….……...75

4.3. Pengolahan Data Dengan Menggunakan Metode Heuristik Silver Meal …...……….…………...….... 77


(6)

4.3.2. Membuat Tabel Pembelian ...80

4.3.3. Membuat Tabel Pengendalian Persediaan Dengan Menggunakan Metode Heuristik Silver Meal ….…....…... 81

4.3.4. Menghitung Tingkat Efisiensi …………...……...…84

4.4. Pengolahan Data Dengan Menggunakan Metode Algoritma Wagner Within ..…….…………...85

4.4.1. Membuat Tabel Kumulatif Penggunaan Bahan Baku ...85

4.4.2. Menghitung variable cos (Zce)...…...86

4.4.3. Perhitungan variable cost minimum (Fe) ...87

4.4.4. Hasil Pengolahan Data Dengan Algoritma Wagner Within..91

4.5. Pengolahan Data Untuk September 2009 – Agustus 2010 .…... 94

4.5.1.Peramalan Kebutuhan Bahan Baku ...…...…. 94

4.5.1.1 Data Kebutuhan Bahan Baku September 2007 – Agustus 2009.. .…….…...…. 95

4.5.1.2. Diagram Pencar ……….………... 96

4.5.1.3. Pendekatan Beberapa Metode Peramalan …...… 96

4.5.1.4. Menghitung MSE ………...…………...97

4.5.1.5. Peta Rentang Bergerak (MRC) ………...…97

4.5.1.6. Hasil Peramalan Kebutuhan Bahan Baku September 2009 – Agustus 2010 ...98

4.5.2. Pengolahan Data Peramalan September 2009 – Agustus 2010 Dengan Menggunakan Metode Heuristik Silver Meal...100

4.5.2.2. Menghitung Biaya Rata-rata Persediaan …...102


(7)

4.5.2.4. Membuat Tabel Pengendalian Persediaan Dengan Menggunakan Metode Heuristik Silver Meal...105 4.6. Hasil Dan Pembahasan ………...……..……...… 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ………..………...…...…... 110 5.2. Saran ………...…... 112

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pengadaan ………...……….………..…. 32

Tabel 2.2 Pengendalian Persediaan ....………...…. 33

Tabel 2.3 Kumulatif Demand …………...……….………...… 34

Tabel 2.4 Alternatif Biaya Pesan .………...35

Tabel 2.5 Alternatif Total Biaya …..………... 36

Tabel 4.1. Data Harga Bahan Baku September 2008-Agustus 2009 ... 72

Tabel 4.2. Data Biaya Pemesanan Bahan Baku...…... 73

Tabel 4.3. Biaya Pemesanan Untuk Plat/Coil Bulan Agustus 2009...…. 74

Tabel 4.4. Biaya Pemesanan Untuk Tembaga Bulan Agustus 2009... 74

Tabel 4.5. Biaya Pemesanan Untuk Lequer Bulan Agustus 2009... 74

Tabel 4.6. Total Cost Bahan Baku Plat/Coil dari Perusahaan ... 76

Tabel 4.7. Total Cost Bahan Baku Tembaga dari Perusahaan... 76

Tabel 4.8. Total Cost Bahan Baku Lequer dari Perusahaan... 77

Tabel 4.9. Pembelian Plat/Coil Metode Heuristik Silver Meal...…. 80

Tabel 4.10. Pengendalian Persediaan Plat/Coil Dengan Metode Heuristik Silver Meal …. ...81

Tabel 4.11. Pengendalian Persediaan Tembaga Dengan Metode Heuristik Silver Meal...82

Tabel 4.12. Pengendalian Persediaan Lequer Dengan Metode Heuristik Silver Meal...…...…... 83

Tabel 4.13. Tingkat efisiensi dari tiap BahanBaku... 84

Tabel 4.14. Kumulatif Penggunaan Bahan Baku (Qce)Plat/Coil ... 86

Tabel 4.15. Variabel Cost (Zce) Plat/Coil... 87


(9)

Tabel 4.17. Persediaan Bahan Baku Plat/Coil... 91

Tabel 4.18. Persediaan Bahan Baku Tembaga... 92

Tabel 4.19. Persediaan Bahan Baku Lequer... 93

Tabel 4.20. Perbandingan metode Wagner Within dengan Metode Heuristik Silvermeal ………... 94

Tabel 4.21. Data Kebutuhan Bahan baku september 2007-Agustus 2009... 95

Tabel 4.22. Perbandingan MSE dari bahan baku Plat/Coil... 97

Tabel 4.23. Hasil Uji Verifikasi MRC ... ... 97

Tabel 4.24. Hasil Peramalan Bahan Baku Plat/Coil...………..……..…. 99

Tabel 4.25. Hasil Peramalan Bahan Baku Tembaga...…………... 99

Tabel 4.26. Hasil Peramalan Bahan Baku Lequer ………...…. 100

Tabel 4.27. Data bulan September 2008 – Agustus 2009 …...101

Tabel 4.28. Pembelian Plat/Coil Metode Heuristik Silver Meal...104

Tabel 4.29. Pengendalian Persediaan Plat/Coil Dengan Metode Heuristik Silver Meal...…...105

Tabel 4.30. Pengendalian Persediaan Tembaga Dengan Metode Heuristik Silver Meal... 105

Tabel 4.31. Pengendalian Persediaan Lequer Dengan Metode Heuristik Silver Meal …...…. 106

Tabel 4.32. Total Cost Persediaan Metode Perusahaan Dan Total Cost Persediaan Metode Heuristik Silver Meal…..…... 107

Tabel 4.33. Hasil Total Cost Persediaan Metode Heuristik Silver Meal September 2009-Agustus 2010………..………..…... 108


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Transformasi Produksi ………...………. 8

Gambar 2.2 Pembagian Model Dasar Pengendalian Persediaan ...………. 17

Gambar 2.3 Model Persediaan EOQ ……….………….………....……. 23

Gambar 2.4 Kurva TC Minimum ……….…...….…….………...……. 27

Gambar 2.5 Perbandingan L dan t ……...………...……. 29

Gambar 3.1 Peta Rentang Bergerak …….………...…..……. 63

Gambar 3.2 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah …….……...…..……. 64

Gambar 3.3 Langkah-Langkah Peramalan …….………..……. 69

Gambar 4.1 Diagram Pencar Plat/Coil ...….……….…...…... 96


(11)

ABSTRAKSI

PT. Sinar Djaja Can merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kaleng Lokasi perusahaan ini bertempat di JL.Muncul DS.Keboansikep Gedangan, Sidoarjo.

Untuk menjamin kelancaran proses produksinya PT. Sinar Djaja Can mengadakan Persediaan Bahan Baku setiap bulan. Tetapi dalam pelaksanaannya sering ditemukan ketidaktepatan perkiraan dalam usaha pengadaan bahan baku, sehingga sering terjadi kelebihan bahan baku.

Bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang sangat vital bagi berlangsungnya proses produksi. Untuk mendapatkan bahan baku yang cukup sesuai dengan kebutuhan, maka diperlukan adanya perencanan Persediaan Bahan Baku agar tidak mengalami kekurangan pada saat proses produksi berjalan serta tidak mengalami penumpukan digudang.

Untuk mengoptimalkan pengendalian bahan baku, maka perlu adanya metode yang dapat mengendalian Persediaan Bahan Baku, yaitu dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Total Cost pengendalian persediaan riil perusahaan selama bulan September 2008 sampai dengan Agustus 2009 adalah Rp. 1.496.626.500,00 sedangkan apabila menggunakan metode Heuristik Silver Meal (TCB) Total Cost yang dikeluarkan lebih rendah, yaitu sebesar Rp 1.474.354.500,00. Sehingga didapatkan penghematan sebesar Rp 22.272.000,00 dengan efisiensi (1,48%). Sedangkan pengendalian Persediaan Bahan Baku hasil peramalan untuk September 2009 sampai dengan Agustus 2010 dengan metode Heuristik Silver Meal didapat Total Cost sebesar Rp 1.446.108.000,00.


(12)

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE HEURISTIC SILVER MEAL UNTUK

MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN BAHAN BAKU KALENG DI PT. SINAR DJAJA CAN,

GEDANGAN - SIDOARJO Oleh : Dody Wira S

ABSTRAKSI

Di dalam dunia manufactur peran persediaan bahan baku sangat penting bagi kelancaran suatu proses produksi. Penanganan secara tepat terhadap persediaan bahan baku sangat diperlukan untuk mengantisipasi keadaan apabila penyedia bahan baku terhenti atau permintaan pasar tiba-tiba naik pada suatu periode tertentu. Dengan demikian produk dapat dioptimalkan serta biaya-biaya yang terkait didalamnya dapat ditekan seefisien mungkin

Sehingga masalah yang terjadi di PT. Sinar Djaja Can adalah sering terjadi penumpukan bahan baku yang berlebihan. Selain itu penumpukan juga dapat terjadi karena adanya keterlambatan produksi yang tidak sesuai dengan target perusahaan yang telah ditetapkan. Hal seperti ini tentunya perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius untuk memperbaiki keadaan untuk memperlancar kegiatan produksi perusahaan.

Pendekatan Heuristic Silver Meal dan Algoritma Wagner Whitin merupakan dua metode pembanding yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi biaya yang optimal pada perusahaan tersebut, Heuristic Silver Meal dalam perhitungannya lebih didasarkan pada variabel periode pembelian dan bukan berdasarkan total permintaan selama masa perencanaan yang menyatakan bahwa pembelian bahan baku hanya dilakukan pada awal periode. Sedangkan biaya simpan hanya dibebankan pada bahan yang disimpan lebih dari satu periode. Heuristik Silver Meal dimulai pada permulaan periode pertama, dimana pembelian bahan baku dilakukan bila persediaan bahan baku diperhitungkan nol.

Berdasarkan hasil analisa, maka didapatkan biaya pengadaan bahan baku dengan menggunakan metode Heuristik silver meal, total biayanya adalah Rp. 1.474.354.500 dan Algoritma Wagner Whitin adalah Rp 1.500.517.900 ,jadi selisih penghematan antara Heuristic Silver Meal dengan Algoritma Wagner Whitin adalah Rp. 26.163.400. Sedangakan biaya pengadaan bahan baku menggunakan metode Heuristik silver meal menghasilkan total biaya sebesar Rp. 1.474.354.500 dan Perusahaan (Riil) sebesar Rp. 1.485.414.900, sehingga penghematan yang dapat dilakukan adalah sebesar Rp. 11.060.400 (0,74%). Sedangkan pengendalian Persediaan Bahan Baku hasil peramalan untuk September 2009 sampai dengan Agustus 2010 dengan metode Heuristik Silver Meal didapat Total Cost sebesar Rp 1.446.108.000


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Permasalahan bahan baku merupakan permasalahan yang sangat penting dalam efisiensi produksi diperusahaan. Bila bahan baku yang dimiliki perusahaan melebihi kebutuhan yang direncanakan untuk keperluan proses produksi, maka perusahaan menanggung resiko biaya cukup besar, baik itu resiko biaya penyimpanan maupun kerusakan bahan saat disimpan. Penanganan secara tepat terhadap persediaan bahan baku sangat diperlukan untuk mengantisipasi keadaan apabila penyedia bahan baku terhenti atau permintaan pasar tiba-tiba naik pada suatu periode tertentu. Dengan demikian persediaan bahan baku dapat dioptimalkan serta biaya-biaya yang terkait didalamnya dapat ditekan seefisien mungkin.

Untuk mengatasi permasalahan maka perlu suatu metode yang mengatur persediaan bahan baku. Dalam hal ini metode yang digunakan model Heuristik Silver-Meal yang akan menghasilkan biaya total yang rendah. Sehingga perusahaan dapat menentukan jumlah pemesanan bahan baku secara ekonomis dan optimal sehingga dapat menekan biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan.

PT. SINAR DJAJA CAN adalah suatu perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan kaleng, produk-produk yang dihasilkan antara lain kaleng cat,susu, biskuit, dan sebagainya. Pengendalian persediaan bahan baku sangat dibutuhkan untuk menjaga kelancaran proses produksi, terutama persediaan bahan baku


(14)

utama, yaitu plat,tembaga,lequer. karena kekurangan salah satu bahan baku utama tersebut dapat menyebabkan terlambatnya proses produksi. Untuk mendapatkan bahan baku yang cukup sesuai dengan kebutuhan, maka diperlukan adanya perencanan persediaan bahan baku tersebut. Perencanan bahan baku ini bertujuan agar bahan baku tidak mengalami kekurangan pada saat proses produksi berjalan serta tidak mengalami penumpukan digudang. Karena jumlah persediaan yang terlalu sedikit malah akan menimbulkan biaya kerugian yaitu terganggunya proses produksi dan juga berakibat hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan apabila ternyata permintaan pada kondisi yang sebenarnya melebihi permintaan yang diperkirakan. Sedangkan Persediaan bahan baku yang melebihi kebutuhan akan menimbulkan biaya ekstra atau biaya simpan yang tinggi. Tetapi dalam pelaksanaannya di PT. SINAR DJAJA CAN sering ditemukan ketidaktepatan perkiraan dalam usaha pengadaan bahan baku, sehingga sering terjadi kelebihan bahan baku.

Oleh karena itu peneliti ingin membantu perusahaan dalam perencanaan pengendalian bahan baku dengan harapan dapat menjamin kebutuhan dan kelancaran kegiatan proses produksi dalam hal ini kualitas dan kuantitas bahan baku yang tepat dengan biaya yang minimal serta dapat dihasilkan perencanaan pengendalian bahan baku yang terbaik sehingga dapat menurunkan total biaya persediaan bahan baku yang secara langsung akan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal.


(15)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut :

“ Bagaimana Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Metode Heuristik Silvermeal Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku Kaleng Di PT.Sinar Djaja Can “

1.3Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan baku utama dalam pembuatan produk kaleng.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menjawab pokok permasalahan yang telah disampaikan di atas, namun secara lebih spesifik dapat disebutkan sebagai berikut: 1. Untuk menghitung total biaya persediaan bahan baku yang minimal sehingga

menghasilkan biaya yang efisien.

2. Untuk menentukan kapan seharusnya pemesanan dilakukan kembali.

1.5Asumsi

Asumsi yang digunakan : 1. Harga bahan baku konstan.

2. Kebutuhan bahan baku mudah didapat. 3. Lead Time masing-masing supplier sama.

4. Biaya penyimpanan dan pemesanan bahan baku konstan. 5. Tidak terdapat gangguan dari mesin-mesin produksi.


(16)

1.6Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah : a) Bagi perusahaan

Memberikan informasi atau masukan bagi perusahaan dalam menerapkan kebijaksanaan dalam menentukan tingkat persediaan bahan baku yang tepat.

b) Bagi universitas

Menjadi bahan pertimbangan dalam memecahkan permasalahan dan dapat menambah wawasan bagi pembaca.

c) Bagi peneliti

Agar dapat memperluas wawasan, pengetahuan, pengalaman serta dapat menerapkan metode heuristik silver meal dan ilmu yang telah didapatkan di perguruan tinggi.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian ini sistematika yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang munculnya permasalahan, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(17)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dikemukakan tentang teori yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai tempat dan waktu penelitian, langkah-langkah pemecahan masalah yang mencakup identifikasi dan perumusan masalah, metode pengumpulan dan pengolahan data, serta analisa dan kesimpulan. BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas pengumpulan data yang diperlukan untuk analisa masalah, Kemudian data diolah dan dianalisa. serta pembahasan terhadap data yang terkumpul.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini menyimpulkan dan memberikan saran dari hasil penelitian dan pengolahan data tersebut.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan penting bagi perusahaan, baik itu perusahaan penghasil produk maupun jasa. Perusahaan akan mendapatkan keuntungan dengan pemindahan barang dagangan menjadi uang tunai kembali. Sebelum membahas mengenai pengendaliaan persediaan maka terlebih dahulu akan diuraikan pengertian pengendaliaan persediaan secara terpisah, Pengertian pengendalian persediaan dapat dibagi menjadi dua yaitu pengendalian dan persediaan.

2.1.1 Pengertian Pengendalian

Secara sederhana, pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses yang dibuat untuk menjaga upaya realisasi dari suatu aktivitas sesuai dengan yang direncanakan. (Arman Hakim 2006)

Pengendalian produksi dimaksudkan untuk mendaya gunakan sumber daya produksi yang terbatas secara efektif, terutama dalam usaha memenuhi permintaan konsumen dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Yang dimaksud dengan sumber daya mencakup fasilitas produksi, tenaga kerja, dan bahan baku.(Hendra Kusuma, 2004).


(19)

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu cara atau usaha untuk mendapatkan segala sesuatu ynag telah direncanakan sesuai harapan dengan jalan memberikan perhatian terhadap bahan-bahan dasar, bahan pembantu, serta metode proses produksi dan faktor-faktor lain yang mendukung terhadap pencapaian tujuan.

2.1.2 Pengertian Persediaan

Pengertian dari persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu preiode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produk-produk ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi.

Menurut Zulian Yamit (2003) persediaan terdiri dari : persediaan alat-alat kantor (supplies), persediaan bahan baku (raw material), persediaan dalam proses (in process goods) dan persediaan barang jadi (finished goods).

Manajemen persediaan ( menurut Tampubolon M, 2004 ) merupakan fungsi dari manajer operasional dan harus membentuk suatu system yang permanent melalui pengujian – pengujian antara lain bagaimana mencatat persediaan dan pemeliharaan secara akurat.

Masalah utama persediaan bahan baku adalah penetapan jumlah pesanan ekonomis (economic order quantity). Model jumlah pesanan ekonomis berusaha


(20)

menjawab pertanyaan: berapa jumlah dan kapan pesanan bahan baku dipesan agar ongkos simpan dan ongkos pesan dapat minimal. Dalam hal produksi massal suatu jenis komponen, masalah yang harus dipecahkan mirip dengan jumlah pesanan ekonomis.

(Arman Hakim 2006) Dalam sistem manufaktur, persediaan terdiri dari 3 bentuk sebagai berikut :

1. Bahan Baku, yaitu yang merupakan input awal dari proses transformasi

menjadi produk jadi.

2. Barang Setengah Jadi, yaitu yang merupakan bentuk peralihan antara bahan baku dengan produk setengah jadi.

3. Bahan Jadi, yaitu yang merupakan hasil akhir proses transformasi yang siap dipasarkan kepada konsumen.

Barang Setengah Jadi

PROSES

Barang Jadi Bahan

Baku

PRODUKSI

Sumber : Hendra Kusuma 2004


(21)

2.2. Tujuan Pengendalian Persediaan

Kegunaan pengendalian persediaan untuk menjadikan proses produksi dan pemasaran stabil. Persediaan bahan baku bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian produksi akibat fluktuasi pasokan bahan baku. Persediaan penyangga dan komponen berguna untuk mengurangi ketidakpastian produksi akibat kerusakan mesin. Kebutuhan akan persediaan muncul karena adanya waktu ancang (lead Time) antar operasi yang berurutan, waktu ancang pembelian bahan, waktu ancang pendistribusian barang dari titik produksi ke titik penasaran.

Namun harus tetap diingat bahwa persediaan berarti ongkos. Dari sudut pandang ekonomi seharusnya terdapat jumlah persediaan yang otimal. Persediaan ini mencakup julah persediaan dalam jumlah tertentu ditambah penyediaan penyangga atau pengaman (buffer of stocks). Persediaan pengamanan ini digunakan jika permintaan melebihi peramalan, produksi lebih rendah dari rencana, atau waktu ancang (lead time) lebih panjang dari yang diperkirakan semula (Hendra Kusuma, 2004).

2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Menurut (Zulian Yamit 2003) Didalam penyelenggaraan persediaan bahan baku terdapat faktor yang memiliki pengaruh terhadap persediaan bahan baku dan saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :


(22)

Faktor waktu, menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. Persediaan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu (lead time).

Faktor ketidakpastian waktu datang dari suplier menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses produksi maupun keterlambatan pengiriman kepada konsumen. Ketidakpastian waktu datang mengharuskan perusahaan membuat skedul operasi lebih teliti pada setiap level.

Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat, dan berbagai kondisi lainnya. Persediaan dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian peramalan maupun akibat lainnya tersebut.

Faktor ekonomis adalah adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis. Persediaan diperlukan untuk menjaga stabilitas produksi dan fluktuasi bisnis.

2.3.1 Perkiraan Pemakaian Bahan Baku.

Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka sebaiknya manajemen berusaha untuk dapat mengadakan penyusunan perkiraan bahan baku untuk keperluan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Berapa banyak unit bahan baku yang akan dipergunakan untuk kepentingan proses produksi dengan


(23)

mendasarkan diri pada perencanaan produksi maupun jadwal produksi yang telah disusun.

2.3.2 Harga Bahan Baku.

Harga bahan baku merupakan salah satu penentuan terhadap persediaan yang akan dipergunakan dalam produksi oleh perusahaan. Karena harga bahan baku akan mempengaruhi seberapa besarnya dana yang harus disediakan oleh perusahaan untuk membeli bahan baku tersebut dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.

2.3.3 Pemakaian Bahan Baku.

Pemakaian bahan baku oleh perusahaan pada periode-periode yang lalu untuk keperluan proses produksi akan dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan didalam menyusun atau merencanakan kebijaksanaan penyelenggaraan persediaan bahan baku.

2.3.4 Waktu Tunggu.

Waktu tunggu yang dimaksud adalah waktu tenggang yang diperlukan antara saat pemesanan bahan baku tersebut dengan datangnya bahan baku yang dipesan. Waktu tunggu ini sangat penting untuk diperhatikan, karena hal ini berhubungan langsung dengan penggunaan bahan baku tersebut pada saat diperlukan untuk proses


(24)

produksi. Apabila waktu tunggu ini tidak diperhatikan, maka akan mengakibatkan kekurangan bahan baku.

2.3.5 Pemesanan Kembali.

Didalam pelaksanaan operasi perusahaan , maka bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi tidak akan cukup apabila hanya dilakukan sekali pembelian saja. Maka secara berkala perusahaan tersebut akan mengadakan pembelian kembali terhadap bahan baku yang dipergunakan dalam perusahaan tersebut.

Dalam melaksanakan pembelian kembali, perusahaan akan mempertimbangkan panjang waktu tunggu yang diperlukan dalam pembelian bahan baku, sehingga bahan baku itu datang tepat pada waktunya. Hal ini dilakukan mengingat apabila sampai terjadi keterlambatan kedatangan bahan baku, maka akan menyebabkan kemacetan produksi yang pada gilirannya akan mengakibatkan timbulnya biaya ekstra. Sebaliknya apabila kedatangan bahan baku terlalu awal, maka akan menyebabkan penumpukan bahan baku. Kedua hal ini tentunya tidak akan menyebabkan keuntungan bagi perusahaan, justru akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar bila hal ini terus berlangsung.

2.4 Komponen Biaya Yang Terlibat Dalam Persediaan.

Tanpa memperhatikan bagaimana sifat kebutuhan, waktu tenggang dan lain-lain, umumnya terdapat empat kategori biaya persediaan yang sangat menentukan


(25)

jawab optimal dari masalah persediaan. Katagori biaya tersebut adalah sebagai berikut.

2.4.1 Biaya Pembelian (Purchasing Cost)

Biaya pembelian adalah harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila di produksi dalam perusahaan (Zulian Yamit,2003). Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang(Arman Hakim, 2006).

2.4.2 Biaya Pemesanan (Ordering Cost)

Biaya pemesanan ini meliputi biaya menunggu permintaan pembelian, penyampaian pesanan pembelian, dan yang berhubungan dengan biaya akuntansi, serta biaya penerimaan dan pemeriksaan pemesanan. Sehubungan dengan itu, untuk meminimumkan biaya pemesanan, perusahaan harus melakukan pemesanan dalam jumlah besar, yang pada gilirannya akan meminimumkan biaya pemesanan. Jumlah uni yang dipesan berbanding terbalik dengan frekuensi pemesanan. Apabila jumlah unit yang dipesan diperbesar mak frekuansi pemesanan akan meningkat. Untuk mendapatkan tingkat biaya pemesanan yang optimal, estimasi nilai tersebut akan diperoleh pada titik keseimbangan dengan biaya penyimpanan. (Haming, Nurnajamuddin, 2007).


(26)

2.4.3 Biaya Penyimpanan (Holding Cost)

Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi secara fisik untuk menyimpan persediaan (Zulian Yamit, 2003). Biaya penyimpanan meliputi :

a. Biaya memiliki persediaan (biaya modal).

Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.

b. Biaya gudang.

Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.

c. Biaya kerusakan dan penyusutan.

Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.


(27)

d. Biaya kadaluwarsa.

Barang yang disismpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluwarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut. e. Biaya asuransi.

Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.

f. Biaya administrasi dan pemindahan.

Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan didalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.

2.4.4 Biaya Kehabisan Bahan (Stock Out Cost}

Biaya kekurangan dari luar perusahaan dapat berupa backorder, biaya kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas (Zulian Hamit, 2003). Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari :


(28)

a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi.

Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya pinalti (p) atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuaan misalnya : Rp/unit.

b. Waktu pemenuhan.

Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang.

c. Biaya pengadaan darurat.

Supaya konsumen tidak kecewa dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pada pengadaan normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan.

Ada perbedaan pengertian antara biaya persediaan aktual yang dihitung secara akuntansi dengan biaya persediaan yang digunakan dalam menentukan kebijaksanaan persediaan. Biaya persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan hanyalah biaya-biaya yang bersifat variabel, sedangkan biaya yang bersifat tetap seperti biaya


(29)

pembelian tidak akan mempengaruhi hasil optimal yang diperoleh sehingga tidak perlu diperhitungkan.

2.5. Model Pengendalian Persediaan

Model pengendalian persediaan selain mempergunakan acuan kuantita dan periode waktu, juga menggunakan pendekatan lain ,yaitu (1) minimasi biaya dan (2) maksimasi keuntungan ( Haming, Nurnajamudin, 2007 )

Minimisasi Biaya

Maksimisasi Persediaan Model

Determinist

Model Problabilisti

Model Problabilisti Model

Persediaan

Sumber : Haming, Nurnajamudin 2007

Gambar 2.2 Pembagian model dasar pengendalian persediaan

Model dasar pengendalian persediaan, seperti tersebut dalam Gambar 11.4 adalah merujuk pada pendapat beberapa ahli (Chas; et al., 2001; Russell dan Taylor, 2000; Heizer dan Render, 2004; Krajewski dan Ritzman, 2005)


(30)

2.5.1 Minimisasi Biaya

2.5.1.1 Model Pengendalian Persediaan Deterministik

1) Simple Fixed Order Quantity Model

Konsep dasar dari model ini sudah dikemukakan dalam subbab terdahulu sehingga pada kesempatan ini, bahasan model ini akan difokuskan pada beberapa hal:

a) Titik pemesanan kembali (Reorder point), R; b) Persediaan pengaman (Safety stock), B; c) Pemakaian harian ,( ) ;

d) Tenggang waktu(Lead time), u;

e) Standar deviasi selama lead time, di;

f) Varians pemakaian bahan per hari, 2di;

g) Standar deviasi pemakaian bahan per hari, di ;

h) Tingkat layanan dari sediaan, .

Reorder Point, R

Tanpa sediaan pengaman

=  

d = kebutuhan per tahun/hari kerja per tahun L = Lead time


(31)

2) Simple Fixed Order Quantity With Usage

Model ini sering pula disebut Production Order Quantity Model. Model ini cocok dipergunakan pada perusahaan yang memproduksi suatu komponen alau barang setengah jadi, dan sebagian dari produksi itu dipakai sendiri untuk mcmbuat produk akhir. Perusahaan membuat dan melakukan penjualan atas ilua jenis keluaran, yaitu keluaran dalam bentuk barang setengah jadi (komponen) dan dalam bentuk produk jadi. Model ini dapat dijumpai pada perusahaan penggergajian kayu (saw mill), yang

mengolah kayu logs menjadi balok-balok berbagai ukuran. Keluaran perusahaan

tersebut sebagian dijual dalam bentuk kayu balok (gergajian setengah jadi), dan sebagian lagi diproses menjadi kusen, daun pintu, dan daun jendela.

3) Fixed Order Quantity With Shortage

FOQ With Shortage merupakan model pengendalian persediaan yang memperhitungkan kerugian yang akan diderita apabila permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi secara memuaskan. Variabel yang terkait dengan model ini disajikan di bawah ini.

biaya karena kekurangan sediaan

Q = ; T = ; M =

TC =

t2 = periode di mana sediaan kurang

t1 = periode di mana sediaan surplus

S = biaya pemesanan atau penyetelan mesin H = biaya penyimpanan

T = selang waktu pelaksanaan pemesanan D = permintaan per tahun

M = level penggantian sediaan yang sudah dipakai Q = kuantitas pemesanan yang ekonomis (EOQ)


(32)

4) Price Break Model

Price Break Model merupakan model pengendalian persediaan yang memperhitungkan potongah harga karena membeli sediaan dalam jumlah tertentu. Model ini merupakan penyempurnaan dari model FOQ (Fixed Order Quantity Model), yang memandang harga sebagai suatu faktor konstan dan tidak akan menerima potongan sekalipun jumlah yang dibeli banyak.

Pemecahan atas model ini mempunyai langkah sederhana berikut: (1) lakukan perhitungan Qoptimum untuk setiap alternatif harga;

(2) pilih dari hasil yang diperoleh paling memenuhi syarat; (3) lakukan perbandingan kelayakan dari setiap alternatif;

(4) buat keputusan dengan memilih alternatif yang paling menguntungkan, dalam hal ini dengan biaya yang minimum.

2.5.1.2 Model Pengendalian Persediaan Probabilistik

Fixed Time Period Model

Pada model periode tetap ini, sediaan akan dievaluasi setelah mencapai periode waktu tertentu, yaitu mingguan, bulanan, triwulanan, atau semesteran. Jumlah unit yang dipesan dari waktu ke waktu tidak sama, tergantung pada hasil evaluasi periodik atas sediaan. Model ini banyak dipakai oleh toko eceran yang meminta pemasoknya untuk berkunjung pada waktu tertentu, dan membeli/memesan sediaan sesuai hasil stock opname. Cara


(33)

tersebut akan membantu untuk melengkapi lini produk yang dijual, sediaan selalu baru, dan mudah memodifikasinya jika terjadi perubahan selera konsumen. Perusahaan manufaktur juga dapat memakai model ini, terutama untuk pabrik yang membuat produk yang bahan bakunya harus diimpor dan lead time cukup besar, seperti pabrik terigu. Perusahaan harus telah memiliki data tentang jadwal kapal dan jadwal ketersediaan bahan pada para pembekal. Kondisi-kondisi tersebut diintegrasikan dengan pertimbangan kapasitas produksi dan kapasitas pasar untuk dipakai menyusun jadwal evaluasi pemesanan.

Menurut Chase dan Aquilano (1995), ada beberapa variabel dan metode analisis yang terkait dengan aplikasi model ini, yaitu

Safety stock (B) = Z

Q = (T+L) + Z + I

E (Z) =

Q = jumlah yang akan dipesan

T = jumlah hari di antara periode evaluasi stok L = lead time dalam satuan hari

d = rata-rata permintaan harian

Z = standar deviasi pada level layanan tertentu


(34)

I = jumlah stok sekarang, termasuk yang sedang dalam pesanan

E(z) = jumlah unit yang diharapkan menurut label yang disusun keperluan itu, - 1 P = level layanan yang disyaratkan

T = permintaan selama cakupan periode evaluasi sediaan

2.6 Model pengendalian EOQ (Economic Order Quantity).

Model persediaan yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Hanya satu item barang (produk) yang diperhitungkan. 2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui (tertentu).

3. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously) atau tingkat pruduksi (production rate) barang dipesan berlimpah (tak terhinggga). 4. Waktu ancang-nncang (lead time) bersifat konstan

5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.

6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (shortage).

7. Tidak ada diskon untuk jumlah pembelian yang banyak (quantity discount)

Dari asumsi-asumsi di atas, model ini mungkin diaplikasikan baik pada sistem manufaktur seperti penentuan persediaan bahan baku dan pada sistem non-manufaktur seperti pada penentuan jumlah bola lampu pada suatu bangunan;


(35)

penggunaan perlengkapan habis pakai (office supplies) seperti kertas, buku nota dan pensil; konsumsi bahan makanan seperti beras, jagung, dan Iain-lain ( Arman Hakim, 2006 ).

Tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah ekonomis sotiap kali pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan, di mana:

Biaya Total Persediaan = Ordering cost + Holding cost + Purchasing cost Parameter -parameter yang dipakai dalam model ini adalah:

D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya: 1 tahun) k = ordering cost setiap kali pesan

h = holding cost per satuan nilai persediaan per satuan waktu c = purchasing cost per satuan nilai persediaan

waktu antara satu pemesanan ke pemesanan berikutnya secara grafis, model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Sumber : Arman Hakim 2006


(36)

Gambar tersebut dapat membantu kita memahami pembentukan model matematisnya. Sejumlah Q unit barang dipesan secara periodik. Order point merupakan saat siklus persediaan (inventory cycle) yang baru dimulai dan yang lama berakhir karena pesanan diterima. Setiap siklus persediaan berlangsung selama siklus waktu t, artinya setiap t hari (atau mingguan, bulanan, dsb.) dilakukan pemesanan kembali. Lamanya t sama dengan proporsi kebutuhan satu periode (D) yang dapat dipenuhi oleh Q, sehingga dapat ditulis

t = . Gradien negatif Dt (-Dt)

dapat dipakai Untuk menunjukkan jumlah persediaan dari waktu ke waktu. Karena barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously), maka setiap siklus persediaan dapat dilukiskan dalam bentuk segitiga dengan alas t dan i Q-

Tujuan secara matematis model ini kita mulai dengan komponen biaya ordering cost yang tergantung pada jumlah (frekuensi) pemesanan dalam 1 periode, di mana frekuensi pemesanan tergantung pada:

1. Jumlah kebutuhan barang selama 1 periode (D) 2. Jumlah setiap kali pemesanan (Q)

Dari keterangan di atas kita bisa tuliskan bahwa frekuensi Pemesanan = D / Q Ordering cost setiap periode diperoleh dengan mengalikan D / Q dengan biaya setiap kali pesan (k), sehingga:


(37)

Ordering cost per-periode = k

Komponen biaya kedua, yaitu holding cost, dipengaruhi oleh jumlah barang yang disimpan dan lamanya barang disimpan. Setiap hari jumlah barang yang disimpan akan berkurang karena dipakai/ terjuall, sehingga lama penyimpanan antara satu unit barang dengan barang yang lain juga berbeda. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan adalah tingkat persediaan rata-rata. Karena persediaan bergerak dari Q unit ke nol unit dengan tingkat pengurangan konstan (gradien - D) selama waktu - t,

maka persediaan rata-rata untuksetiap siklus adalah , = sehingga: Holding

cost per-periode = h

Komponen biaya ketiga, yaitu purchasing cost, merupakan antara kebutuhan barang selama periode (D) dengan harga barang per-unit (C) sehingga:

Purchasing cost per-periode = Dc

Dengan menggabungkan ketiga komponen biaya persediaan di atas, maka:

Biaya Total Persediaan (TC) = + h + Dc

Tujuan model EOQ ini adalah menentukan nilai Q sehingga meminimurnkan biaya total persediaan. Tetapi yang perlu diperhitungkan dalam penentuan nilai Q adalah biaya-biaya relevan saja (Biaya Incremental). Komponen biaya ketiga, yaitu purchasing cost, dapat diabaikan karena biaya tersebut akan


(38)

timbul tanpa tergantung pada frekuensi pemesanan, sehingga tujuan model EOQ ini a d a l a h meminimasi biaya total persediaan dengan komponen biaya ordering cost dan holding cost saja, atau:

Biaya Total Persediaan = k + h

Incremental (TIC)

Jumlah pemesanan yang optimal (EOQ) secara matematis dihitung dengan mendeferensialkan persamaan di atas terhadap Q, dan persamaan diferensial itu diberi harga nol, sehingga:

TIC = k + h

= k + = 0

k =

Q2 =

Maka ; Q01=

Bila Q0 ( Q optimal=EOQ) telah diperoleh, maka t optimal diperoleh

sebagai berikut:


(39)

Besarnya TC dapat diperoleh dengan memasukkan harga Qo pada persamaan

sebelumnya sehingga diperoleh persamaan:

TIC = h

Gambar berikut ini menunjukkan posisi titik EOQ yang membentuk kurvaTC minimum.

Sumber : Arman Hakim 2006

Gambar 2.4 Kurva TC minimum

Setelah EOQ dapat diperhitungkan maka, berarti bahwa dengan cara EOQ ini kita akan berusaha melakukan pembelian bahan secara teratur pada julah tertentu dan dengan frekuensi pembelian tertentu pula ( Indriyo G, 2002). Ketentuan pembelian ini akan membawa akibat pasitif bagi perusahaan antara lain :

1. Hubungan dengan supplier bahan dapat berlangsung secara

berkesinambungan, hal ini akan menimbulkan ketepatan penyerahan bahan, mutu barang tidak akan terabaikan.

2. Harga bahan yang dipesan dapat diusahakan lebih rendah dari pemesanan -


(40)

menerus atas pemesanan tersebut akan menarik minat supplier untuk melayani meski dengan harga yang aagak rendah.

3. Pengurusan pembelian bahan juga menjadi lebih mudah karena menjadi

bersifat rutin, sehingga tidak banyak menyita waktu dan perhatian dari manajer.

Pada kondisi nyata di lapangan, asumsi barang bersifat instaneous sulit diterapkan karena diperlukan suatu tenggang waktu tertentu untuk mengirimkan barang yang dipesan karena mungkin produsen barang yang bersangkutan tidak mempunyai cukup persediaan pada saat pesanan datang. Tenggang waktu antara saat dilakukan pemesanan dengan saat barang datang disebut lead time. Saat di mana pemesanan kembali harus dilakukan agar barang yang dipesan datang tepat pada saat dibutuhkan disebut Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point = R). Hal ini berarti perusahaan harus mengamati secara terus-menerus tingkat persediaannya sampai reorder point tercapai. Mungkin ini sebabnya mengapa model EOQ kadang-kadang diklasifikasikan sebagai Model Pengulangan Kontinyu (Countinues Review Model).

Reorder point ditentukan berdasarkan 2 variabel, yaitu lead time (L) dan tingkat kebutuhan selama lead time (DL) Ada 2 kemungkinan lead time (L) bila kita bandingkan dengan waktu antara satu pemesanan ke pemesanan berikutnya (t), yaitu:a. L < t b. L > t


(41)

Sumber : Arman Hakim 2006

Gambar 2.5 Perbandingan L dengan t

Untuk kondisi L < t, maka R = L x DL dan untuk kondisi L > t, maka R = (L -t) x

DL

2.7. Metode Pendekatan SilverMeal.

Langkah-langkah dalam menentukan ni adalah sebagai berikut :

1. Tentukan item yang memiliki resiko ci/ri terkecil dan rancanglah siklus

interval pemesanan yang sama satu per satu.

2. Tentukan ni untuk masing-masing item dengan persamaan di bawah ini dan

bulatkan hasilnya ke bilangan bulat yang lebih besar dari pada nol.

Q

Tingkat Persediaan

R

L L L

t t

Tingkat Persediaan

Waktu

Q

R

Waktu t


(42)

         j j i i c c r r c ni

dimana j : item yang mempunyai rasio ci/ri terkecil.

2.7.1 Model Pengendalian Heuristik Silver Meal.

Heuristik Silver Meal didasarkan atas permintaan beberapa periode

mendatang yang sudah diramalkan sebelumnya. Metode ini ditemukan oleh Edward Silver dan Harlan Meal yang menyatakan bahwa pembelian bahan hanya disimpan lebih dari satu periode pertama, dimana pembelian bahan baku dilakukan bila persediaan bahan baku diperhitungkan nol (Hendra Kusuma 2004)memberikan langkah-langkah penerepan dari heuristik silver meal sebagai berikut :

1. Menghitung Total Relevan Cost (TRC) .

T T Periode Akhir pada Simpan Biaya Total C T T TRC   ) (

    T t Rk k Ph C T T TRC 1 ) 1 ( ) ( Dimana :

C = Biaya Pesan

h = Friksi Biaya Simpan

P = Biaya Pengadaan

Ph = Biaya Simpan

TRC (T) = Total relevan Cost tiap T periode

T = waktu pengadaan


(43)

Sedangkan menurut Hendra Kusuma (2004), penyelesaian Heuristik memberikan cara penyelesaian lebih sederhana. Ada beberapa pendekatan heuristik, tetapi pendekatan silver meal mudah digunakan dan menghasilkan pola pembelian terbaik di banding pendekatan heuristik lainnya. Pendekatan heuristik silver meal mirip dengan pendekatan EOQ, tetapi dalam perhitungannya lebih didasarkan pada variabel periode pembelian dan bukan berdasarkan total permintaan selama masa perencanaan.

Bila “t” atau jumlah satuan waktu selama periode pembelian, maka :

Rata-rata biaya persediaan per satuan waktu =

t t periode akhir pada total simpan Biaya pesan

biaya ) ( )

(  atau ) ( } ) 1 ( ) 1 3 ( ) 1 2 ( ) 1 1

{( 1 2 3

i t h D t D D D k TU AC T               Dimana :  TU AC

Rata-rata biaya persedian per satuan waktu.

k = Biaya per pesan

Dt = Permintaan selama periode ke t

h = Biaya simpan per unit per periode, dimana pada periode pertama (t=1) tidak ada biaya simpan sehingga variabel Di pada persamaan dapat diabaikan.


(44)

Aturan penyelasian atau menghitung TU

AC

untuk periode pembelian berurutan

sampai nilai TU

AC

terendah merupakan periode pembelian dan jumlah bahan yang

dibeli merupakan jumlah kebutuhan selama periode tersebut, Qt = D1 + D2 + D3+ ... + Dt

2. Membuat Tabel Pengadaan.

Adapun bentuk dari tabel tersebut sebagai berikut :

Tabel 2.1 pengadaan

Periode t Kebutuhan

TU

AC Pembelian

kembali

Bila :

T T TRC T

T

TRC ( )

1 ) 1 (

 

Maka pada periode T + 1 tersebut harus dilakukan pengadaan persediaan bahan baku kembali dan waktu pengadaan (T) dimulai kembali dari 1 sehingga biaya simpan (holding cost)nya kembali 0 serta terjadi biaya pesan (C) kembali.


(45)

3. Membuat Tabel Pengendalian Persediaan.

Table 2.2 pengendalia persediaan

Bulan

Kebutuhan (Kg)

Pembelian (Kg)

Simpan (Kg)

Total Biaya (Rp)

2.8. Model Pengendalian Algoritma Wagner Within.

Metode pengendalian Wagner – Within didasarkan atas permintaan beberapa periode mendatang yang sudah diramalkan sebelumnya. Pembelian bahan hanya dilakukan pada awal periode sedang biaya simpan hanya dibebankan pada bahan yang disimpan lebih dari satu periode. Algoritma Wagner – Within dimulai pada awal periode, dimana pembelian bahan baku dilakukan hanya jika persediaan bahan baku diperhitungkan nol.

Model Algoritma Wagner Within ini mengikuti aturan sebagai berikut : 1. Membuat tebel komulatif demand (Qce).


(46)

Tabel. 2.3 Kumulatif Demand

e = 1 2 3 4

c = 1

2

3

4

Q11 Q12

Q22

Q13

Q23

Q33

Q14

Q24

Q34

Q44

Q11 = D1

Q12 = Q11 + D1

Q13 = Q12 + D3

Q22 = D2

Q23 = Q22 + D3

Dan seterusnya sampai akhir periodesehingga dapat total persediaan.

2. Hitung Total Variabel Cost (Zce) untuk semua alternatif pemesanan yang

mungkin terjadi selama periode tertentu dengan rumus sebagai berikut :

(

)

= + =

e

c i

ci ce

ce c ph Q Q


(47)

Dimana : Zce = Biaya total variabel dari periode c ke e (1≤ c ≤ e ≤ N)

c = Ordering cost

c = harga beli per unit

h = Holding cost

q = Kuantitan permintaan

Kemudian ditabelkan seperti dibawah ini :

Tabel 2.4 Alternatif Biaya Pesan

e = 1 2 3 4

c = 1

2

3

4

Z11 Z12

Z22

Z13

Z23

Z33

Z14

Z24

Z34

Z44

3. Tentukan biaya minimum (Fe) dari setiap periode dari periode pertama sampai

periode ke-N, dimulai dengan F0 = 0 dan selanjutnya hitung F1, F2, F3,...FN

dengan aturan sebagai berikut :


(48)

Untuk e = 1, 2, 3,...e

Kemudian ditabelkan seperti dibawah ini :

Tabel 2.5 Alternatif Total Biaya

e = 1 2 3 4

c = 1

2

3

4

Z11 + F0 Z12+ F0

Z22+ F1

Z13+ F0

Z23+ F1

Z33+ F2

Z14+ F0

Z24+ F1

Z34+ F2

Z44+ F3

Fe F1 F2 F3 F4

Fe = 0

F1 = Min (Z11 + F0)

F2 = Min (Z12+ F0, Z22+ F1)

F3 = Min (Z13+ F0, Z23+ F1, Z33+ F2)


(49)

4. Untuk mendapatkan biaya minimum pada saat persediaan noptimal, berdasarkan Algoritma Wagner – Within diperoleh menggunakan aturan sebagai berikut :

(2.22) 1

+ = ZWN FW FN

Dimana : FN = Biaya minimum.

ZWN = kombinasi dari biaya alternatif yang menghasilkan biaya

minimum.

FW – 1 = biaya minimum pada saat kebutuhan w – 1.

2.9. Hubungan Pengendalian Persediaan Dengan Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Tujuan dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah merencanakan dan mengendalikan aliran material kedalam, didalam, keluar pabrik sehingga posisi keuntugan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat tercapai.( Hendra Kusuma 2004 )

Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa perencanaan dan pengendalian produksi merupakan usaha-usaha manajemen untuk menetapkan dasar dari bahan proses produksi yang dibutuhkan pada waktunya dengan biaya yang seminimal mungkin. Jadi dalam mengadakan proses produksi harus telah direncanakan terlebih dahulu dan selanjutnya untuk merealisir rencana tersebut, haruslah diadakan


(50)

pengendalian yang baik, sebab tanpa pengendalian yang baik maka kemungkinan besar rencana yang telah ditetapkan tidak akan terealisasi dengan sempurna.

Agar proses produksi dapat berjalan lancar, maka setiap saat barang tersebut harus tersedia dan diusahakan sedapat mungkin modal yang tertanam dalam persediaan bahan baku dan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar, sehingga tujuan pengendalian dan perencanaan produksi tepat pada waktunya dan ekonomis dapat tercapai.

2.10. Hubungan Pengendalian Persediaan Dengan Effisiensi Penggunaan Modal Perusahaan

Antara pengendalian persediaan dengan efisiensi dalam penggunaan modal perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat sekali. Bahwa setiap prusahaan untuk dapat menjamin kelangsungan usahanya perlu mengadakan persediaan. Untuk mengadakan persediaan ini diperlukan sejumlah uang ungtuk diinvestasikan dalam persediaa trsebut. Oleh karena itu setiap perusahaan haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimal, baik dalam jumlah maupun kualitas yang tepat, tentunya denga biaya serendah-rendahnya. Apabila hal tersebut sudah dilakukan, maka akan diperoleh keuntungan yang besar sekali sesuai dengan harapan perusahaan.


(51)

2.11 Peramalan Untuk Perencanaan Persediaan Bahan Baku 2.11.1 Pengertian Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa (Arman Hakim 2006). Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila kondisi permintaan pasar bersifat kompleks dan dinamis.

Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih bersifat kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing, dan produk substitusi. Oleh karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan manajemen.

Dalam hubungannya dengan horison waktu peramalan, kita dapat mengklasifikasikan peramalan tersebut ke dalam 3 kelompok, yaitu:

1. Peramalan Jangka Panjang, umurnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.

2. Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini

lebih mengkhusus dibandingkan peramalan Jangka panjang, biasanya digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi, dan penentuan


(52)

anggaran.

3. Peramalan Jangka Pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini

digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu-tidaknya lembur, penjadwalan kerja, dan Iain-lain keputusan untuk pengontrolan jangka pendek.

2.12. Metode Peramalan

2.12.1 Metode-Metode Dalam Peramalan

Secara umum, peramalan diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu: 1. Peramalan yang bersifat subjektif

2. Peramalan yang bersifat objektif

Perbedaan antara kedua macam peramalan ini didasarkan pada cara

mendapatkan nilai ramalan. Peramalan subjektif lebih menekankan pada

keputusan-keputusan hasil diskusi, pendapat pribadi seseorang dan intuisi yang meskipun kelihatannya kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang baik. Peramalan subjektif ini akan diwakili oleh Metode Penelitian Pasar.

Metode Penelitian Pasar.Metode ini mengumpulkan dan menganalisis fakta secara sistematis pada bidang yang berhubungan dengan pemasaran. Salah satu teknik utama dalam penelitian pasar ini adalah survai konsumen. Survei konsumen akan memberikan informasi mengenai selera yang diharapkan konsumen, di mana informasi tersebut diperoleh dari sampel dengan cara


(53)

kuesioner. Penelitian pasar sering digunakan dalam merencanakan produk baru, sistem periklanan, dan promosi yang tepat. Hasil dari penelitian pasar ini kadang-kadang juga dipakai sebagai dasar peramalan permintaan produk baru.

Peramalan objektif merupakan prosedur peramalan yang mengikuti aturan-aturan matematis dan statistik dalam menunjukkan hubungan antara permintaan dengan satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Selain itu peramalan obyektif juga mengasumsikan bahwa tingkat keeratan dan macam dari hubungan antara variabel-variabel bebas dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu akan berulang pada masa yang akan datang. Peramalan objektif terdiri atas dua metode, yaitu metode intrinsik dan metode ektrinsik.

1. Metode Intrinsik

Metode ini membuat peramalan hanya ber-dasarkan pada proyeksi permintaan historis tanpa mempertimbang-kan faktor-faktor eksternal yang mungkin mempengaruhi besarnya permintaan. Metode ini hanya cocok untuk peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi, di mana dalam rangka pengendalian produksi dan pengendalian persediaan bahan baku seringkali perusahaan harus melibatkan banyak item yang berbeda. Hal ini tentu membosankan sehingga memerlukan metode-metode peramalan yang mudah dan murah. Metode intrinsik diwakili oleh Analisis Deret Waktu (Time Series).


(54)

2. Metode Ekstrinsik

Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi besarnya permintaan di masa datang dalam model peramalannya. Metode ini lebih cocok untuk peramalan jangka panjang karena dapat menunjukkan hubungan sebab-akibat yang jelas dalam hasil peramalannya sehingga disebut Metode Kausal dan dapat memprediksi titik-titik perubahan. Kelemahan dari metode ini terletak dalam hal mahalnya biaya aplikasinya dan frekuensi perbaikan hasil peramalan yang rendah karena sulitnya menyediakan informasi perubahan faktor-faktor eksternal yang terukur. Metode ekstrinsik banyak dipakai untuk peramalan pada tingkat agregat. Metode ini akan diwakili oleh Metode Regresi.

2.12.2. Metode Rata – Rata Bergerak (Moving Average)

1. Metode Simple Moving Average

Adalah metode Time Series yang paling sederhana. Pada metode ini diasumsikan bahwa pola time series hanya terdiri dari komponen Average Level dan komponen Random Error.

Menurut (Teguh Baroto 2002 ) rumusnya sebagai berikut :

m

f f

f f

f t t t M

t

 

   

 1 1 2 3 ... ^


(55)

Keterangan : m = adalah jumlah periode yang digunakan sebagai dasar peramalan (nilai m ini bila minimal 2 dan maksimal tidak ada ditentukan secara subjektif).

= ramalan permintaan (real) untuk periode t. ^

t

f

ft = permintaan aktual pada periode t. 2. Metode Weighted Moving Average

Model peramalan Time Series dalam bentuk lain dimana untuk mendapatkan tanggapan yang lebih cepat, dilakukan dengan cara memberikan bobot lebih pada data-data periode yang terbaru dari pada periode yang terdahulu.

Menurut (Teguh Baroto 2002) rumusnya sebagai berikut :

m t m

t c f c f

f c t

f1 12 12

^ ) (

Keterangan : f t = ramalan permintaan (real) untuk periode t ^

ft = permintaan aktual pada periode t

1

c = bobot masing - masing data yang digunakan ( ),

ditentukan secara subjektif

c1


(56)

2.12.3 Metode Pemulusan Eksponential (Eksponential Smoothing)

Teknik MA mempunyai kelemahan dalam kebutuhan akan data-data masa lalu yang cukup banyak dapat diatasi dengan teknik ES. Model matematis ES ini dapat dikembangkan dari persamaan berikut:

Ft = Ft-1

di mana bila data permintaan aktual yang lama At-N tidak tersedia, maka dapat

diganti dengan nilai pendekatan yang berupa nilai ramalan sebelumnya ( Ft-i )

sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi:

Ft = Ft-1 atau: Ft = Ft-1

Dari persamaan terakhir terlihat bahwa peramalan dengan teknik ES pada

periode t.l (Ft+1) akan didasarkan atas pembobotan data permintaan aktual

terakhir (At) dengan bobot 1/N dan pembobotan ramalan yang paling akhir (Ft

-1) dengan bobot (1 - 1/N). Karena N bilangan positif maka 1/N akan menjadi

konstanta yang bemilai antara nol (N = ~) sampai dengan 1 (N = 1). Dengan mengganti 1/N dengan a maka persamaan tersebut akan menjadi:

Ft=α At+(l-α)Ft - 1

Bila kita notasikan ft sebagai peramalan permintaan pada periode -1 sehingga ft = Ft-1


(57)

Ft=α At+(l-α)ft

Dari persamaan di atas terlihat bahwa teknik ES banyak mengurangi kelemahan teknik MA dalam penyimpanan data karena hanya data permintaan aktual terakhir, ramalan terakhir, dan suatu nilai konstanta a yang harus disimpan. Cara lain untuk menuliskan persamaan di atas adalah dengan menyusunnya seperti berikut:

Ft - 1= F t - 1 + α ( At - Ft - 1)

di mana At - Ft-1 merupakan kesalahan ramalan dalam periode -t (et), sehingga persamaan

di atas dapat ditulis sebagai berikut: Ft=Ft-1+a et

Dari persamaan terakhir terlihat bahwa bila α mempunyai nilai mendekati satu maka ramalan yang baru akan menyesuaikan kesalahan dengan yang besar pada ramalan sebelumnya. Kebalikannya, bila α mendekati nol, maka ramalan yang baru akan menyesuaikan dengan kesalahan yang kecil.

Penentuan besarnya nilai α harus dipertimbangkan dengan baik. Salah satu metode yang dapat dipakai adalah dengan memilih nilai α berdasarkan nilai N yang dilibatkan dalam teknik MA. Metode ini hanya dapat diterapkan oleh perusahaan yang telah lama menggunakan teknik MA dengan nilai N yang cukup memadai. Rata-rata usia data dengan teknik MA = N - 1/2, sedangkan rata-rata usia data dengan teknik ES = 1 - α/ α. Untuk menghitung nilai α dalam hubungannya dengan N adalah dengan membuat persamaan berikut :


(58)

Atau

Jadi bila N = 2 maka a =2/3 = 0,66. Bila N = 3 maka a =2/4 = 0,50. Begitu seterusnya.

2.13. Pengukuran Ketepatan Metode Peramalan

Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan adalah ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi (Arman Hakim 2006). Ada 4 ukuran yang biasa digunakan, yaitu:

1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD).

MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa

memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil dibandingkan kenyataannya. Secara matematis, MAD dirumuskan sebagai berikut:

MAD =

di mana: A = Permintaan aktual pada periode-t

Ft = Peramalan Permintaan (Forecast) pada periode-t n = Jumlah periode peramalan yang terlibat


(59)

2. Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE)

MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut:

MSE =

3. Rata-rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE)

MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu peramalan selama periode tertentu terlalu tinggi atau terlak rendah. Bila hasil peramalan tidak bias maka nilai MFE akac mendekati nol. MFE dihitung dengan menjumlahkan semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara matematis, MFE dinyatakan sebagai berikut:

MFE =

4. Rata-rata Persentase Kesalahan Absolut (Mean Absolute Percentage Error = MAPE).

MAPE merupakan ukuran kesalahan relarif. MAPE biasanya lebih berarti dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual selama periode tertentu yang akan memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah. Secara matematis, MAPE dinyatakan sebagai berikut:


(60)

MAPE =

2.14. Uji Verifikasi Peramalan

Setelah peramalan langkah terpenting adalah melakukan verifikasi peramalan sedemikian rupa sehingga hasil peramalan tersebut benar – benar mencerminkan data masa lalu dan sistem sebab akibat yang mendasari penjualan tersebut. Sepanjang aktualitas peramalan tersebut dapat dipercaya, maka hasil peramalan akan terus digunakan. Jika selama proses verifikasi tersebut ditemukan keraguan validitas metode peramalan yang digunakan harus dicari metode lainnya yang lebih cocok. Validitas tersebut harus ditentukan dengan uji statistik yang sesuai.

Banyak alat yang dapat digunakan untuk memverifikasi peramalan dan mendeteksi perubahan system sebab akibat yang melatar belakangi perubahan pola penjualan. Bentuk yang paling sederhana adalah peta control peramalan yang mirip dengan peta control kualitas. Peta control peramalan ini dapat dibuat dengan kondisi data yang tersedia minim.

Adapun prosedur peramalan penjualan dengan metode Time Series adalah sebagai berikut :

a. Membuat diagram scatter

b. Siapkan model peramalan yang sesuai dengan pola data pada diagram scatter

c. Menghitung nilai MSE dari masing – masing metode peramalan yang telah


(61)

d. Melakukan uji verifikasi peramalan dengan Peta Moving Range (MRC) diurut mulai dari metode yang menghasilkan MSE terkecil

2.15. Penelitian Terdahulu.

1. Anjar Susanto, tahun 2005, Analisis pengendalian persediaan bahan baku

dengan metode heuristik silver meal untuk meningkatkan efisiensi biaya pembuatan roti di cv. sampurna bakery, UPN “Veteran” Jatim.

CV. Sampurna Bakery adalah perusahaan yang memproduksi roti dengan salah satu bahan baku utamanya adalah tepung, telur, fermipan, gula dan mentega. Untuk menjamin kelancaran kegiatan produksi, maka perusahaan mengadakan pengendalian bahan baku sesuai perencanaan yang telah disusun. Tetapi dalam pelaksanaannya sering ditemukan ketidak tepatan perkiraan dalam usaha pengadaan bahan baku, sehingga sering terjadi kelebihan bahan baku.

Perusahaan perlu melakukan penekanan biaya produksi dan penghematan biaya untuk pembelian bahan baku, sehingga didapatkan total cost yang minimal dan efisien. Untuk mengoptimalkan pengendalian persediaan, maka perlu adanya metode – metode yang dapat mengendalian persediaan bahan baku, yaitu dengan menggunakan metode Heuristik Silvermeal. Dan setelah dilakukan penelitian, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Total biaya persediaan bahan baku yang lebih kecil daripada total biaya

persediaan yang diterapkan oleh perusahaan selama ini, dimana Total Cost Riil metode perusahaan (TCA) sebesar Rp. 9.182.837.395,00sedangkan Total


(62)

Cost persediaan metode Heuristik Silver Meal (TCB) sebesar Rp.

9.153.657.625,00 sehingga didapat selisih Rp. 29.179.770,00. Menghasilkan efisiensi sebesar 0,32 %.

2. Didalam pemesanan bahan baku, selama ini perusahaan melakukannya

sebanyak 12 kali dalam setahun (setiap bulan melakukan pemesanan bahan baku sebanyak 1 kali). Setiap bahan baku yang dipesan dari supplier, digunakan untuk berproduksi bulan berikutnya.

3. Jadi Total Cost persediaan bahan baku hasil peramalan untuk tahun 2005

dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal sebesar

Rp. 9.048.043.800,00. Pengadaan bahan baku yang optimal dilakukan apabila bahan baku dalam persediaan diperhitungkan sama dengan nol sehingga kelebihan bahan baku tidak akan terjadi.

2. Achmad Sulton Arif, tahun 2008, Analisa Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dalam Upaya Meminimumkan Biaya Persediaan Dengan Menggunakan Metode Heuristik Silver Meal Di Pt. Japfa Comfeed Indonesia, UPN “Veteran” Jatim.

PT. Japfa Comfeed Indonesia adalah perusahaan pakan ternak PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) yang bergerak dibidang produksi pakan ternak yang terletak di Sidoarjo, produk-produk yang dihasilkan cukup bervariasi antara lain yaitu pakan Burung, pakan Ayam, pakan Sapi, pakan Itik pakan Sapi dan pakan Babi. Adapun pengendalian bahan baku akan dilakukan pada produk Pakan Burung yang merupakan salah satu dari produk dari PT. Japfa Comfeed Indonesia. Untuk supplier bahan bakunya


(63)

berasal dari dalam negeri (40%) dan luar negeri (60%). Pemasaran produk berorientasi pasar dalam negeri serta melayani pesanan yang datang dari luar negeri.

Dalam produksinya perusahaan menerapkan pola produksi secara kontinyu dan berdasarkan sistem batch. Perusahaan dalam melakukan Persediaan bahan baku dengan cara melakukan pemesanan bahan baku dalam jumlah besar dari pada jumlah yang dibutuhkan dalam produksi sehingga menimbulkan biaya simpan. Sedangkan dalam merencanakan persediaan bahan bakunya selama ini perusahaan melakukannya dengan cara pemesanan yang sebelumnya telah direncanakan dengan kebutuhan bahan baku yang berbeda dimana jumlah pembelian bahan baku tersebut tidak boleh melebihi kuantitas persediaan maksimum yang telah ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian persediaan bahan baku yang optimal diharapkan dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan dapat menjadi salah satu jaminan kelancaran proses produksi.

Berdasarkan hasil pengolahan data perusahaan dan pengolahan data dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal maka didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 2.3

Total Cost persediaan metode perusahaan (TCAdan Total Cost

persediaan metode Heuristik Silver Meal(TCB)

Jenis Bahan TCA TCB Selisih Efisiensi Wheat Bran 1.487.580.600,00 1.426.128.000,00 61.452.600,00 4,13 %

Jagung Kuning 1.098.908.440,00 1.045.483.200,00 53.425.240,00 4,86 %

Tepung Tulang 227.723.760,00 223.532.800,00 4.190.960,00 1.84% Total Cost 2.814.212.800,00 2.695.144.000,00 119.068.800,00 4,23 % Sumber: Pengolahan Data Tingkat Efisiensi


(64)

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengendalian persediaan dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal lebih efisien daripada kebijaksanaan pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan selama ini yaitu dengan efisiensi total persediaan kebutuhan bahan baku sebesar 4,23 %. Hal ini dapat dilihat dari tingkat efisiensi biaya dari metode Heuristik Silver Meal seperti pada tabel 2.3 diatas.

3. Samudra Bena, tahun 2008, Analisa Pengendalian Bahan Baku Sepatu Dalam

Upaya Meminimalkan Biaya Persediaan Dengan Menggunakan Metode Heuristik Silver Meal di PT. GOLDEN FOOTWEAR INDOTAMA 1 GEDANGAN SIDOARJO, UPN “Veteran” Jatim.

PT. GOLDEN FOOTWEAR INDOTAMA 1 GEDANGAN SIDOARJO merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri sepatu. Bahan baku yang digunakan berupa karet dan kulit. Permasalahan yang terjadi di PT. GOLDEN FOOTWEAR INDOTAMA 1 GEDANGAN SIDOARJO ini adalah terjadi penumpukan bahan baku yang berlebihan sehingga dapat menambah besanya modal yang tertanam didalamnya. Selain itu, penumpakan bahan baku yang terlalu lama dapat menyebabkan turunnnya kualitas dari bahan baku tersebut yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat pengendalian persediaan bahan baku dan meminimumkan biaya persediaan PT. GOLDEN FOOTWEAR INDOTAMA 1 GEDANGAN SIDOARJO secara optimal yang dapat meminimumkan biaya persediaan. Rata – rata bahan baku yang ada pada perusahaan


(65)

mempunyai tingkat permintaan yang bervariasi, sehingga data – data tersebut dapat diolah dengan model pengendalian deteriministik, yaitu dengan menggunakan metode heuristik silver meal.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa metode pengendalian persediaan dengan menggunakan Metode Heriuristik Silver Meal lebih efisien dari pada kebijaksanaan pengendalian persediaan yang dilakukan oleh perusahaan selama ini.

Tabel 2.5

Total cost persediaan metode perusahaan ( TCA ) Dan Total cost persediaan metode Heuristi Silver Meal ( TCB )

Jenis bahan baku

TCA (Rp)

TCB (Rp)

Selisih (Rp)

Efisiensi %

Karet 305.553.375,00 296.978.500,00 8574.875,00 3

Kulit 1.369.886.583,00 1.350.300.868,00 19.585.714,00 1.43

Total cost 1.675.439.958,00 1.647.279.368,00 28.160.589,00 1.68

Sumber : pengolahan data

Jadi efisiensi total persediaan kebutuhan bahan baku adalah 1,68 %

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa metode Heuristik Silver Meal menghasilkan total biaya persediaan bahan baku yang lebih kecil dari pada total biaya persediaan bahan baku yang diterapkan oleh perusahaan selama ini, dimana Total Cost Rill metode perusahaan (TCA) sebesar 1.675.439.958 sedangkan Total Cost persediaan metode Heuristik Silver Meal (TCB) sebesar 1.647.279.368, sehigga didapatkan selisih 28.160.589


(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. SINAR DJAJA CAN, JL.Muncul DS.Keboansikep, Gedangan-Sidoarjo.pada bulan Agustus 2009 sampai data yang diperlukan telah memenuhi.

3.2. Identifikasi Variabel

Mengacu pada judul penelitian, maka dapat diidentifikasikan variabel – variabel yang berhubungan dengan permasalahan dan nantinya akan dianalisa yang terdiri dari :

a. Variabel Terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang nilainya

tergantung dari perubahan variabel bebas. Dalam hal ini variabel terikatnya adalah total biaya persediaan.

b. Variabel Bebas (Independent Variable) merupakan variabel yang

mempengaruhi perubahan nilai variabel terikat yang meliputi : 1. Kuantitas pembelian optimal

Yaitu jumlah pembelian bahan dalam satuan meter, kilogram dan galon dilaksanakan oleh perusahaan dalam sekali pembelian.

2. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)

Adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, setiap melakukan pemesanan bahan baku.


(67)

3. Biaya pembelian (Purchasing Cost)

Yaitu biaya–biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan diadakannya kegiatan pembelian barang atau bahan baku dalam satuan kilogram.

4. Biaya Penyimpanan (Holding Cost)

Adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama melakukan penyimpanan digudang.


(68)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Berisi tentang penjelasan bagaimana data dikumpulkan sebelum diolah dan dianalisa. Ada dua macam metode pengumpulan data yang dilakukan, yaitu : a. Data Primer

Data yang dikumpulkan sendiri oleh penulis dengan cara melakukan penelitian lapangan secara langsung dengan cara sebagai berikut :

1. Observasi

Pengamatan secara langsung kelokasi/unit dalam perusahaan yang berhubungan dan menunjang dalam proses pengumpulan data. Adapun pengamatan dilakukan untuk mengetahui data tentang sarana dan prasarana, letak gudang bahan baku dan mekanisme kerja.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara digunakan untuk memperoleh data dan keterangan atau kejelasan dari hal-hal yang belum diungkapkan dalam data atau dokumen observasi dengan cara komunikasi secara langsung dengan bagian candal, produksi, pembelian dan gudang bahan baku. Adapun data primer yang diperoleh adalah :

- Sejarah perusahaan

- Sistem pengadaan bahan baku b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dengan cara pengumpulan data yang telah ada diperusahaan dalam bentuk dokumen-dokumen atau data yang didapat berupa arsip-arsip yang ada kaitannya dengan penelitian ini


(69)

a. Data bahan baku

b. Data jumlah kebutuhan bahan baku per priode c. Data biaya pembelian

d. Data biaya simpan

3.3.1 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari intern perusahaan PT. Sinar Djaja Can bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control), bagian keuangan, bagian produksi dan bagian gudang bahan baku.

3.3.2 Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara dokumentasi, yaitu berdasar pada data otentik dari dokumen-dokumen perusahaan, interview dengan para staff dan karyawan perusahaan, serta melakukan observasi ke lokasi / unit dalam perusahaan yang berhubungan dan menunjang dalam proses pengumpulan data.

3.4. Metode Analisa

Berdasarkan data–data yang telah diperoleh, selanjutnya diolah dengan menggunakan formulasi–formulasi dan metode yang sesuai dengan jenis–jenis dan sifat dari data tersebut. Analisa yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Analisa kebutuhan bahan baku per bulan.

Analisa ini dilakukan karena adanya kecenderungan pemakaian bahan baku yang bervariasi selama periode pemakaian.


(70)

2. Analisa terhadap variabel yang berhubungan dengan pengendalian persediaan. Menganalisa kebijaksanaan pengendalian persediaan yang baru (dengan

menggunakan metode Heuristik Silver Meal ) dengan kebijaksaan yang biasa diterapkan perusahaan selama ini.

3. Analisa biaya.

Menganalisa kebijaksanaan persediaan yang baru dengan kebijaksanaan yang biasa diterapkan oleh perusahaan dalam masalah total biaya.

Pada PT. Sinar Daja Can, metode ini mengikuti aturan-aturan sebagai berikut : 1. Menghitung rata-rata biaya persediaan

Bila t adalah jumlah satuan waktu selama periode pembelian, maka:

Rata-rata biaya persediaan = Per satuan waktu

(Biaya pesan) + (Biaya simpan total pada akhir periode t)

t Atau,

t

h D t D

D D

k TU

AC {(11) 1(21) 2(31) 3...( 1) t} 

Dimana,

TU AC

= Rata-rata biaya persediaan per satuan waktu

k = Biaya per pesan

Dt = Permintaan selama periode ke-t

h = Biaya simpan per unit per periode, dimana pada periode pertama


(71)

Aturan penyelesaiannya adalah menghitung TU

AC

untuk periode pembelian

berurutan sampai nilai TU

AC

tidak dapat turun lagi. Biaya TU

AC

terendah

merupakan periode pembelian dan jumlah bahan yang dibeli merupakan jumlah kebutuhan bahan selama periode tersebut.

2. Membuat tabel pengadaan bahan baku

Bentuk dari tabel tersebut sebagai berikut :

Periode t Kebutuhan

TU AC Pembelian kembali Bila : T T TRC T T

TRC ( )

1 ) 1 (   

Maka pada periode T + 1 tersebut harus dilakukan pengadaan persediaan bahan baku kembali dan waktu pengadaan (T) dimulai kembali dari 1 sehingga biaya simpan (holding cost) kembali nol serta terjadi biaya simpan (C) kembali.

3. Membuat tabel pengendalian persediaan Bentuk dari tabel tersebut sebagai berikut :

Bulan Kebutuhan Pembeliaan Simpan Total biaya

4. Menghitung tingkat efisiensi biaya % 100    TCA TCB TCA Eff


(1)

kebutuhan produksi sehingga penggunaan metode pengendalian Heuristik Silver Meal dapat menghasilkan kuantitas pemesanan yang optimal.

1. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa metode Heuristik Silver Meal menghasilkan total biaya persediaan bahan baku yang lebih kecil daripada total biaya persediaan yang diterapkan oleh perusahaan selama ini, dimana Total Cost Riil metode perusahaan (TCA) sebesar Rp. 1.496.626.500,00 sedangkan Total Cost persediaan metode Heuristik Silver Meal (TCB) sebesar Rp 1.474.354.500,00 sehingga didapatkan selisih sebesar Rp. 22.272.000,00.

2. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa persediaan bahan baku hasil peramalan untuk September 2009 sampai Agustus 2010 dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal menghasilkan total biaya persediaan bahan baku pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.33

Total Cost persediaan metode Heuristik Silver Meal September 2009 sampai Agustus 2010

Jenis Bahan Baku

TC (Rp)

Plat/coil 526.482.000 Tembaga 466.284.000

Lequer 453.342.000 Total Cost 1.446.108.000

Sumber : Pengolahan Data Hasil Peramalan

Jadi Total Cost persediaan bahan baku hasil peramalan untuk tahun September 2009 sampai Agustus 2010 dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal adalah sebesar Rp 1.446.108.000,00


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan, antara lain :

1. Dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal didapat total biaya persediaan yang minimum dan efisien bila dibandingkan dengan total biaya persediaan yang telah diterapkan oleh perusahaan selama ini yaitu :

a. Bahan baku Plat/coil

- Total Cost metode perusahaan = Rp 530.124.100,00

- Total Cost metode Heuristik Silver Meal= Rp 523.424.000,00 - Efisiensi 1,26 %

b. Bahan baku Tembaga

- Total Cost metode perusahaan = Rp 487.603.900,00

- Total Cost metode Heuristik Silver Meal = Rp 480.592.000,00 - Efisiensi 1,44 %

c. Bahan baku Lequer

- Total Cost metode perusahaan = Rp 478.898.500,00

- Total Cost metode Heuristik Silver Meal = Rp 470.338.500,00 - Efisiensi 1,79 %


(3)

Sedangkan total biaya untuk ketiga bahan baku tersebut :

- Total Cost metode perusahaan (TCA) = Rp 1.496.626.500,00

- Total Cost metode Heuristik Silver Meal (TCB) = Rp 1.474.354.500,00 - Efisiensi 1,48 %.

Pengendalian persediaan bahan baku hasil peramalan untuk bulan September 2009 sampai Agustus 2010 dengan menggunakan Metode Heuristik Silver Meal menghasilkan Total Cost sebesar Rp 1.446.108.000,00 dengan rincian :

- Total Cost bahan baku Plat/coil = Rp 526.482.000,00 - Total Cost bahan baku Tembaga = Rp 466.284.000,00 - Total Cost bahan baku Lequer = Rp 453.342.000,00

2. Pada tabel pembelian bahan baku dapat dilihat bahwa berdasarkan dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Metode Heuristik Silver Meal menunjukkan bahwa pembelian untuk ketiga bahan baku yaitu Plat/coil,Tembaga dan Lequer dilakukan satu kali setiap bulan. Jumlah pemesanan bahan baku yang optimal yang dapat memenuhi kebutuhan produksi untuk bulan September 2009 sampai Agustus 2010 adalah sebesar 17.100m per bulan untuk bahan Plat/coil, 1577 kg per bulan untuk bahan baku Tembaga dan 75 galon per bulan untuk bahan Lequer.


(4)

5.2. Saran

Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dijelaskan diatas, maka ada beberapa saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Perusahaan PT. SINAR DJAJA CAN Gedangan -Sidoarjo didalam mengendalikan persediaan bahan bakunya diharapkan menggunakan metode Heuristik Silver Meal karena dalam pelaksanaannya dapat menghemat biaya persediaan.

2. Perusahaan PT. SINAR DJAJA CAN Gedangan -Sidoarjo dapat menentukan kapan akan melakukan pembelian bahan baku kembali sehingga tidak terjadi penumpukan jumlah bahan baku dengan metode Heuristik Silver Meal ini. 3. Perusahaan PT. SINAR DJAJA CAN Gedangan -Sidoarjo didalam melakukan

kegiatan pembelian bahan baku diharapkan adanya suatu perencanaan yang benar-benar matang sehingga tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi yang sedang berlangsung karena bahan baku bisa tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan dan dilaksanakan dalam waktu yang tepat pula, dengan demikian diharapkan hasil produksi yang dihasilkan bisa maksimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arman Hakim N, M. Eng” Manajemen Produksi”, Penerbit ANDI Yogyakarta 2006. Haming,Murfidin, S.E., M.Si. DR. Mahfud N, S.E., M.M “ Manajemen Produksi

Modern”, Penerbit Bumi Aksara Jakarta 2007.

Indriyo G, M.(Hons), ”Manajemen Operasi”, Universitas Gajah Mada, Penerbit BFE Yogyakarta, 2002.

Yamit, Zulian, 2003, Manajemen Persediaan, Edisi Kedua, Ekonisia, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.

Achmad sulton A, “Analisa Pengendalian Persedian Bahan Baku”, Surabaya , 2008. Kusuma, Hendra, “Manajemen Produksi, Perencanaan dan Pengendalian

Produksi”, Penerbit ANDI Yogyakarta, 2004.

Manahan P. Tampubolon, MM, ”Manajemen Operasional”, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004

Assauri, Sofyan, “Manajemen Produksi dan Operasi”. Edisi 4, LPFEUI Jakarta, 1993.

Mohammad Ariful M, ”Analisis Pengendalian Bahan Baku Dengan Metode Heuristic Silver Meal”, Surabaya, 2008.

Render, Jay Heizer, “ Prinsip-prinsip Operasi”, diterjemahkan oleh Kresnohadi A, penrbit Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Samudra Bena, “ Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode Heuristic Silver Meal “ Surabaya, 2008.


(6)

Dokumen yang terkait

Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Yang Optimum Dengan Menggunakan Metode EOQ Probabilistik Pada PT. Apindowaja Ampuh Persada

10 81 196

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Model Persediaan Probabilistik dengan sistem Kuantitas Pemesanan tetap Pada PT. Central Proteina Prima Medan

18 161 161

Analisis Meminimalkan Biaya Persediaan Bahan Baku Dengan Metode EOQ, POQ Dan Silver Meal (Studi Kasus Di PT. Sinar Alam Pasundan)

1 3 1

PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PELLET DENGAN MENGGUNAKAN METODE HEURISTIC Perencanaan Persediaan Bahan Baku Pellet Dengan Menggunakan Metode Heuristic Silver-Meal Pada Pabrik Direct Reduction (Studi Kasus Di PT. Krakatau Steel).

0 1 16

EFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL.

1 3 14

ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE SILVER-MEAL HEURISTIC DAN WAGNER WHITIN ALGORITHM DI CV. FAJAR TEKNIK SEJAHTERA SIDOARJO.

0 1 80

PERENCANAAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL DI PT CLASSIC PRIMA CARPET SURABAYA.

0 0 118

EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MANUFAKTUR DENGAN PENDEKATAN HEURISTIC SILVER MEAL.

15 79 91

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MINYAK PELUMAS UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DENGAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL DI PT. ALP PETRO INDUSTRI - PASURUAN.

6 27 89

KATA PENGANTAR - ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE HEURISTIC SILVER MEAL UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PERSEDIAAN BAHAN BAKU KALENG DI PT. SINAR DJAJA CAN, GEDANGAN - SIDOARJO

0 0 17