Aspek-aspek Pola Asuh Demokratis

perasaan, keinginan dan kondisi anaknya, mendorong dan memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan bertindak secara matang sesuai dengan kemampuan anak, mengharapkan anaknya mencapai tingkat pendidikan tertentu, memberikan tanggung jawab terhadap anak. Menghargai adanya hak-hak yang dimiliki anaknya. 2. Aspek komunikasi Cara komunikasi orang tua yang berpola asuh demokratis terhadap anaknya adalah komunikasi dua arah. Orang tua memberi kesempatan anak untuk mengekspresikan pendapatnya, memberi kesempatan untuk berdiskusi, menjelaskan secara jelas dan logis aturan-aturan yang diterapkan kepada anak, suka mengajak dialog dan orang tua tetap sebagai pengambil keputusan bila terjadi perbedaan pendapat. 3. Aspek pemenuhan kebutuhan anak Pemenuhan kebutuhan anak pada orang tua yang demokratis adalah bersikap menerima dan telaten dalam mengasuh, responsif dan tidak mengabaikan permintaan anak. Mengekspresikan emosi-emosi positif terhadap anak dan kondisi sekitar anak sehingga tercipta rumah yang penuh kegembiraan dan menyenangkan bagi anak. Kebutuhan anak lebih diutamakan daripada kebutuhan orang tua sendiri. Sering terlibat kegiatan bersama anaknya. Memberikan ekspresi positif meskipun anaknya tidak melakukan sesuatu yang pantas dipuji. Orang tua selalu ada jika anak membutuhkannya. 4. Aspek penerapan kontrol Penerapan kontrol pada orang tua yang demokratis melalui aturan-aturan yang tegas, konsisten dan rasional. Situasi yang bermasalah diselesaikan secara bijaksana yang dapat diterima oleh anak. Pemberian hukuman tidak dilakukan secara fisik. Memperhatikan sikap tidak suka dan jengkel terhadap perilaku anak yang tidak baik dan orang tua akan memperlihatkan rasa senang dan memberi dukungan terhadap perilaku anak yang membangun. E. Hubungan Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Orang Tua dan Penyesuaian Diri pada Remaja Penyesuaian diri dapat membantu remaja dalan memotivasi diri, mampu berhubungan dengan orang lain, merencanakan dan meraih tujuan dalam kehidupan. Kemampuan remaja berbeda dalam melakukan penyesuaian diri. Kemampuan yang berbeda tersebut disebabkan beberapa faktor, seperti kepribadian individu, sistem pendidikan serta pola asuh orang tua. Sistem pendidikan diperoleh dari sekolah maupun lingkungan. Tidak semua orang dapat melakukan penyesuaian diri dan tidak semua orang melakukan penyesuaian diri dengan baik termasuk remaja. Pada masa remaja akhir, individu mengalami perubahan lingkungan sosial. Untuk menghadapi perubahan lingkungan tersebut remaja dituntut untuk dapat melakukan penyesuaian diri. Dalam menyesuaikan diri di lingkungan yang baru, remaja memerlukan model identifikasi. Orang-orang yang pantas menjadi model hendaknya memiliki sifat, sikap, pandangan yang sehat, dan penuh tanggung jawab. Banyak orang yang bisa menjadi model identifikasi bagi remaja, salah satunya adalah keluarga, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat anak dapat berinteraksi. Pola asuh orang tua dalam keluarga berpengaruh dalam proses penyesuaian diri remaja. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua dalam pola asuh yang diterapkannya sejak masa anak-anak selalu dilihat, dinilai, dan ditiru oleh remaja yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar dipersepsikan dan kemudian menjadi kebiasaan bagi remaja. Hal demikian disebabkan karena remaja mengidentifikasikan diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain Bonner,1953 Keluarga merupakan tempat untuk pertama kalinya seorang anak memperoleh pendidikan dan mengenal nilai-nilai maupun aturan-aturan yang harus diikuti yang mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial dengan lingkungan yang lebih luas. Tiap-tiap keluarga memiliki cara dan aturannya masing-masing dalam mengasuh anaknya. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua akan menimbulkan persepsi bagi remaja yang akan mempengaruhi penyesuaian diri pada remaja. Kesan yang didapatkannya membuat remaja melakukan penilaian tertentu terhadap pola asuh tersebut. Ketika remaja mempersepsikan pola asuh dengan disiplin yang tegas namun penuh kehangatan dan pengertian, tidak pernah memberi hukuman fisik, komunikasi yang dilakukan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak maka remaja telah mempersepsikan pola asuh yang diterimanya adalah jenis pola asuh demokratis. Dalam hal ini remaja akan menjadi pribadi yang lebih matang dan dewasa serta memiliki penyesuaian diri yang baik. Ketika remaja mempersepsikan pola asuh yang diterimanya sebagai pola asuh demokratis, remaja memiliki kemampuan untuk mengembangkan sikap kerjasama dan lebih terlibat banyak kegiatan yang dapat dilakukan bersama-sama dengan orang tuanya. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis dalam mengasuh anaknya akan berusaha memahami perasaan, keinginan dan kondisi dari anaknya, menghargai apa yang menjadi hak dari anak. Komunikasi dilakukan dua arah, orang tua mendengarkan apa yang menjadi keinginan anak dan berdiskusi untuk mencari pemecahan masalah yang berbaik tanpa mengabaikan aturan-aturan yang berlaku baik di dalam keluarga maupun masyarakat. Remaja yang mendapat perlakuan demikian akan menjadi percaya diri di setiap kegiatan yang diikutinya karena merasa mendapat dukungan dari orang tua sehingga remaja dapat menyesuaiakan diri dilingkungannya. Berdasarkan keterangan diatas, peneliti melihat pola asuh yang diterapkan oleh orang tua akan menimbulkan persepsi terhadap pola asuh orang tua yang diterimanya sehingga akan mempengaruhi penyesuaian diri remaja.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang disusun adalah : Ada hubungan positif antara persepsi terhadap pola asuh demokratis dengan penyesuaian diri pada remaja. Semakin remaja mempersepsikan pola asuh yang diterimanya demokratis, maka semakin baik penyesuaian diri yang dimilikinya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian adalah salah satu unsur penting dalam penelitian ilmiah, karena ketepatan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada akan menentukan hasil itu dapat dipertanggungjawabkan atau tidak. Metode yang benar dapat menentukan tingkat baik atau tidaknya suatu penelitian Hadi,1995. Pembahasan pada bab ini meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan subyek penelitian, metode pengumpulan data, validitas dan reabilitas alat ukur, serta analisis data.

A. Identifikasi variabel Penelitian

Identifikasi variabel yang terdapat dalam suatu penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum metode pengumpulan data dan analisis data. Penelitian ini melibatkan dua jenis variabel yang diidentifikasi sebagai berikut : Variabel bebas : persepsi terhadap pola asuh demokratis Variabel tergantung : penyesuaian diri remaja

B. Definisi Operasional

Suatu penelitian memerlukan batasan-batasan operasional untuk menghindari kesalahpahaman mengenai data yang akan dikumpulkan dan menghindari kesesatan dalam menentukan alat pengumpulan data. Batasan operasional yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 34 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI