Latar Belakang LATAR BELAKANG MASALAH
prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerja sama, yang nantinya dijadikan dasar dalam hubungan sosial yang lebih luas.
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa remaja ini tidak selalu dapat ditangani dengan baik. Pada fase ini di satu sisi
masih menunjukkan sifat kekanak-kanakan, namun di sisi lain dituntut untuk
bersikap dewasa
oleh lingkungannya.
Sejalan dengan
perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas dengan kelompoknya, dan mulai terlepas dari keterikatan dan ketergantungan kepada orang
tuanya, dan sering menunjukkan sikap menentang otoritas orang tuanya Hurlock,1997.
Setiap fase perkembangan, yaitu sejak seorang bayi lahir, tumbuh menjadi dewasa sampai akhirnya mati, mempunyai tugas-tugas
perkembangan yang harus dipenuhi. Misalnya, balita berusia dua tahun diharapkan sudah dapat berbicara dan berkomunikasi secara sederhana
dengan orang-orang di sekelilingnya. Hal yang sama juga berlaku bagi remaja. Seiring dengan adanya perubahan yang dialami, remaja memiliki
tugas-tugas perkembangan yang akan mempengaruhi kehidupannya di kemudian hari. Tugas perkembangan tersebut harus dilalui oleh setiap
individu sesuai dengan tahap perkembangan individu itu sendiri Hurlock,1997.
Tugas-tugas perkembangan remaja, menurut Havighurst dalam Mappiare,1982 ada beberapa, yaitu menerima keadaan fisiknya dan
menerima peranannya sebagai pria dan wanita, menjalin hubungan-
hubungan baru dengan teman teman sebaya baik yang sesama jenis maupun berbeda jenis kelamin, memperoleh kebebasan secara emosional
dari orang tuanya dan orang-orang dewasa lain, memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomi, memilih dan mempersiapkan
diri kearah suatu pekerjaan atau jabatan, mengembangkan ketrampilan- ketrampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlakukan dalam
hidup sebagai warga negara yang terpuji, menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat, mempersiapkan diri
untuk pernikahan dan hidup berkeluarga, menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang diperoleh dari ilmu
pengetahuan yang memadai. Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah
yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus melakukan penyesuaian diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya
belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Remaja yang dapat menyesuaikan
diri dengan baik sesuai dengan tahap perkembangannya adalah juga anak yang mudah bergaul, lebih hangat dan terbuka, serta lebih mudah
menerima kebutuhan - kebutuhan orang lain Gunarsa, 1985. Kemampuan menyesuaikan diri menjadi semakin penting ketika
anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana
pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan menyebabkan remaja
sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung
berperilaku yang kurang normatif dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan
remaja, tindakan kriminal dan tindakan kekerasan Zainun,2002. Cara-cara penyesuaian diri seseorang adalah hasil dari latihan-
latihan atau pelajaran – pelajaran yang telah dilakukan, baik sengaja maupun yang tidak disengaja. Pengaruh orang lain di lingkungan
sosialnya sangat berperan dalam memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan kepribadiannya. Apabila perkembangan tersebut bisa
berjalan baik maka diharapkan penyesuaian diri remaja dalam hidupnya akan berjalan baik pula. Ciri remaja yang penyesuaian dirinya baik adalah
remaja yang bisa diterima di suatu kelompok, dapat menerima dirinya sendiri, dapat menerima kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri
Chatarina, 1999. Remaja membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, dan
orang yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tuanya sendiri. Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia bertugas
mendidik anak. Sejak kecil anak hidup tumbuh dan berkembang dalam keluarga, sehingga orang tuanyalah yang bertanggung jawab mewujudkan
eksistensi anak terutama dalam melakukan penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Hal ini sesuai dengan hasil studi kasus yang dilakukan oleh
Chatarina Media Informasi Penelitian, 1999 bahwa seorang anak yang
tidak mendapat kesempatan untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam sebuah keluarga yang utuh akan mengalami hambatan baik pada
kepribadiannya maupun dalam melakukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri remaja dalam kehidupan sosial secara umum
sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua di dalam keluarga karena keluarga merupakan kelompok terkecil dan terpenting dalam memberikan
dasar pembentukan sikap, watak, tingkah laku, moral dan pendidikan anak Kartono, 1985.
Setiap keluarga akan menerapkan pola asuh yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya untuk mendidik anaknya. Hurlock 1999,
mengatakan pola asuh orang tua adalah suatu metode disiplin yang diterapkan orang tua terhadap anaknya yang berfungsi untuk mengajari
anak untuk menerima pengekangan-pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan emosi anak dan dapat diterima secara sosial. Pola
asuh mengandung aturan-aturan atau nilai-nilai yang diberikan orang tua untuk dipatuhi anak yang bertujuan untuk membentuk sikap, perilaku,
moral, dan sebagai modal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Persepsi anak terhadap pola asuh orang tua juga dapat mempengaruhi penyesuaian diri yang dilakukannya, karena pandangan
anak terhadap pola asuh yang diterimanya dapat membentuk sikap dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ada hubungan
timbal balik yaitu orang tua dan anak saling mempengaruhi sehingga satu generasi tidak secara pasif terbentuk oleh generasi yang lain.
Menurut Hurlock 1999, pola asuh orang tua yang paling ideal adalah pola asuh demokratis, yaitu suatu metode disiplin dengan
menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu anak mengerti sebab-sebab suatu perilaku diharapkan. Pola asuh demokratis
melibatkan anak untuk berdiskusi bersama mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil, menerangkan alasan dari peraturan-peraturan,
menjawab pertanyaan-pertanyaan anak dan bersikap toleran. Orang tua yang demokratis sangat responsife atau tanggap terhadap kebutuhan anak
dan sangat menuntut perilaku yang matang dan bertanggung jawab dari anak-anak mereka. Orang tua demokratis berperilaku hangat tapi tegas.
Mereka mengenakan seperangkat standar untuk mengatur anak-anak mereka sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kebutuhan anak-
anak, mereka tidak menuntut anak diluar batas kemampuan anak. Hurlock 1999, mengatakan bahwa pola asuh demokratis
menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, menghasilkan kemandirian dalam berpikir, mempunyai inisiatif dalam bertindak, dan
konsep diri yang sehat, postif, dan penuh percaya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka, dan spontan. Anak yang diasuh
menggunakan pola asuh demokratis dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, kebutuhan, atau keinginan mereka tanpa merasa takut.
Adapun kaitan antara persepsi pola asuh demokratis dengan penyesuaian diri pada remaja dapat digambarkan bahwa remaja yang
memiliki persepsi pola asuh secara demokratis akan lebih mudah melakukan penyesuaian diri disebabkan dalam keluarga yang menerapkan
pola asuh demokratis memberikan kebebasan yang bertanggung jawab, yang artinya apapun yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah
pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Berdasarkan pandangan-pandangan diatas maka peneliti tertarik
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis orang tua dengan penyesuaian diri pada remaja. Melihat
kenyataan bahwa remaja pada umumnya memiliki kesulitan dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungannya.