PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MINYAK PELUMAS UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN DENGAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL DI PT. ALP PETRO INDUSTRI - PASURUAN.
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MINYAK PELUMAS UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PERSEDIAAN
DENGAN METODE HEURISTIK SILVER MEAL DI PT. ALP PETRO INDUSTRI - PASURUAN
SKRIPSI
Oleh : DWI PRASETYO NPM : 0532010089
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
ABSTRAKSI
Dalam suatu industri manufaktur peran manajemen sangatlah penting, pengaturan di segala bidang mutlak diperlukan. Dengan melakukan perhitungan, yang cermat dan disertai efisiensi diharapkan dapat menekan biaya produksi dan biaya persediaan bahan baku seminimal mungkin.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat pengendalian persediaan bahan baku minyak pelumas di PT. ALP PETRO INDUSTRI Pasuruan secara optimal sehingga dapat meminimumkan biaya persediaan. Data - data yang ada pada perusahaan mempunyai karakteristik tingkat permintaan yang bervariasi, sehingga data - data tersebut diolah dengan model pengendalian persediaan deterministik dinamis, yaitu dengan menggunakan metode Heuristic Silver Meal. Selanjutnya hasil pengolahan data dari metode tersebut dibandingkan dengan metode perusahaan.
Dengan adanya pengendaliaan persediaan maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal dengan harapan dapat ditentukan jumlah pemesanan bahan baku yang optimal sehingga dapat meminimumkan biaya persediaan di perusahaan.
Dari hasil perhitungan total biaya persediaan dengan metode riil perusahaan (TCA) sebesar Rp. 50.722.980.000 sedangkan menggunakan Heuristic Silver Meal (TCB)
sebesar Rp. 50.536.660.000. Dimana metode Heuristic Silver Meal menghasilkan Total Cost yang lebih rendah bila dibandingkan dengan metode riil perusahaan yang sebesar Rp. 50.722.980.000 atau lebih efisiensi 0,37%. Adapun perencanaan kebutuhan bahan baku pada periode Januari sampai dengan Desember 2010 adalah sebanyak 29250, adapun kebutuhan produksi untuk setiap bahan bakunya adalah sebagai berikut : Bahan baku Feed Stock sebanyak 348697 Kg untuk setiap bulannya, bahan baku Base Oil sebanyak 408733 Kg untuk setiap bulannya, bahan baku Additives sebanyak 141783 Kg untuk setiap bulannya, sehingga dapat diketahui total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan setelah dilakukan perhitungan dengan metode Heuristik Silver Meal pada periode Januari sampai dengan Desember 2010 adalah sebesar Rp. 50.051.217.600.
(3)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua perusahaan industri disengaja maupun tidak, akan selalu
mempunyai persediaan bahan baku. Bahan baku merupakan salah satu faktor yang
sangat vital bagi berlangsungnya suatu proses produksi. Persediaan bahan baku
yang melebihi kebutuhan akan menimbulkan biaya ekstra atau biaya simpan yang
tinggi. Sedangkan jumlah persediaan yang terlalu sedikit malah akan
menimbulkan biaya kerugian yaitu terganggunya proses produksi dan juga
berakibat hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan apabila ternyata
permintaan pada kondisi yang sebenarnya melebihi permintaan yang diperkirakan.
Dalam upaya mencapai target yang diharapkan, diperlukan adanya persediaan
bahan baku yang optimal sehingga tidak menggangu kelancaran proses produksi
yang berlangsung. Adanya penanganan yang tepat terhadap persediaan bahan
baku sangat diperlukan untuk mengantisipasi keadaan apabila permintaan pasar
tiba – tiba pada suatu periode tertentu. Dengan demikian produk dapat
dioptimalkan serta biaya – biaya yang terkait didalamnya ditekan se-efisien
mungkin.
PT. ALP PETRO INDUSTRI adalah perusahaan yang bergerak di bidang
industri minyak pelumas. Adapun bahan baku yang diperlukan terdiri dari 3
macam yaitu Feed Stock, Base Oil, dan Additives. Dalam kenyataannya PT. ALP
Petro Industri mengalami permasalahan dalam persediaannya, dimana
(4)
penyimpanan dan kadang - kadang pula mengalami kekurangan bahan baku yang
mengakibatkan terhentinya proses produksi sehingga perusahaan tidak dapat
memenuhi produk yang diinginkan oleh konsumen.
Dalam produksinya perusahaan menerapkan pola produksi secara kontiyu
dan berdasarkan sistem batch. Dengan sistem ini perusahaan memproduksi pakan
ternak sesuai dengan permintaan konsumen dan menjaga agar produk tersebut
tetap terjaga ketersediaannya bagi konsumen dengan cara cepat dan semudah
mungkin. Pemasaran produk berorientasi pasar dalam negeri serta melayani
pesanan yang datang dari luar negeri. Sedangkan dalam merencanakan persediaan
bahan bakunya selama ini perusahaan melakukannya dengan cara pemesanan
yang sebelumnya telah direncanakan dengan kebutuhan bahan baku yang berbeda
dimana jumlah pembelian bahan baku tersebut tidak boleh melebihi kuantitas
persediaan maksimum yang telah ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu,
pengendalian persediaan bahan baku yang optimal diharapkan dapat
meminimalkan biaya penyimpanan dan dapat menjadi salah satu jaminan
kelancaran proses produksi.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian dengan
metode Heuristik Silver Meal, dimana metode ini didasarkan atas permintaan
beberapa periode mendatang yang sudah diramalkan sebelumya, dimana periode
pembelian bahan baku dapat ditentukan secara teratur sehingga nantinya dapat
digunakan dalam penyelesaian pengendalian persediaan bahan baku.
Penggunaan metode Heuristik Silver meal ini nantinya diharapkan agar
dapat menentukan jumlah pemesanan bahan baku yang optimal sehingga dapat
(5)
penyimpanan yang cukup mahal dengan proses produksi yang lancar tidak ada
masalah keterlambatan bahan baku yang mengakibatkan terhentinya proses
produksi.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah yang
ada dapat dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku yang harus dilakukan oleh perusahaan sehingga menghasilkan total biaya persediaan yang minimum ?”
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengadaan dilakukan pada bahan baku utama yaitu : Feed Stock, Base Oil,
dan Additives.
2. Data permintaan yang digunakan adalah bulan Januari sampai dengan
Desember 2009.
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pokok permasalahan yang telah
disampaikan di atas, namun secara lebih spesifik dapat disebutkan sebagai
berikut :
1. Untuk menentukan jumlah pemesanan bahan baku yang optimal.
(6)
1.5 Asumsi
Dalam menyelesaikan penelitian untuk mencapai hasil yang diinginkan
digunakan asumsi - asumsi sebagai berikut :
1. Dalam proses produksi, produk yang diamati berada pada kondisi normal dan
berjalan dengan baik.
2. Pengadaan bahan baku tidak mengalami kesulitan.
3. Tidak terdapat gangguan dari mesin - mesin produksi.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
a. Bagi Penulis
Agar dapat memperluas wawasan, pengetahuan, pengalaman dan dapat
menerapkan metode Heuristik Silver Meal serta ilmu yang telah didapatkan di
perguruan tinggi.
b. Bagi Universitas
Dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh rekan - rekan mahasiswa untuk
dapat memecahkan masalah persediaan bahan baku.
c. Bagi Perusahaan
Dapat dijadikan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam
mengendalikan bahan baku.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini sistematika yang dipergunakan adalah
(7)
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang munculnya permasalahan,
batasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi,
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini dikemukakan tentang teori yang berkaitan dengan
pokok permasalahan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi mengenai tempat dan waktu penelitian,
langkah-langkah pemecahan masalah yang mencakup identifikasi dan
perumusan masalah, metode pengumpulan dan pengolahan data,
serta analisa dan kesimpulan.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas pengumpulan data yang diperlukan
untuk analisa masalah, serta pembahasan terhadap data yang
terkumpul.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini menyimpulkan dan memberikan saran dari hasil
penelitian dan pengolahan data tersebut.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(8)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan bahan baku merupakan aspek yang sangat
penting bagi perusahaan, karena tanpa adanya pengendalian persediaan bahan
baku yang baik maka berdampak pula bagi operasioanal produksi pada
perusahaan tersebut.
Pada dasarnya pengendalian persediaan ini dapat diartikan dalam dua
kata yang berbeda yaitu pengendalian dan persediaan, pengendalian dan
persediaan tersebut akan diperjelas pada pembahasan berikutnya.
2.1.1 Pengertian Pengendalian
Menurut Arman Hakim (2003), secara sederhana pengendalian dapat
didefinisikan sebagai proses yang dibuat untuk menjaga upaya realisasi dari suatu
aktivitas sesuai dengan yang direncanakan.
Menurut Sofjan Assauri (1993:229) Pengendalian merupakan salah satu
kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam
seluruh proses operasi produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah
direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian adalah suatu
cara atau usaha untuk mendapatkan segala sesuatu yang telah direncanakan sesuai
(9)
pembantu serta metode proses produksi dan faktor-faktor lain yang mendukung
terhadap pencapaian tujuan.
2.1.2 Pengertian Persediaan
Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan
ataupun perusahaan pabrik serta perusahaan jasa selalu mengadakan persediaan.
Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa
perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang
memerlukan atau meminta barang atau jasa yang dihasilkan. Hal ini mungkin
terjadi, karena tidak selamanya barang-barang atau jasa-jasa tersedia pada setiap
saat, yang berarti pula para pengusaha akan kehilangan kesempatan memperoleh
keuntungan yang seharusnya ia dapatkan.
Jadi persediaan sangat penting artinya untuk setiap perusahaan yang
menghasilkan suatu barang atau jasa. Persediaan diadakan apabila keuntungan
yang diharapkan dari persediaan tersebut (terjadinya kelancaran usaha) hendaknya
lebih besar daripada biaya-biaya yang ditimbulkan. Berikut akan diuraikan
beberapa pengertian persediaan oleh para ahli.
1. Menurut Assauri Sofjan (1993:219) adalah suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang
normal, atau persediaan yang masih dalam proses produksi, ataupun
persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses
produksi serta barang-barang jadi yang disediakan untuk memenuhi
(10)
2. Menurut Eddy Herjanto (1999:219) adalah bahan atau barang yang disimpan
yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses
produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, dan untuk suku cadang dari
suatu peralatan atau mesin.
3. Menurut Arman Hakim Nasution (1995:1) persediaan adalah sumber daya
menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang
dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi
pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun
kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga.
Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
persediaan merupakan sejumlah bahan, parts yang disediakan dan
bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta
barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari
komponen atau langganan setiap waktu.
Adapun alasan diperlakukannya persediaan oleh perusahaan adalah
karena :
1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk
memindahkan produk dari suatu tingkat proses lain, yaitu disebut persediaan
proses dan pemindahan.
2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuat
skedul operasinya secara bebas, tidak tergantung dari yang lainnya.
Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari bentuk bahan mentah
(11)
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan
yang dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga
dapat digunakan bila bahan tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus
produksi.
5. Mencapai penggunaan masin yang optimal.
Arman Hakim (2003:95) dalam sistem manufaktur, persediaan terdiri
dari 3 bentuk sebagai berikut :
a. Persediaan bahan baku.
Yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, barang yang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun
dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku. Bahan
baku yang dimaksud di sini adalah bahan baku yang diperlukan pabrik untuk
diolah menjadi barang jadi maupun barang setengah jadi.
b. Persediaan barang setengah jadi.
Yaitu persediaan yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam suatu perusahaan
atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu
proses untuk kemudian menjadi barang jadi. Tetapi mungkin saja barang
(12)
c. Persediaan barang jadi.
Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam
pabrik dan siap dijual kepada konsumen. Biaya-biaya yang meliputi
pembuatan produk selesai ini terdiri dari biaya bahan baku, upah langsung
serta biaya overhead yang berhubungan dengan produk tersebut.
Barang setengah jadi
Gambar 2.1 Proses Transformasi
Barang jadi Proses produksi
Bahan baku
Teguh Baroto (2002:53) mengutarakan penyebab timbulnya persediaan
adalah sebagai berikut :
a. Mekanisme pemenuhan atas permintaan
Permintaan akan suatu barang tidak dapat dipenuhi segera bila barang tersebut
tidak tersedia sebelumnya, karena pada dasarnya untuk mengadakan
dibutuhkan waktu pembuatan dan waktu untuk mendatangkannya. Hal ini
berarti bahwa pengadaan persediaan merupakan suatu hal yang sulit
dihindarkan.
b. Adanya keinginan untuk meredam ketidakpastian
Ketidakpastian yang dimaksudkan adalah :
1. Adanya permintaan yang bervariasi dan tidak pasti baik dalam jumlah
maupun saat datangnya permintaan.
2. Waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara produk yang satu
dengan produk yang lainnya.
3. Waktu ancang-ancang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena
(13)
c. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan besar dari kenaikan harga barang dimasa yang akan datang.
Dari uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa persediaan
adalah suatu aktiva yang dimiliki perusahaan baik itu bahan baku, barang
setengah jadi maupun barang jadi yang berfungsi untuk menjamin pemenuhan
permintaan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen maupun kebutuhan
produksi. Sehingga persediaan yang dikelola oleh suatu perusahaan dapat
mencapai mekanisme suatu kondisi yang optimal.
Persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan menurut
beberapa cara.
a. Dilihat dari fungsinya, persediaan dapat dibedakan atas : (Sofjan Assauri,
1993:221)
1. Batch Stock atau Lot Size Inventory
Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat
bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah
yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau
pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar, sedang penggunaan atau
pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan
bahan atau barang yang dilakukan lebih banyak daripada yang dibutuhkan.
2. Fluctuation Stock
Adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan
mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen,
(14)
atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih
dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka
persediaan ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk
menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.
3. Anticipation Stock
Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam
satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan
yang meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula
untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga
tidak mengganggu jalannya produk atau menghidari kemacetan produksi.
b. Menurut Teguh Baroto (2002) persediaan dapat dikelompokkan dalam lima
kategori yaitu sebgai berikut :
1. Persediaan bahan mentah (raw materials)
Yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, barang mana yang diperoleh dari sumber-sumber alam atau
dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi
perusahaan pabrik yang menggunakannya.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan atau parts yang dibeli (purchased
parts/component stock)
Yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari
perusahaan lain, yang dapat secara langsung di-assembling dengan parts
(15)
3. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in
process/progress)
Yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam
suatu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk,
tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
4. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang pelengkap (supplies
stock)
Yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam
proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang
dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan
bagian atau komponen dari barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods stock)
Yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah
dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.
Setelah diketahui pengertian tentang pengendalian dan persediaan, maka
dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk
menentukan tingkat dan komposisi persediaan, baik itu berupa bahan baku, bahan
pembantu maupun barang jadi, sehingga perusahaan dapat melindungi kelancaran
proses produksinya maupun memenuhi permintaan konsumen serta kebutuhan
pembelanjaan secara efektif dan efisien.
Dengan kata lain suatu tindakan untuk mempertahankan suatu sistem
yang telah dikelola baik itu mengenai kebijaksanaan bahan dasar, bahan pembantu
maupun terhadap proses produksi bahkan memberikan koreksi agar senantiasa
(16)
maupun pemenuhan terhadap permintaan konsumen sesuai dengan apa yang telah
direncanakan oleh perusahaan. Sistem pengendalian persediaan dapat dibedakan
menjadi :
A. Pengendalian Persediaan Tradisional, yaitu :
1. Deterministik Statis, antara lain :
a. EPQ
b. EPQ untuk multi item
c. EOQ dengan potongan harga
d. EOQ dengan ‘Back Order’
e. EOQ untuk multi item
f. EOQ untuk multi item dengan permintaan bervariasi dalam lot size
g. EOQ untuk multi item dengan keterbatasan gudang
2. Deterministik Dinamis, antara lain :
a. Algorithma Within – Wagner
b. Heuristik Silver Meal
3. Probabilistik, antara lain :
a. Metode P
b. Metode Q
B. Material Requirement Planning (MRP)
C. JIT (Just In Time)
2.2 Tujuan Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan pada perusahaan mempunyai tujuan tertentu,
adapun tujuan pengendalian persediaan menurut beberapa ahli adalah sebagai
(17)
a. Tujuan pengendalian persediaan menurut Assauri (1993: 230) :
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak
terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari
persediaan tidak terlalu besar.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini
akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
b. Freddy Rangkuti (1995), menyatakan tujuan pengendalian persediaan adalah
sebagai berikut :
1. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan.
2. Supaya pembentukan persediaan stabil.
3. Menghindari pembelian barang secara kecil-kecilan.
4. Pemesanan yang ekonomis.
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan
kuantitas dari barang-barang atau bahan-bahan agar bahan atau barang tersebut
tersedia pada waktu yang dibutuhkan sehingga biaya yang ditimbulkan dapat
seminim mungkin.
2.3 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Persediaan
Dalam menyelenggarakan persediaan bahan baku terdapat faktor-faktor
(18)
satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut menurut Agus Ahyari (1986:163)
sebagai berikut :
a. Perkiraan Pemakaian Bahan Baku
Sebelum perusahaan mengadakan pembelian bahan baku, maka sebaiknya
manajemen berusaha untuk dapat mengadakan penyusunan perkiraan bahan
baku untuk keperluan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Berapa
banyak unit bahan baku yang akan dipergunakan untuk keperluan proses
produksi dalam satu putaran produksi dengan mendasarkan diri pada
perencanaan produksi maupun jadwal produksi yang telah disusun.
b. Harga Bahan Baku
Harga bahan baku merupakan salah satu penentu terhadap persediaan yang
akan dipergunakan dalam produksi oleh perusahaan, karena harga bahan baku
akan mempengaruhi seberapa besar dana yang harus disediakan oleh
perusahaan untuk membeli bahan baku tersebut dalam jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan.
c. Kebijakan Pembelanjaan
Kebijakan pembelanjaan dalam pembelanjaan perusahaan akan dapat
mempengaruhi seluruh kebijakan pembelian perusahaan, demikian pula
sebaliknya seberapa besar dana yang akan dipergunakan dalam persediaan,
apakah dana untuk persediaan bahan baku ini akan memperoleh prioritas
utama, kedua atau bahkan terakhir. Disampuing hal tersebut tentunya
kemampuan financial dari perusahaan yang bersangkutan secara keseluruhan
akan juga mempengaruhi kemampuan perusahaan yang berhubungan dengan
(19)
d. Pemakaian Bahan Baku
Pemakaian bahan baku oleh perusahaan pada periode-periode yang lalu untuk
keputusan proses produksi akan dapat dipergunakan sebagai salah satu dasar
pertimbangan didalam menyusun atau merencanakan kebijaksanaan
penyelenggaraan persediaan bahan baku.
e. Waktu Tunggu
Waktu tunggu yang dimaksud adalah waktu tenggang yang diperlukan antara
saat pemesanan bahan baku tersebut dengan datangnya bahan baku yang
dipesan. Waktu tunggu ini sangat penting untuk diperhatikan, karena hal ini
berhubungan langsung dengan penggunaan bahan baku tersebut pada saat
diperlukan untuk proses produksi. Apabila waktu tunggu ini tidak diperhatikan,
maka akan mengakibatkan kekurangan bahan baku.
f. Model Pembelian
Model yang akan dipergunakan oleh perusahaan tentunya akan disesuaikan
dengan situasi dan kondisi dari persediaan bahan baku yang bersangkutan. Dan
juga terjadi didalam perusahaan dipergunakan model pembelian yang akan
berbeda untuk beberapa jenis bahan baku, karakteristik dari masing-masing
bahan baku akan dijadikan dasar model pembelian bahan baku yang sesuai
dengan masing-masing bahan baku tersebut. Sampai saat ini model pembelian
dengan kuantitas yang optimal.
g. Persediaan Pengaman (safety stock)
Pada umumnya untuk menanggulangi adanya kehabisan persediaan bahan baku
dalam perusahaan, maka perusahaan tersebut akan mengadakan persediaan
(20)
kekurangan bahan baku. Dengan adanya persediaan pengaman maka proses
produksi dalam perusahaan berjalan tanpa adanya gangguan kekurangan bahan
baku walaupun bahan baku yang dibeli datangnya terlambat. Persediaan ini
dibuat dalam jumlah tertentu dan merupakan suatu jumlah yang tetap dalam
suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya. Ada beberapa faktor yang
menentukan besarnya persediaan pengaman, antara lain :
a. Penggunaan bahan baku
b. Faktor waktu
c. Biaya-biaya yang digunakan
h. Pemesanan Kembali
Didalam pelaksanaan operasi perusahaan maka bahan baku yang diperlukan
untuk proses produksi tidak akan cukup apabila hanya dilakukan sekali saja.
Maka secara berkala perusahaan akan mengadakan pembelian kembali
terhadap bahan baku yang akan dipergunakan dalam proses produksi didalam
perusahaan tersebut. Dalam melaksanakan pembelian kembali, perusahaan
akan mempertimbangkan panjang waktu tunggu yang diperlukan dalam
pembelian bahan baku, sehingga bahan baku tersebut datang tepat waktunya.
Hal ini dilakukan mengingat apabila sampai terjadi keterlambatan datangnya
bahan baku, maka akan menyebabkan kemacetan produksi yang pada
gilirannya akan mengakibatkan timbulnya biaya ekstra. Sebaliknya apabila
kedatangan bahan baku terlalu awal, maka akan menyebabkan penumpukkan
bahan baku. Kedua hal ini tentunya tidak akan menyebabkan keuntungan bagi
perusahaan, justru kedua hal tersebut mengakibatkan kerugian yang cukup
(21)
2.4 Model Pengendalian Persediaan
Ditinjau dari sifat kejadiannya, permintaan bahan baku dapat
dikelompokkan dalam dua bagian besar, yaitu sifat kebutuhan bahan baku itu
secara pasti (deterministic) atau bersifat probabilistik. Dibawah ini digambarkan
klasifikasi permintaan bahan baku (Arman Hakim, 1995 : 11).
Statis Dinamis Stasioner Non stasioner Deterministik Probabilistik
Gambar 2.2 Klasifikasi permintaan
Permintaan
2.4.1 Model Pengendalian Persediaan Deterministik
Model pengendalian persediaan deterministik adalah suatu model
persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian persediaan adalah
dianggap selalu sama atau tidak akan mengalami perubahan (Masril, 1995:54).
Model ini tidak peka terhadap perubahan permintaan, lead time, maupun
biaya-biaya yang timbul.
Model deterministik ini terbagi menjadi dua bagian menurut sifat dan
kejadiannya, yaitu model deterministik statis dan model deterministik dinamis.
Dikatakan model deterministik statis apabila tingkat konsumsi diketahui dan tetap
konstan sepanjang waktu, sedangkan dapat dikatakan model deterministik dinamis
apabila tingkat permintaan diketahui dengan pasti tetapi sifat permintaannya
(22)
2.4.2 Model Pengendalian Persediaan Probabilistik
Model pengendalian persediaan probabilistik adalah suatu model
pengendalian persediaan dimana parameter dari sistem pengendalian tidak dapat
diketahui dengan pasti atau bervariasi. Dalam model pengendalian persediaan
probabilistik, parameter yang paling dominasi dalam menentukan suatu sistem
pengendalian probabilistik adalah permintaan dan lead time, sehingga dapat
disimpukan model dikatakan probabilistik, bila salah satu dari permintaan atau
waktu tunggu atau bahkan keduanya tidak dapat diketahui dengan pasti, dimana
perilakunya harus diuraikan dengan distribusi probabilistik. Adapun distribusi
probabilistik yang mungkin terjadi adalah : (Masriel, 1995:54)
1. Tingkat permintaan atau tingkat pemakaian konstan tetapi lead time
berubah-ubah.
2. Lead time konstan tetapi permintaan atau pemakaian berubah-ubah.
3. Baik lead time maupun permintaan bervariasi.
2.4.3 Model Pengendalian Heuristik Silver Meal
Metode Heuristik Silver Meal didasarkan atas permintaan beberapa
periode mendatang yang sudah diramalkan sebelumnya. Metode ini ditemukan
oleh Edward Silver dan Harlan Meal yang menyatakan bahwa pembelian bahan
hanya dibebankan pada awal periode sedang biaya simpan hanya dibebankan pada
bahan yang disimpan lebih dari satu periode. Heuristik Silver Meal dimulai pada
permulaan periode pertama, dimana pembelian bahan baku dilakukan bila
(23)
Formulasi dari metode Heuristik Silver Meal menurut Tersine (1994: 186)
adalah sebagai berikut :
1. Menghitung Total Relevan Cost (TRC)
T
T periode pada
simpan biaya
Total C
T T
TRC( ) . . . . .
T
t
Rk k
ph C T
T TRC
1
) 1 ( )
(
Dimana :
C = Biaya pesan
N = Friksi biaya simpan
P = Biaya pengadaan
Pn = Biaya simpan
TRC (F) = Total Relevan Cost tiap periode
T = Waktu Pengadaan
Rk = Permintaan rata-rata dalam periode k
Sedangkan menurut Arman Hakim Nasution (1995) penyelesaian
heuristik memberikan penyelesaian yang lebih sederhana. Ada beberapa
pendekatan heuristik tetapi metode Heuristik Silver Meal mudah digunakan dan
memberikan pola pembelian yang terbaik dibandingkan dengan pendekatan
heuristik lainnya.
Pendekatan Heuristik Silver Meal mirip dengan EOQ, tetapi dalam
perhitungannya didasarkan pada variabel periode pembelian dan bukan
berdasarkan total permintaan selama masa perencanaan.
Bila t adalah jumlah satuan waktu selama periode pembelian maka :
Rata-rata biaya pembelian periode t persatuan waktu = Biaya pesan+Biaya simpan T
(24)
Atau
t h D t D D D kAC 1 1 1 2 1 2 3 1 3 ... 1 t TU
Dimana :
TU AC
= Rata-rata biaya persediaan per satuan waktu
H
simpan, sehingga veriabel Dt pada persamaan
diatas dapat diabaikan.
Aturan penyelesaian adalah menghitung K = Biaya per pesan
Dt = Permintaan selama periode t
= Biaya simpan per unit, per periode dimana pada periode 1 (t+1)
tidak ada biaya
TU AC
untuk periode pembelian
yang berurutan sampai nilai TU
AC
terendah merupakan periode pembelian dan
rupakan jumlah kebutuhan selama periode tersebut.
=
2. Me
Adapun bentuk dari pada tabel tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel an
Periode T Kebutuhan
jumlah bahan yang dibeli me
Qt D1 + D2 + D3 +...+Dt.
mbuat tabel pengadaan
2.1. Pengada TU AC P kembali embelian
T T TRC TBila TRC T 1 ( ) Maka pada periode T + 1 tersebut diadakan 1
(25)
dari 1sehingga biaya simpan (Holding Cost) kembali ke 0 serta terjadi biaya
pesan (C) kembali.
3. Me abel p n per
Tabel 2.2. P
belian Simpan Total Biaya mbuat t engendaliaa sediaan
engendalian Persediaan
Bulan Kebutuhan Pem
4. Menghitung Tingkat Efisiensi Biaya
% 100
A B C
Eff A
T TC TC
na :
CA : Total Cost kebijaksanaan pengendalian persediaan perusahaan.
aan.
iaya sistem persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya
rman Hakim Nasution, 1995 : 6)
a
etap maka ongkos persatuan unit adalah tetap. Dima
T
TCB : Total Cost perhitungan Heuristic Silver Meal.
2.5 Komponen Biaya yang Terlibat dalam Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah
semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persedi
B
simpan dan biaya kekurangan persediaan. (A
2.5.1 Biaya Pembelian (Purchase Cost)
Biaya pembelian menurut beberapa para ahli sebagai berikut :
1. Menurut Tersine (1994) menyatakan bahwa biaya pembelian adalah harg
pembelian perproduksi yang memperlihatkan dua jenis biaya yaitu :
(26)
b. Apabila diskon tersedia, maka harga persatuan unit bervariasi bergantung
pada jumlah pembeliaan.
2. Menurut Zulian Yamit (2003 : 9) biaya pembelian adalah harga perunit
apabila item dibeli dari pihak luar atau biaya produksi perunit apabila
diproduksi dalam perusahaan. Biaya perunit akan selalu menjadi bagian dari
biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya perunit
adalah harga beli diatmbah biaya angkutan. Sedangkan untuk item yang
diproduksi didalam perusahaan, biaya perunit adalah termasuk biaya tenaga
brik.
erupakan suatu ukuran
aruhi oleh jumlah pesanan yang dilakukan.
eliputi antara lain :
kegudang
kerja, bahan baku dan biaya overhead pa
2.5.2 Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pemesanan menurut beberapa para ahli sebagai berikut :
1. Menurut Biegel (1992:88) biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang timbul
sebagai akibat dari kegiatan pemesanan yang dilakukan perusahaan. Biaya
pemesanan ini meliputi : biaya-biaya yang berhubungan langdung dengan
masalah pemesanan bahan diantaranya adalah biaya persiapan pembelian,
biaya pemeriksaan bahan, biaya transportasi dan lain-lain yang berhubungan
dengan kegiatan pemesanan. Biaya pemesanan ini m
biaya yang terjadi yang dipeng
Biaya-biaya tersebut m
a. Biaya pengiriman
b. Biaya pengepakan
c. Biaya restribusi
(27)
e. Biaya pengiriman pesanan
f. Biaya pengangkutan bila alat transportasinya menyewa
biaya-biaya pemesanan secara
eliputi :
sanan dan biaya ekspedisi
enyurat
angan
rupa : biaya pembuatan
pesanan (order) dibuat dan dikirim kepenjual, sampai
barang-barang atau bahan-bahan tersebut terkirim dan diserahkan serta diinspeksi
2.5.3 Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Biaya penyimpanan menurut beberapa ahli sebagai berikut : 2. Menurut Handoko T. Hani (1984:337)
terperinci m
a. Pemrosesan pe
b. Upah
c. Biaya telepon
d. Pengeluaran surat m
e. Biaya pengepakan dan penimb
f. Biaya pemeriksaan
g. Biaya pengiriman ke gudang
3. Menurut Zulian Yamit (2003:9) adalah biaya yang berasal dari pembelian
pesanan dari supplier atau biaya persiapan (setup cost) apabila item diproduksi
didalam perusahaan. Biaya pemesanan ini dapat be
daftar permintaan, menganalisis supplier, membuat pesanan pembelian,
penerimaan bahan dan pelaksanaan proses transaksi.
4. Menurut Sofjan Assauri (1993:223) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual,
sejak dari
(28)
1. Menurut Zulian Yamit (2003 : 9) biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan
atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi secara
fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya penyimpanan meliputi :
a. Biaya asuransi bahan
b. Biaya gudang
c. Biaya kerusakan atau penyusutan
d. Biaya pemindahan bahan
e. Biaya kadaluarsa bahan
2. Menurut Handoko T. Hani (1984 : 336) biaya penyimpanan terdiri dari atas
biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan.
Biaya penyimpanan perperiode akan semakin besar apabila kuantitas bahan
yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan akan semakin tinggi.
Biaya-biaya yang termasuk didalam biaya penyimpanan ini adalah :
a. Biaya keusangan
b. Biaya pajak persediaan
c. Biaya penanganan persediaan
2.5.4 Biaya Kehabisan Stok (Stock Out Cost)
Biaya kehabisan stok menurut beberapa para ahli sebagai berikut :
Menurut Sofjan Assauri (1993) menyatakan bahwa Yang dimaksud
dengan biaya ini adalah biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya
persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau
biaya-biaya tambahan yang diperlukan karena seorang langganan meminta atau
(29)
Disamping juga dapat merupakan biaya-biaya yang timbul akibat pengiriman
kembali pesanan (BackOrder) tersebut.
Sedangkan Zulian Hamid (2003) Biaya kekurangan dari luar perusahaan
dapat berupa backorder, biaya kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya
kehilangan kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam
perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas. Biaya
kekurangan persediaan dapat diukur dari :
a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi
Kekurangan persediaan dapat diukur dari keuntungan yang hilang karena
tidak terpenhi permintaan atau akibat dari terhentinya produksi. Kondisi ini
biasa diistilahkan sebagai biaya pinalti atau hukuman kerugian bagi
perusahaan dan dihitung dengan satuan, misalnya Rp/unit.
b. Waktu pemenuhan
Lamanya gudang kosong berati lamanya proses produksi terhenti atau lama
perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur
tersebut dapat diartikan sebagai utang yang hilang.
c. Biaya pengadaan
Supaya konsumen tidak kecewa, maka diadakannya pengadaan darurat yang
biasannya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal.
Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dijadikan ukuran
menentukan biaya kekurangan persediaan.
Biaya yang dipergunakan dalam mengevaluasi kebijaksanaan menurut
Arman hakim Nasution (1995) adalah hanya biaya-biaya yang bersifat variabel
(30)
mempengaruhi hasil optimal, oleh karena itu biaya ini perlu diabaikan, misalnya
sewa gudang dan gaji pegawai harus dimasukkan dalam biaya operasional
produksi atau sebagai unsur biaya overhead perusahaan.
2.6 Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Tujuan perencanaan dan pengawasan produksi adalah untuk dapat
berhasil tercapainya tujuan perusahaan yaitu kelancaran operasi dan kelangsungan
hidup serta dapat berkembangnya perusahaan. Dalam rangka usaha untuk
mencapai tujuan perencanaan dan pengawasan produksi ini, kegiatan pengawasan
persediaan yang dilakukan haruslah didasarkan atas perencanaan dan pengawasan
produksi yang telah ditetapkan dan dijalankan. Besarnya volume produksi dan
schedule produksi yang telah ditentukan akan menentukan besarnya persediaan
optimum, besarnya pesanan dan schedule pesanan yang akan dilakukan.
Supaya perencanaan dan pengawasan produksi dengan pengawasan
persediaan dapat berjalan secara efektif, keduanya harus berjalan bersama-sama.
Perencanaan dan pengawasan produksi mengusahakan agar proses produksi dapat
berjalan dengan lancar dan efisien serta sesuai dengan schedule yang ditetapkan.
Sedangkan pengawasan persediaan mengatur besarnya persediaan bahan-bahan
yang dapat menjamin lancarnya produksi serta kelangsungan produksi dengan
biaya yang sekecil-kecilnya, seperti apa yang diharapkan dalam perencanaan dan
(31)
2.7 Hubungan Pengendalian Persediaan dengan Efisiensi Penggunaan Modal Perusahaan
Antara pengendalian persediaan dengan efisiensi dalam penggunaan
modal kerja perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat. Bahwa setiap
perusahaan dapat menjamin kelangsungan usahanya perlu mengadakan
persediaan, untuk mengadakan persediaan diperlukan sejumlah uang untuk
diinvestasikan dalam persediaan tersebut. Oleh karena itu setiap perusahaan
haruslah dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimal, baik
dalam jumlah mutu maupun kualitas yang tepat dengan biaya yang
serendah-rendahnya (Assauri, 1980:219).
2.8 Peramalan
Peramalan adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan
untuk suatu produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu dimasa
yang akan datang. Oleh karena itu, pada dasarnya peramalan adalah suatu
taksiran, tetapi dengan menggunakan cara-cara tertentu permalan dapat lebih dari
pada hanya suatu taksiran.
Peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk-produk
yang diharapkan akan terealisasi untuk jangkau waktu tertentu pada masa yang
akan datang. Peramalan permintaan ini akan menjadi masukan yang sangat
penting dalam keputusan perencanaan dan perngendalian perusahaan. Karena
bagian operasional produksi bertanggung jawab terhadap pembuatan produk yang
dibutuhkan konsumen, maka keputusan-keputusan operasi produksi sangat
(32)
untuk meramalkan permintaan dari produk yang bersifat bebas (tidak tergantung),
seperti peramalan produk jadi. (Biegel 1992)
2.8.1 Kegunaan Peramalan Permintaan
Bila ramalan telah dibuat, suatu manfaat dan tujuan harus dapat diperoleh
dan dipersiapkan, sehingga dapat mempengaruhi sifat ramalan. Dalam hal ini
beberapa kegunaan dari peramalan, yakni :
a. Menentukan kebijaksanaan dalam penyusunan penganggaran.
b. Pengawasan produksi.
c. Membantu kegiatan perencanaan dan pengawasan produksi.
d. Mengurangi banyaknya biaya produk secara keseluruhan.
e. Perencanaan perluasan pabrik.
f. Mengurangi dan mengganti produk yang kurang memberi keuntungan.
g. Pengawasan pembelanjaan.
h. Menyusun kebijaksanaan kepegawaian yang lebih efektif.
Setiap peramlan harus memenuhi salah satu kegunaan diatas. Diperlukan
waktu tertentu untuk membuat kebijaksanaan dan waktu untuk membuat laporan
hasil kebijaksanaan tersebut.
2.8.2 Tipe Peramalan
Pengklasifikasian metode peramalan dapat dilihat dari kegunaan dan
jangkauan waktu yang ditempuh. Namun jangkauan waktu dan kegunaan
seringkali tidak dapat dipisahkan. Kegunaan ditentukan oleh jangkauan waktu dan
(33)
1. Peramalan Fasilitas
Peramalan fasilitas memerlukan jangkauan waktu perencanaan fasilitas dan
waktu konstruksi ditambah waktu pengembangan fasilitas. Peramalan fasilitas
membutuhkan data output maksimum yang diharapkan.
2. Peramalan Perencanaan Produksi
Peramalan perencanaan produksi memerlukan jangkauan waktu beberapa siklu
permintaan dengan penjualan musiman. Peramalan membutuhkan data volume
produk sesuai dengan tipe yang dipilih.
3. Peramalan Produk
Peramalan produk memerlukan tenggang waktu tunggu ditambah data stasiun
produk yang dijual.
2.8.3 Macam - macam Peramalan
Dalam penyusunan peramalan bagi perusahaan tidak akan lepas
kaitannya dengan jangka waktu dari peramalan itu sendiri. Suatu metode tidak
selamanya dapat dipergunakan oleh perusahaan tersebut. Dengan kata lain dapat
disebutkan bahwa peramalan hanya berlaku untuk suatu jangka waktu tertentu.
Waktu periode yang lain haruslah disusun kembali sehingga perusahaan harus
selalu menyusun peramalan secara periodik atau berkala Peramalan dibedakan
menjadi dua macam :
a. Peramalan Subyektif
Adalah peramalan yang didasarkan pada perasaan atau intuisi orang yang
menyusunnya. Dalam hal ini pandangan orang yang menyusun sangat
(34)
b. Peramalan Obyektif
Adalah peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu.
Peramalan ini menggunakan teknik-teknik dan metode dalam
penganalisaannya.
2.8.4 Jangka Waktu Peramalan
Jangka waktu peramalan dibedakan atas :
1. Peramalan Jangka Pendek
Ramalan ini merupakan jenis ramalan yang paling banyak digunakan oleh
perusahaan. Basanya ramalan ini mencakup perkiraan tentang produk yang
dihasilkan dalam jangka waktu satu tahun atau kurang. Ramalan ini
memberikan dasar pada :
a. Penyusunan anggaran permintaan dan belanja perusahaan
b. Pedoman bagi perencanaan produksi
c. Pengawasan persediaan barang jadi
d. Penentuan kebutuhan tenaga kerja dan bahan baku pada masa yang akan
datang.
Ramalan jangka pendek ini biasanya dinyatakan dalam nilai suatu fisik
kemudian dipecahkan atau dibagi menurut macam hasil produksi, modal hasil
perusahaan tersebut dan dokumen
2. Peramalan Jangka Panjang
Ramalan ini mencakup perkiraan tentang produk yang dihasilkan perusahaan
selama lima tahun yang akan datang atau lebih. Ramalan jangka panjang ini
(35)
informasi dalam mengambil keputusan dengan garis-garis kegiatan yang
memakan waktu untuk pelaksanaannya. Perbedaan dalam tujuan dari ramalan
jangka panjang terlihat dalam misi dan maksudnya, seperti pengembangan
produk, perluasan kapasitas, atau penanaman modal yang biasanya terbatas
pada perkiraan luas tentang volume penjualan. Pada dasarnya perusahaan
harus melakukan kedua macam ramalan ini. Hal ini disebabkan ramalan
jangka panjang sangat diperlukan untuk memperkirakan posisi umum
perusahaan.
2.9 Metode Peramalan
Pada sub bab ini akan menjelaskan segala macam metode peramalan
yang dapat digunakan pada peramalan permintaan.
2.9.1 Metode Peramalan Kualitatif
Peramalan kualitatif umumnya bersifat subyektif, dipengaruhi oleh
intuisi, emosi, pendidikan dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, hasil
peramalan dari satu orang dengan orang yang lain dapat berbeda. Meskipun
demikian, peramalan dengan metode kualitatif tidak berarti hanya menggunakan
intuisi, tetapi seringkali mengikutsertakan model-model statistik sebagai bahan
masukan dalam melakukan judgement (pendapat, keputusan), dan dapat dilakukan
secara perseorangan maupun kelompok. Dalam peramalan secara kualitatif
dikenal 4 metode yang umum dipakai : (Biegel, 1992)
1. Juri Opini Eksekutif
(36)
3. Gabungan Tenaga Penjualan
4. Survei Pasar
2.9.2 Metode Peramalan Kuantitatif
Peramalan kuantitaif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi sebagai
berikut :
1. Tersedia informasi tentang masa lalu.
2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.
3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut
di masa mendatang.
Metode kuantitatif yang digunakan dalam perkiraan, pada dasarnya dapat
dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu :
1. Metode Kausal
Metode kausal mengasumsikan faktor yang diperkirakan menunjukkan
adanya hubungan sebab akibat dengan satu atau beberapa variabel bebas.
Maksud dari metode kausal adalah menemukan bentuk hubungan tersebut dan
menggunakannya untuk meramalkan nilai dari variabel tidak bebas.
2. Metode Deret Berkala
Metode deret berkala adalah metode yang digunakan untuk menganalisis
serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Langkah penting dalam
memilih suatu metode deret berkala yang tepat adalah dengan
mempertimbangkan jenis pola data sehingga ini yang paling tepat dengan
(37)
2.9.3 Double Moving Average
Nilai rata-rata (dari semua data masa lalu) dan rata-rata bergerak (dari
nilai yang terakhir), bila digunakan sebagai ramalan untuk periode mendatang
tidak dapat mengatasi trend yang ada. Disini dijelaskan suatu variasi sari prosedur
rata-rata bergerak diinginkan untuk dapat mengatasi adanya trend secara lebih
baik.
Untuk mengurangi kesalahan secara sistematis yang terjadi bila rata-rata
bergerak dipakai pada data kecenderungan maka dikembangkan metode rata-rata
bergerak linier (linier moving average).
Dasar metode ini adalah menghitung rata-rata bergerak yang kedua.
Rata-rata bergerak “ganda” ini merupakan rata-rata bergerak, dan menurut simbol
dituliskan sebagai MA (M N) dimana artinya adalah MA M-periode dari MA N-periode. Jadi prosedur peramalan rata-rata bergerak linier meliputi tiga aspek
yaitu:
1. Penggunaan rata-rata bergerak tunggal pada waktu t (ditulis S’t).
2. Penyesuaian, yang merupakan perbedaan antara rata-rata bergerak tunggal
dan ganda pada waktu t (ditulis S’t – S”t).
3. Penyesuaian untuk kecenderungan dari periode t ke periode t-1 (atau
keperiode t+m jika kita ingin meramalkan m periode kemuka).
Secara umum pembahasan tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :
Prosedur rata-rata bergerak linier secara umum dapat diterangkan melalui
persamaan berikut :
1. Menghitung rata-rata bergerak pertama :
S’t =
N
X ... X
X
(38)
2. Menghitung rata-rata bergerak kedua :
S”t =
N
' S ... '
S ' S '
St t1 t2 tN1
3. Menghitung perbedaan kedua rata-rata :
at = S’t + (S’t-1 + S”t-2) = 2 S’t – S”t 4. Menghitung dengan trend :
Bt = 2 / N – 1 (S’t – S”t) 5. Menghitung ramalan periode m :
Ft+m = at + btm Ft+m = St + bt m
2.10 Langkah - langkah Peramalan
Dalam melakukan peramalan agar diperoleh hasil yang sesuai dengan
yang diinginkan, maka diperlukan langkah-langkah pembuatan peramalan yang
baik. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :
2.10.1 Diagram Pencar
Pembuatan diagram pencar ini didasarkan pada data permintaan dengan
membuat plot pada diagram yang menunjukkan hubungan antara data permintaan
pada sumbu Y dengan waktu pada sumbu t.
2 4 6 8 10 12 Y
t 5 6 7 8
4 3 2 1
(39)
2.10.2 Jenis Pola Data
Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala (time series)
yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode
yang paling tepat dengan pola dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi 4
jenis siklus (Cyiclical dan Trend). (Makridakis, 1992)
1. Pola Horizontal
Terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan
(deret seperti ini adalah “stasioner” terhadap nilai rata-rata). Suatu produk
yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu
termasuk jenis ini. Demikian pula suatu keadaan pengendalian kualitas yang
menyangkut pengambilan contoh suatu proses produksi kontinyu yang secara
teoritis tidak mengalami perubahan juga termasuk jenis ini.
2. Pola Musiman
Terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman. Penjualan dari
produk seperti minuman ringan, es krim, dan bahan bakar pemanas ruangan,
semuanya menunjukkan jenis pola ini.
3. Pola Siklis
Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang
seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti
mobil, baja dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola ini.
4. Pola Trend
Terjadi bilamana terdapat data kenaikan atau penurunan sekuler jangka
(40)
(GNP) dan berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti suatu
pola trend selama perubahannya sepanjang waktu. Y
Gambar 2.6 Pola Data
2.11 Pengukuran Ketepatan Metode Peramalan
Didalam pemilihan dan penerapan metode peramalan pada data historis
yang tersedia, perlu dilakukan pengukuran kesesuaian metode tertentu untuk suatu
kumpulan data yang diberikan. Dalam banyak situasi peramalan, ketepatan
dipandang sebagai kriteria penolakan untuk memilih suatu metode peramalan.
Ukuran statistik standar yang sering digunakan untuk pengukuran
ketepatan metode peramalan dimana terdapat nilai pengamatan dan ramalan untuk
n periode serta n buah kesalahan adalah : (Makridakis, 1993).
Jumlah kuadrat kesalahan (Sum of Squared Error) SSE =
n
I i
i
e2 1982 1981
1980 1979
Y
Waktu Pola Data Horizontal
Waktu Y
Pola Data Musiman
Waktu Y
(41)
Dimana :
i
e = Xi Fi
i
X = data aktual untuk periode I
i
F = ramalan untuk periode I yang sama
Jumlah kuadrat kesalahan (Mean Squared Error) MSE = (Zulian
Yamit, 1999)
n I ii n
e2/
Dalam banyak situasi peramalan, perbandingan nilai MSE dari
masing-masing metode peramalan yang dicoba adalah dijadikan sebagai acuan pemilihan
dan pilihan diambil berdasarkan nilai MSE yang paling minimum. Bila
dihubungkan dengan penentuan konstanta pemulusan pada metode smoothing,
maka besar kecilnya nilai , dan harusditentukan agar MSE dari metode-metode yang dicoba menghasilkan nilai minimum. Penentuan nilai , dan ini dilakukan dengan cara trial and error atau dapat dibantu dengan program
komputer untuk memperoleh nilai yang terbaik.
2.12 Pengujian Peramalan
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode MRC (Moving
Range Chart). Tujuannya adalah untuk memeriksa peramalan-peramalan yang
telah dilakukan, apakah data hasil peramalan sudah dalam kondisi yang terkendali
atau belum.
Langkah dalam pembuatan MRC adalah sebagai berikut : (John E. Biegel,
1992)
1. Menghitung rentang bergerak (Moving Range)
(42)
Dengan : Yt = data aktual tahun tertentu
Ŷt = data hasil peramalan tahun tertentu 2. Menghitung rata-rata rentang bergerak
1 n
MR MR
3. Menghitung batas-batas kontrol
Batas Atas (BA) = + 2,66 . MR
Batas Bawah (BB) = - 2,66 . MR
4. Menghitung titik-titik simpangan (Yt – Ŷt) kedalam peta kendali (gambar 2.7).
Fungsi peramalan yang terpilih dapat digunakan apabila semua titik
berada dalam batas kontrol. Tetapi bila mendapatkan suatu titik tak terkendali (out
of control) sewaktu memeriksa peramalan, maka kita akan mencari peramalan
yang baru. Hal itu membuktikan bahwa metode peramalan tersebut tidak cocok
untuk digunakan.
C B
A
r a m a l a n
P e
E r r o r
BA (Batas Ata
A = 2/3 . BA s) = + 2,66 MR
C
B A
B = 1/3 . BA
GT (Garis Tengah) = 0
B = 1/3 . BB
A = 2/3 . BB
BB (Batas Bawah) = - 2,66 MR
Gambar 2.8. Bagan kendali kesalahan (error) peramalan
Periode
Kondisi out of control yaitu :
(43)
2. Aturan tiga titik
Apabila dari tiga titik yang berurutan, dua titik atau lebih terdapat dalam
salah satu daerah A.
3. Aturan lima titik
Apabila terdapat lima titik yang berurutan, empat titik atau lebih terdapat
dalam satu daerah B.
4. Aturan delapan titik
Apabila dari delapan titik yang berurutan berada pada salah satu sisi dari
garis tengah (daerah c).
2.13 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian yang pernah dilakukan dan serupa adalah sebagai
berikut:
1. Pengendalian bahan baku paving stone dengan pendekatan algoritma wagner
within dan heuristik silvermeal guna meminimumkan biaya persediaan pada
CV. Bangun di Surabaya, oleh Afrian Kurniansyah Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional
“VETERAN” Jawa Timur Surabaya 2005.
2. Pengendalian bahan baku peci guna meminimalkan biaya persediaan dengan
menggunakan metode heuristik silvermeal dan eoq multi item di UD.
Muamalat – Gresik, oleh Jassi Berta Kurniawan Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional
(44)
3. Pengendalian persediaan bahan baku roti dengan metode silvermeal dan
eoq-multi item di perusahaan roti bread talk cabang supermal pakuwon indah
Surabaya, oleh Enny Zulfa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi
Industri Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur
Surabaya 2006.
4. Analisis pengendalian persediaan bahan baku dalam upaya meminimumkan
biaya persediaan dengan menggunakan metode heuristik silvermeal di PT.
japfa Comfeed Indonesia, oleh Achmad Sulton Arif Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional
(45)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian berada di PT. ALP Petro Industri, Pasuruan. Penelitian
dilakukan guna mendapat data-data yang berhubungan dengan permasalahan yang
dibahas yaitu pengendalian bahan baku minyak pelumas. PT. ALP Petro Industri
adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufacturing.
Sedangkan waktu penelitian dimulai pada bulan Januari 2010 hingga data
yang dibutuhkan dianggap cukup.
3.2 Identivikasi Variabel
Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Identifikasi
variabel dilakukan untuk menentukan variabel-variabel yang akan diukur dalam
penelitian.
3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab
timbulnya/berubahnya variabel terikat. Yang termasuk variabel bebas adalah yang
termasuk dalam biaya pemesanan yang meliputi:
1. Biaya pembelian
Yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pembelian bahan baku dalam
(46)
2. Kebutuhan per periode ( K )
Yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan jumlah
persediaan bahan untuk dilakukan pemesanan kembali tiap bulan (dalam Rp).
3. Biaya pesan ( C )
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan
diadakannya kegiatan pemesanan barang atau bahan baku (dalam Rp).
4. Biaya simpan ( Pn )
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan
diadakannya kegiatan penyimpanan bahan baku (dalam Rp).
5. Biaya bahan baku ( Dt )
Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan
pengadaan pembelian bahan baku (dalam Rp).
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang nilainya tergantung dari variasi
perubahan variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah
(47)
3.3 Langkah-langkah Pemecahan Masalah
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pemecahan masalah
penelitian ini sebagai berikut :
Mulai
Perumusan Masalah Studi Lapangan
Penetapan Tujuan
Identifikasi Variabel
Pengumpulan data mulai bulan Januari – Desember 2009, meliputi :
- Data bahan baku - Data biaya pesan - Data biaya pembelian - Data biaya simpan
- Data jumlah kebutuhan per periode Studi Pustaka
Pilih metode usulan total cost terkecil (TCB) Metode Heuristik Silver Meal :
- Membuat tabel pengadaan - Membuat tabel pengendalian - Menghitung total biaya persediaan Metode riil/sekarang
(perusahaan)
Total cost persediaan metode riil/sekarang (TCA)
Ya TCB < TCA?
Metode Terpilih
Pola Data
B A
Penetapan metode peramalan Tidak
(48)
A
Hitung MRC Hitung MSE
Pilih MSE terkecil
Metode peramalan yang dipilih
Hasil Peramalan
Tercontrol ? Tidak
Pengendalian Persediaan bulan Januari - Desember 2010 dengan Heuristik Silver Meal B
Ya
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan Dan Saran
Selesai
(49)
Keterangan :
1. Mulai
Mulai ini meliputi kegiatan seperti pembuatan proposal, konfirmasi pada
pihak manajemen PT. ALP Petro Industri, penyerahan judul permasalahan
pada pihak jurusan sampai pembuatan surat keterangan penelitian.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan merupakan tahap awal dilakukannya pemahaman kondisi
perusahaan yang berkaitan dengan obyek penelitian yang telah diambil.
Tujuan dilakukannya studi lapangan ini adalah untuk memudahkan peneliti
dalam melakukan pemecahan masalah yang akan ditangani.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka bertujuan untuk mengali informasi yang berkaitan dengan
permasalahan yang diteliti dari literatur-literatur seperti : buku teks, jurnal
maupun penelitian yang dilakukan sebelumnya, yang relevan dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Selain itu tujuan dari studi pustaka yang
lain adalah untuk memperoleh teori dan konsep yang dapat dijadikan landasan
atau kerangka berfikir dalam menjelaskan permasalahan.
4. Perumusan Masalah
Merumuskan permasalahan yang ada di perusahaan sebagai permasalahan
dalam penelitian yang akan dilaksanakan.
5. Penetapan Tujuan
(50)
6. Identifikasi Variabel
Mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh dan berhubungan
dengan pemecahan masalah yang ada.
7. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data dan mencatat data-data yang diperlukan dalam proses
perhitungan total biaya persediaan sebagai masukan, yaitu data mengenai
kebutuhan bahan baku berdasarkan data permintaan, biaya penyimpanan dan
biaya pemesanan pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2008.
8. Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Pengolahan data yang berasal dari perusahaan yang sebenarnya (riil
perusahaan).
b. Pengolahan data dengan menggunakan metode Heuristic Silver Meal
dengan prosedur atau langkah-langkah pemecahan masalah sebagai
berikut:
1. Menghitung rata-rata biaya persediaan
2. Membuat tabel pengadaan bahan baku
3. Membuat tabel pengendalian persediaan
4. Menghitung tingkat efisiensi
9. Menghitung total biaya persediaan untuk masing-masing bahan baku yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
10.Menentukan model persediaan yang akan digunakan sebagai alat pemecahan
masalah tersebut, dalam hal ini menggunakan Heuristic Silver Meal
(51)
yaitu menghitung total biaya persediaan untuk masing-masing bahan baku
yang diperlukan dengan metode Heuristic Silver Meal.
11.Membandingkan total biaya persediaan dengan menggunakan model
persediaan yang dipilih dengan total biaya persediaan yang dikeluarkan
selama ini oleh perusahaan. Jika total biaya persediaan dengan menggunakan
metode usulan lebih kecil dari biaya persediaan semula dari perusahaan maka
model usulan diterima.
12.Jika model diterima maka dibuat total cost pengendalian persediaan yang
optimal.
13.Jika total biaya persediaan dengan metode usulan lebih besar dari pada total
biaya persediaan semula dari perusahaan.
14.Data permintaan masa lalu
Data permintaan yang digunakan dalam peramalan yang akan datang, data ini
didapat dari data riil perusahaan.
15. Membuat diagram pencar
Pembuatan diagram pencar ini didasarkan pada data yang telah diperoleh
dengan membuat plot pada diagram yang menunjukkan hubungan antara data
yang diperoleh pada sumbu dt dengan waktu pada sumbu t.
16. Menentukan trend atau kecenderungan data
Dengan menggunakan trend kecenderungan data tersebut maka dapat
diketahui apakah data tersebut mempunyai trend konstan, trend linier, trend
(52)
17. Menghitung parameter fungsinya
Setelah diketahui trendnya maka dilakukan perhitungan tiap parameter dari
fungsinya, sehingga dapat ditentukan model peramalan yang akan dipakai
namun tidak langsung dapat diketahui.
18. Menentukan MSE terkecil
Dari beberapa metode yang sesuai maka dicari yang menghasilkan MSE
terkecil. Hal ini merupakan hasil peramalan yang digunakan.
19. Pemeriksaan dan pengendalian ramalan
Model perlu diperiksa atau diuji kesesuaiannya dengan data yang dianalisa.
Pengujian model yang digunakan adalah peta rentang bergerak (moving range
chart/MRC). Data ini dirancang untuk membandingkan nilai yang diamati
dengan yang diramalkan dari suatu permintaan aktual dari peramalan selama
selama periode dasar. Kemudian peta tersebut diperluas untuk masa yang akan
datang sehingga kita dapat membandingkan ramalan dengan kenyataan dari
permintaan tersebut. Jika apabila data tidak terkontrol maka akan kembali
keperhitungan MSE namun apabila terkontrol akan berlanjut.
20. Gunakan fungsi yang diperoleh untuk meramal
Merupakan data terkontrol yang termasuk dalam kondisi yang diinginkan
setelah dilakukan pengujian dengan MRC.
21. Hasil peramalan
Merupakan data permintaan yang akan datang yang sesuai dengan data yang
didapat dan yang akan digunakan untuk menentukan perhitungan kebutuhan
(53)
22. Pengendalian persediaan bulan Januari - Desember 2010
Merupakan hasil dari peramalan yang digunakan untuk mengendalikan
persediaan pada bulan Januari - Desember 2010.
23.Kesimpulan dan saran
Menarik analisa dari perhitungan yang didapat dan membuat suatu analisa dari
pengamatan bagaimana sebaiknya dalam melakukan perencanaan dan
pengendalian persediaan bahan baku pembuatan minyak pelumas sehingga
dapat meminimalkan biaya persediaan.
24. Selesai
Didapatkan hasil metode peramalan yang diinginkan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Berisi tentang bagaimana data dikumpulkan sebelum diolah dan
dianalisa. Ada 2 macam metode pengumpulan data yang dilakukan, yaitu :
a. Data Primer
Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh penulis dengan cara melakukan
penelitian lapangan secara langsung dengan cara sebagai berikut : Mulai
1. Observasi, biasanya digunakan sebagai alat pengumpulan data untuk
obyek yang belum banyak diketahui, observasi bertujuan mengamati
obyek penelitian untuk mengerti tentang obyek penelitian tersebut.
2. Wawancara (interview), wawancara merupakan suatu langkah dalam
penelitian yang berupa penggunaan proses komunikasi verbal untuk
(54)
Adapun data primer yang diambil adalah :
1. Sejarah perusahaan.
2. Jalannya proses produksi dari tahap awal bahan baku hingga akhir proses.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang sudah diolah dan dikumpulkan dari instansi atau perusahaan
yang ada hubungannya dengan penulisan ini.
Adapun data sekunder yang diambil adalah :
1. Data bahan baku
2. Data jumlah kebutuhan bahan baku perperiode
3. Data biaya pembelian
4. Data biaya simpan
5. Data biaya pesan
3.5 Metode Analisa Data
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh selanjutnya diolah dengan
menggunakan rumus dan teknik yang sesuai dengan jenis dan sifat dari data
tersebut. Analisa yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisa kebutuhan bahan baku perbulan. Analisa ini dilakukan karena adanya
kecenderungan pemakaian bahan baku yang bervariasi selama periode
pemakaian.
2. Analisa terhadap variabel yang berhubungan dengan pengendalian persediaan.
Menganalisa kebijaksanaan pengendalian persediaan yang baru dengan
(55)
3. Analisa biaya, menganalisa kebijaksanaan persediaan yang baru dengan
kebijaksanaan yang biasa diterapkan oleh perusahaan dalam masalah total
biaya.
3.6 Metode Pengolahan Data
Untuk menganalisa kebijaksanaan persediaan yang baru dengan
kebijaksanaan yang biasa diterapkan oleh perusahaan dalam masalah total biaya.
Salah satu model persediaan yang dapat digunakan untuk menganalisis
permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model Heuristic Silver Meal.
Dalam melakukan penelitian dan perhitungan peneliti mengikuti aturan-aturan
sebagai berikut :
1. Menghitung rata-rata biaya persediaan
Rata-rata biaya persediaan =
t
t periode akhir
pada total simpan biaya
pesan
biaya
Atau
t
h D t D
D D
K TU
AC 11 1 21 2 31 3... 1 t
Dimana :
TU AC
= rata-rata biaya persediaan per satuan waktu.
K = biaya per pesan
Dt = permintaan selama periode ke-t
(56)
2. Membuat tabel pengadaan
Adapun bentuk dari pada tabel tersebut adalah sebagai berikut :
Periode t Kebutuhan
TU
AC Pembelian
kembali
Bila
T T TRC T
T TRC
1
1
maka pada periode T+1 tersebut harus dilakukan
pengadaan persediaan bahan baku kembali dan waktu pengadaan (T) dimulai
kembali dari 1, sehingga biaya simpan (holding cost)nya kembali 0 serta
terjadi biaya pesan (c) kembali.
3. Membuat tabel pengendalian
Bulan Kebutuhan Pembelian Simpan Total biaya
4. Menghitung tingkat efisiensi biaya
Efisiensi = x100%
TC TC TC
A B
A
Dimana :
TCA = Total biaya kebijaksanaan pengendalian persediaan perusahaan
(57)
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Dalam pemesanan bahan baku, selama ini perusahaan melakukannya
sebanyak 12 kali dalam setahun (setiap bulan melakukan pemesanan bahan baku
sebanyak 1 kali). Setiap bahan baku yang dipesan dari supplier digunakan untuk
berproduksi bulan berikutnya.
4.1.1 Data Bahan Baku 4.1.1.1 Data Permintaan
Adapun data permintaan periode Januari - Desember 2009 dapat dilihat
pada tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Permintaan Periode Januari - Desember 2009
No Bulan Total Permintaan (KL)
1 Januari 2009 28.600
2 Pebruari 2009 29.600
3 Maret 2009 28.800
4 April 2009 29.900
5 Mei 2009 29.100
6 Juni 2009 29.900
7 Juli 2009 28.700
8 Agustus 2009 29.100
9 September 2009 29.500 10 Oktober 2009 28.600 11 Nopember 2009 29.400 12 Desember 2009 29.800 Sumber : PT. ALP Petro Industri
(58)
4.1.1.2 Data Penerimaan dan Kebutuhan Bahan Baku
Adapun data penerimaan dan kebutuhan bahan baku yang digunakan
untuk produksi periode Januari - Desember 2009 dapat dilihat pada tabel 4.2
sampai dengan tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.2 Data Penerimaan dan Kebutuhan Feed Stock
Bulan Penerimaan (kg)
Kebutuhan (kg)
Sisa (kg)
Januari 2009 363.000 346.800 16.200
Pebruari 2009 348.400 351.000 13.600
Maret 2009 342.700 342.100 14.200
April 2009 365.000 350.100 29.100
Mei 2009 345.500 355.900 18.700
Juni 2009 347.300 346.600 19.400
Juli 2009 344.600 347.800 16.200
Agustus 2009 350.800 344.300 22.700
September 2009 346.200 351.300 17.600
Oktober 2009 352.100 348.300 21.400
Nopember 2009 343.400 349.500 15.300
Desember 2009 351.200 354.000 12.500
Total 4.200.200 4.187.700 216.900
Sumber : PT. ALP Petro Industri
Tabel 4.3 Data Penerimaan dan Kebutuhan Base Oil
Bulan Penerimaan (kg)
Kebutuhan (kg)
Sisa (kg)
Januari 2009 414.000 400.000 14.000
Pebruari 2009 427.900 408.800 33.100
Maret 2009 408.600 413.000 28.700
April 2009 413.700 412.000 30.400
Mei 2009 409.800 408.700 31.500
Juni 2009 411.300 413.500 29.300
Juli 2009 400.800 400.300 29.800
Agustus 2009 407.000 408.400 28.400
September 2009 415.200 416.000 27.600
Oktober 2009 412.100 411.800 27.900
Nopember 2009 408.200 407.300 28.800
Desember 2009 406.400 405.000 30.200
Total 4.935.000 4.904.800 339.700
(59)
Tabel 4.4 Data Penerimaan dan Kebutuhan Additives
Bulan Penerimaan (kg)
Kebutuhan (kg)
Sisa (kg)
Januari 2009 159.200 144.800 14.400
Pebruari 2009 145.700 147.500 12.600
Maret 2009 142.300 143.200 11.700
April 2009 162.900 146.200 28.400
Mei 2009 138.500 145.700 21.200
Juni 2009 130.400 142.900 8.700
Juli 2009 155.000 147.400 16.300
Agustus 2009 137.600 142.100 11.800
September 2009 141.700 140.600 12.900
Oktober 2009 143.300 143.000 13.200
Nopember 2009 132.100 141.900 3.400
Desember 2009 142.800 140.900 5.300
Total 1.731.500 1.726.200 159.900
Sumber : PT. ALP Petro Industri
4.1.1.3 Data Biaya
Data biaya terdiri dari harga beli bahan baku perkilo gram, biaya
pemesanan dan biaya simpan perkilo gram perbulan, adapun data biaya tersebut
sebagai berikut :
Tabel 4.5 Data Harga Beli Bahan Baku Minyak Pelumas Bulan Januari - Desember 2009
No Nama Bahan Baku Harga Bahan Baku
1 Feed Stock Rp. 2.300 /Kg
2 Base Oil Rp. 4.700 /Kg
3 Additives Rp. 10.200 /Kg
Sumber : PT. ALP Petro Industri
Tabel 4.6 Data Biaya Pemesanan Bahan Baku Minyak Pelumas Bulan Januari - Desember 2009
Jenis Biaya
No. Nama
Bahan Baku Transportasi Administrasi Jumlah
1 Feed Stock Rp. 220.000 Rp. 120.000 Rp. 340.000
2 Base Oil Rp. 740.000 Rp. 120.000 Rp. 860.000
3 Additives Rp. 380.000 Rp. 120.000 Rp. 500.000
(60)
Biaya penyimpanan didasarkan atas kebijaksanaan perusahaan atas bahan
baku Feed Stock, Base Oil dan Additives yaitu 5 % dari harga beli (per kg per
bulan).
Jadi data yang diperoleh dari perusahaan adalah :
1. Harga bahan baku Feed Stock/kg = Rp. 2.300
Biaya simpan Feed Stock = 5 % x Rp. 2.300
= Rp. 115 / kg / bulan
2. Harga bahan baku Base Oil/kg = Rp. 4.700
Biaya simpan Base Oil = 5 % x Rp. 4.700
= Rp. 235 / kg / bulan
3. Harga bahan baku Additives/kg = Rp. 10.200
Biaya simpan Additives = 5 % x Rp. 10.200
= Rp. 510 / kg / bulan
(Reff : PT. ALP Petro Industri)
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Data Pengendalian Persediaan Bahan Baku Utama Minyak Pelumas Perusahaan Bulan Januari - Desember 2009
Data pengendalian persediaan bahan baku utama yang diterapkan
(1)
4.2.4.3 Membuat Tabel Pengendalian Dengan Menggunakan Metode
Heuristik Silver Meal
Tahapan selanjutnya setelah membuat tabel persediaan adalah membuat tabel pengendalian bahan baku sebagai berikut :
Tabel 4.21 Pengendalian Persediaan Bahan Baku Feed Stock Bulan Januari Sampai Dengan Desember 2010
Penerimaan Kebutuhan Sisa Biaya Pesan Total Cost
Bulan
( Kg ) (Kg) (Kg) (Rp)
Biaya Simpan (Rp)
Biaya Pembelian
(Rp) (Rp)
Januari 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
Pebruari 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
Maret 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
April 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
Mei 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
Juni 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
Juli 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
Agustus 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
September 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
Oktober 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
Nopember 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
Desember 2010 348.697 348.697 0 340.000 0 802.003.100 802.343.100
Sumber :Pengolahan Data Jumlah 9.628.117.200
Tabel 4.22 Pengendalian Persediaan Bahan Baku Base Oil Bulan Januari Sampai Dengan Desember 2010
Penerimaan Kebutuhan Sisa Biaya
Pesan Total Cost
Bulan
(Kg ) (Kg ) (Kg) (Rp)
Biaya Simpan
(Rp)
Biaya Pembelian
(Rp) (Rp)
Januari 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
Pebruari 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
Maret 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
April 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
Mei 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
Juni 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
Juli 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
Agustus 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
September 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
Oktober 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
Nopember 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
Desember 2010 408.733 408.733 0 860.000 0 1.921.045.100 1.921.905.100
(2)
Tabel 4.23 Pengendalian Persediaan Bahan Baku Additives Bulan Januari Sampai Dengan Desember 2010
Penerimaan Kebutuhan Sisa
Biaya
Pesan Total Cost Bulan
(Kg) (Kg) (Kg) (Rp) Biaya Simpan
(Rp)
Biaya Pembelian
(Rp) (Rp)
Januari 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
Pebruari 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
Maret 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
April 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
Mei 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
Juni 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
Juli 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
Agustus 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
September 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
Oktober 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
Nopember 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
Desember 2010 141.783 141.783 0 500.000 0 1.446.186.600 1.446.686.600
Sumber :Pengolahan Data Jumlah 17.360.239.200
4.3 Hasil dan Pembahasan
1. Berdasarkan hasil pengolahan data perusahaan dan pengolahan data dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal maka didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.24 Total Cost Persediaan Metode Perusahaan (TCA) dan Total Cost
Persediaan Metode Heuristik Silver Meal (TCB)
Jenis Bahan Baku TCA (Rp) TCB (Rp) Selisih (Rp) Efisiensi (%)
Feed Stock 9.689.481.500 9.664.540.000 24.941.500 0,26 %
Base Oil 23.284.649.500 23.204.820.000 79.829.500 0,35 %
Additives 17.748.849.000 17.667.300.000 81.549.000 0,46 %
Total Cost 50.722.980.000 50.536.660.000 236.320.000 0,37 %
Pengolahan Data Tingkat Efisiensi
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pengendalian persediaan dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal lebih efisien daripada
(3)
kebijaksanaan pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan selama ini yaitu dengan efisiensi total persediaan kebutuhan bahan baku sebesar 0,37%. Hal ini dapat dilihat dari tingkat efisiensi biaya dari metode Heuristik Silver Meal seperti pada tabel 4.22. diatas.
2. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa metode Heuristik Silver Meal menghasilkan total biaya persediaan bahan baku yang lebih kecil daripada total biaya persediaan yang diterapkan oleh perusahaan selama ini, dimana
Total Cost Riil metode perusahaan (TCA) sebesar Rp 50.722.980.000
sedangkan Total Cost persediaan metode Heuristik Silver Meal (TCB) sebesar
Rp 50.536.660.000 sehingga didapatkan selisih sebesar Rp. 236.320.000. 3. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa persediaan bahan baku hasil
peramalan untuk Bulan Januari sampai Desember 2010 dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal menghasilkan total biaya persediaan bahan baku pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.25 Total Cost Persediaan Metode Heuristik Silver Meal Bulan Januari Sampai Desember 2010
Jenis Bahan Baku
Total Cost
(Rp)
Feed Stock 9.628.117.200
Base Oil 23.062.861.200
Additives 17.360.239.200
Total Cost 50.051.217.600
Pengolahan Data Hasil Peramalan
Jadi Total Cost persediaan bahan baku hasil peramalan untuk bulan Januari sampai Desember 2010 dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal adalah sebesar Rp. 50.051.217.600.
(4)
4. Pengadaan bahan baku yang optimal dilakukan apabila bahan baku dalam persediaan diperhitungkan sama dengan nol sehingga kelebihan bahan baku tidak akan terjadi.
(5)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan, antara lain :
1. Jumlah pemesanan bahan baku yang optimal berdasarkan metode peramalan yang dapat memenuhi kebutuhan produksi untuk tahun 2010 adalah sebesar 348.697 kg per bulan untuk bahan baku Feed Stock, 408.733 kg per bulan untuk bahan baku Base Oil dan 141.783 kg per bulan untuk bahan baku Additives.
2. Dengan menggunakan metode Heuristik Silver Meal didapat total biaya persediaan yang minimum dan efisien bila dibandingkan dengan total biaya persediaan yang telah diterapkan oleh perusahaan selama ini yaitu :
- Total Cost metode perusahaan (TCA) = Rp. 50.722.980.000
- Total Cost metode Heuristik Silver Meal (TCB) = Rp.50.536.660.000
- Efisiensi 0,37 %.
Pengendalian persediaan bahan baku hasil peramalan untuk tahun 2010 dengan menggunakan Metode Heuristik Silver Meal menghasilkan Total Cost sebesar Rp. 50.051.217.600 dengan rincian :
- Total Cost bahan baku Feed Stock = Rp. 9.628.117.200 - Total Cost bahan baku Base Oil = Rp. 23.062.861.200 - Total Cost bahan baku Additives = Rp. 17.360.239.20
(6)
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Didalam mengendalikan persediaan bahan bakunya diharapkan PT. ALP Petro Industri menggunakan metode Heuristik Silver Meal karena dalam pelaksanaannya dapat menghemat biaya persediaan.
2. Didalam melakukan kegiatan pembelian bahan baku diharapkan adanya suatu perencanaan yang benar-benar matang sehingga tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi yang sedang berlangsung karena bahan baku bisa tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan dan dilaksanakan dalam waktu yang tepat pula, dengan demikian diharapkan hasil produksi yang dihasilkan bisa maksimal.