7
merupakan kanker ginekologi yang paling sering terjadi di dunia barat, menempati urutan keempat kanker pada wanita setelah kanker payudara,
kolon, dan paru. Dengan mortalitas sekitar 3,4 per 100.000 wanita diketahui bahwa sebenarnya prognosis kanker ini cukup baik apabila
diketahui dini dan ditangani dengan tepat. Sementara ini, angka ketahanan hidup 5 tahunnya mencapai 84.
1
Hal ini disebabkan oleh
karena sebagian besar kanker endometrium berada dalam stadium awal sehingga dapat disembuhkan secara sempurna.
4
Sebagian besar kanker endometrium adalah adenokarsinoma 75, yang berasal dari lapisan tunggal dari sel-sel epitel yang melapisi
endometrium dan membentuk kelenjar endometrium. Terdapat beberapa subtipe kanker endometrium yaitu jenis endometrioid, dimana sel kanker
menyerupai gambaran endometrium normal, papillary serous carcinoma yang agresif dan clear cell carcinoma.
1
Gambar 2.1. Kanker endometrium
8
2.2.2. Insidensi
Umumnya karsinoma endometrium dijumpai pada wanita yang berusia 50-65 tahun dengan usia rata-rata 61 tahun. Kira-kira 5 dapat
dijumpai pada usia sebelum 40 tahun dan sebesar 20-25 pada usia sebelum menopause. Di Amerika diperkirakan 34.000 kasus baru dengan
angka kematian sebesar 6000. Frekuensi adenokarsinoma korpus uteri lebih tinggi dari adenokarsinoma serviks, tetapi lebih kurang dari
epidermoid karsinoma serviks uteri. Jika karsinoma serviks banyak ditemukan pada golongan masyarakat menengah ke bawah, karsinoma
korpus uteri justru sering ditemukan pada golongan masyarakat menengah ke atas. Lebih sering terjadi pada wanita yang tidak kawin dan
nullipara. Faktor-faktor lain yang agaknya berpengaruh ialah geografi, status rasial atau etnik. Juga dengan meningginya life expectancy
kemungkinan mendapat karsinoma korpus uteri makin besar. Umur rata- rata untuk mendapat karsinoma korpus ialah 57 tahun, lebih panjang dari
pada karsinoma serviks uteri.
13
Di AS insidensinya
10
: Tumor ganas tersering pada traktus genital wanita
Ke 4 tersering setelah keganasan mammae, colon, paru pada wanita
Perkiraan tahun 2000: 36.100 kasus baru, 6500 kematian Peak incidence 75 pasca menopause 60-70 tahun
9
2-5 40 tahun, pernah dilaporkan terjadi pada usia 20-30 tahun
75 kasus terbatas pd korpus uteri
2.2.3. Etiologi dan patogenesis
Penyebab pasti kanker endometrium tidak diketahui. Kebanyakan kasus kanker endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar
stimulasi estrogen secara kronis. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah
besar estrogen yang disuntikkan pada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker.
1,14
Adanya hubungan antara pajanan estrogen dengan kanker endometrium telah diketahui selama lebih dari 50 tahun. Satu faktor resiko
yang paling sering dan paling terbukti untuk adenokarsinoma uterus adalah obesitas. Jaringan adiposa memiliki enzim aromatase yang aktif.
Androgen adrenal dengan cepat dikonversi menjadi estrogen di dalam jaringan adipose pada individu yang obesitas. Estrogen yang baru
disintesis ini juga memiliki bioavaibilitas yang sangat baik karena perubahan metabolik yang berhubungan dengan obesitas menghambat
produksi globulin pengikat hormon seks oleh hati. Individu yang obesitas mungkin mengalami peningkatan drastis pada estrogen bioavailable yang
bersirkulasi dan pajanan ini dapat menyebabkan penumbuhan hiperplastik pada endometrium.
14
10
Mutasi phosphatase and tensin homolog PTEN selalu terjadi pada kasus hiperplasia endometrium atipikal kompleks, yang menandakan
bahwa hal tersebut merupakan kejadian awal pada karsinogenesis endometrium. Berdasarkan tipe histologis, mutasi PTEN terutama terjadi
pada karsinoma endometrium tipe endometrioid. PTEN, yang terletak di kromosom 10q23, mengkodekan protein dengan fungsi tyrosine kinase
dan berperilaku sebagai gen penekan tumor. Inaktivasi PTEN disebabkan oleh mutasi yang mengarah ke kehilangan ekspresi dan, yang lebih
rendah, dengan hilangnya heterozigositas. Protein ini memiliki kedua aktivitas fosfatase lipid dan protein, dengan masing-masing melayani
fungsi yang berbeda. Aktivitas fosfatase lipid dari PTEN menyebabkan siklus sel terperangkap di titik G1S. Kehilangan PTEN merupakan
kemungkinan suatu peristiwa awal tumorigenesis endometrium, terbukti dengan kehadirannya di prakanker, lesi dan kemungkinan dimulai dalam
menanggapi faktor risiko hormonal yang diketahui.
15,16
PTEN menindak
lebih lanjut
bertentangan dengan
phosphatidylinositol 3-kinase PI3KCA untuk mengontrol tingkat terfosforilasi AKT. Mutasi PTEN meningkatkan aktivasi PI3KCA,
mengakibatkan fosforilasi AKT. Mutasi PI3KCA terlihat pada 36 dari kanker endometrium endometrioid dan paling sering terjadi pada tumor
yang juga mengalami mutasi PTEN. Kegiatan fosfatase protein dari PTEN terlibat dalam penghambatan pembentukan adhesi fokal, penyebaran sel,
dan migrasi, serta penghambatan pertumbuhan faktor-dirangsang sinyal MAPK. Terdapat data yang menyatakan mutasi PI3KCA, terutama pada
11
ekson 20, merupakan penanda dari invasi myometrium dan derajat yang lebih tinggi pada karsinoma endometrium.
16
Β-catenin, komponen dari protein unit E-chaderin, berguna pada diferensiasi sel dan dalam mempertahankan arsitektur jaringan normal,
dan memainkan peran penting dalam transduksi sinyal. Ekpresi Β-catenin telah ditemukan pada hiperplasia atipik, yang menunjukkan sebagai
kejadian awal pada tumorigenesis endometrium. Mutasi pada Β-catenin menghasilkan stabilisasi protein yang melawan degradasi, yang
menyebabkan akumulasi inti dan sitoplasmik dan aktivitas gen target konstitutif. Ada data yang beranggapan bahwa akumulasi inti ini dapat
berkontribusi pada abnormalitas protein Wnt lainnya, namun fungsi pasti dari Β-catenin pada tumorigenesis endometrium masih belum diketahui
sepenuhnya.
15,17
Mutasi lainnya yang ditemukan pada kanker endometrium adalah mutasi K-ras. Mutasi K-ras diidentifikasi pada 10 sampai 30 dari
kanker endometrium tipe I. K-ras merupakan onkogen yang berlokasi pada 12p12.1 yang mengkode anggota protein dari superfamily GTPase.
Proses ini mengakibatkan translokasi MAP kinase ke nucleus dimana hal ini mempromosikan transkripsi gen yang terlibat pada proliferasi sel.
Insidensi mutasi K-ras pada karsinoma endometrium sebesar 14 sampai 36. Mutasi K-ras terjadi dini pada karsinogenesis endometrium, sebagai
mutasi yang teridentifikasi pada fokal hiperplasia atipikal kompleks yang menjadi karsinoma endometrium.
16,17
12
2.2.4. Faktor risiko Menstruasi
Usia menars dini 12 tahun berhubungan dengan meningkatkan risiko kanker endometrium walaupun tidak selalu konsisten.
Kebanyakan penelitian menunjukkan usia saat menopause mempunyai hubungan langsung terhadap risiko meningkatnya
kanker ini. Sekitar 70 dari semua wanita yang didiagnosis kanker endometrium adalah pascamenopause. Wanita yang menopause
sesudah umur 52 tahun akan terjadi peningkatan risiko sebesar 2,4 kali untuk terjadinya karsinoma endometrium.
1
Di samping itu karsinoma endometrium dapat terjadi pada wanita premenopause dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada
beberapa observasi ternyata bahwa adenokarsinoma sering terjadi pada wanita yang mengalami menopause yang terlambat. Seperti
diketahui siklus pada masa menopause biasanya anovulatoar di mana lebih banyak pengaruh estrogen.
1,18
Obesitas
Obesitas berhubungan dengan terjadinya peningkatan risiko karsinoma endometrium sebesar 20-80. Wanita yang mempunyai
kelebihan berat badan 11-25 kg mempunyai peningkatan risiko 3 kali dan 10 kali pada wanita yang mempunyai kelebihan berat
badan 25 kg.
1
13
Diabetes mellitus
Didapati peningkatan risiko sebesar 2,8 kali pada wanita penderita diabetes mellitus untuk terjadinya karsinoma endometrium.
18
Hipertensi
Sebesar 25-75 penderita karsinoma endometrium mengidap hipertensi.
18
Nuliparitas
Kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai risiko tiga kali lebih besar menderita kanker endometrium dibanding
multipara. Hipotesis bahwa infertilitas menjadi faktor risiko untuk kanker endometrium didukung oleh penelitian-peneltian yang
menunjukkan risiko yang lebih tinggi untuk nulipara dibanding wanita yang tidak pernah menikah. Pada wanita nuliparitas
dijumpai peningkatan risiko sebesar 2-3 kali.
1
Perubahan-perubahan biologis
yang berhubungan
dengan infertilitas dihubungkan dengan risiko kanker endometrium adalah
siklus anovulasi terekspos estrogen yang lama tanpa progesteron yang cukup, kadar androstenedion serum yang tinggi kelebihan
androstenedion dikonversi menjadi estrone, tidak mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan sisa jaringan menjadi
hiperplastik dan efek dari kadar estrogen bebas dalam serum yang rendah pada nulipara.
1,18
14
Faktor genetik
Wanita dengan riwayat kanker kolon dan kanker payudara meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium 2-3 kali lipat.
Begitu juga dengan wanita yang memiliki riwayat keluarga terkena kanker endometrium.
1,18
Pemakaian estrogen eksogen
Pada wanita menopause yang mengkonsumsi estrogen akan terjadi peningkatan risiko karsinoma sebesar 4,5-13,9 kali. Telah
banyak ditemukan kasus-kasus adenocarcinoma yang terjadi pada wanita-wanita yang diberi terapi estrogen untuk jangka waktu yang
lama. Walaupun belum ada bukti yang nyata, banyak ahli yang tidak menyukai pemberian yang terlalu lama.
1,18
2.2.5. Patologi adenokarsinoma endometrium
Sebagian besar karsinoma endometrium timbul sebagai massa polipoid yang menjalar seperti fungus di dalam rongga endometrium.
Uterus seringkali membesar secara tidak simetris. Invasi ke dalam miometrium terjadi secara dini.
12
Secara mikroskopis, sebagian besar karsinoma endometrium yang berupa adenokarsinoma berdiferensiasi baik dengan kelenjar-kelenjar tak
beraturan yang dilapisi oleh sel-sel silindris ganas.
12
Adenokarsinoma endometrioid berdiferensiasi baik digambarkan dengan kelenjar
‘back-to- back
’ dengan sedikit atau tidak ada intervensi pada stroma dan sitologi
15
yang atipia nukleolus menonjol. Sarang kelenjar dengan cribriforming ekstensif adalah pola umum lainnya yang terlihat pada adenokarsinoma
endometrioid.
19
Gambar 2.2 Adenokarsinoma endometrium Kanker endometrium ditentukan derajatnya berdasarkan derajat
diferensiasi histologiknya. Suatu varian histologik adalah adenokarsinoma serosa papiler. Jenis ini menyerupai karsinoma serosa ovarium dan
memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan dengan adenokarsinoma endometrium endometrioid.
12,19
16
2.2.6. Stadium dan Derajat Kanker endometrium Tabel 2.1. Klasifikasi stadium kanker endometrium berdasarkan FIGO
2009
19
Stadium Keterangan
I Tumor terbatas pada korpus uteri
IA Tidak atau kurang dari setengah invasi myometrium
IB Invasi mencapai sama atau lebih dari setengah myometrium
II Tumor menginvasi stroma serviks, tetapi tidak meluas ke luar
uterus III
Tumor menyebar secara lokal danatau regional IIIA
Tumor menginvasi serosa korpus uteri danatau adneksa IIIB
Keterlibatan vagina danatau parametrium IIIC
Metastasis ke pelvis danatau kelenjar getah bening para aorta
IIIC1 Kelenjar getah bening pelvis positif
IIIC2 Kelenjar getah bening para aorta positif dengantanpa
kelenjar getah bening pelvis positif IV
Tumor menginvasi mukosa buli danatau usus, danatau metastasis jauh
IVA Tumor menginvasi mukosa buli danatau usus
IVB Metastasis jauh, termasuk metastasis intra abdomen
danatau kelenjar getah bening inguinal
17
Derajat adenokarsinoma :
19
G1 : derajat diferensiasi adenokarsinoma baik dengan ≤ 5
nonskuamosa atau pola pertumbuhan nonmorular padat G2
: derajat diferensiasi adenokarsinoma dengan 6 sampai 50 non skuamosa atau pola pertumbuhan nonmorular padat
G3 : lebih dari 50 nonskuamosa atau pola pertumbuhan nonmorular
padat undiferensiasi
2.2.7. Tipe adenokarsinoma endometrium
Sembilan puluh
persen kanker
endometrium adalah
adenokarsinoma, sisanya adalah karsinoma epidermoid, adenoakantoma, sarcoma, dan karsinosarkoma. Tipe histologi kanker endometrium yang
paling sering ditemui adalah endometrioid adenokarsinoma 75 dari total kasus. Karakteristik tumor ini adalah terdapat kelenjar yang mirip dengan
endometrium normal. Dalam tumor ini, kelenjar ganas dilapisi oleh epitel endometrium jinak yang bertingkat, sering memanjang.
19
Adenokarsinoma mempunyai dua tipe dengan patogenesis berbeda pada masing-masing
tipenya. Tipe pertama adalah estrogen dependen dan tipe kedua estrogen independen. Perubahan genetik molekuler yang terdapat pada karsinoma
endometrium tipe I dan tipe II juga berbeda.
1,20,21
Tipe I estrogen dependen
22
Tipe I berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen dalam darah, yang umumnya menyerang wanita pre dan perimenopause.
18
Karsinoma endometrium tipe I ini cenderung terjadi pada usia antara 40 sampai 60 tahun meskipun karsinoma ini dapat terjadi
pada wanita yang lebih muda, bahkan pada kasus yang jarang, pada usia 20 tahun Pada anamnesis didapatkan riwayat terpapar
estrogen dan berasal dari hiperplasia endometrial atipikal. Tipe ini berdiferensiasi baik, minimal invasif, sehingga memiliki prognosis
yang baik. Pada beberapa kasus mungkin didapatkan diabetes, penyakit hati, hipertensi, obesitas, infertilitas, dan gangguan
menstruasi. Tipe II estrogen independen
22
Tipe II ini biasanya didapatkan pada wanita pasca menopause, kurus, atau wanita dengan siklus hormonal yang normal.
Karsinoma endometrium tipe II ini cenderung terjadi pada usia yang lebih tua dan tidak memiliki riwayat hiperestrogenisme. Tipe II ini
lebih agresif dan mempunyai prognosis lebih buruk daripada tipe I. Tipe II ini paling sering didapati pada wanita Afro-Amerika. Yang
termasuk kanker endometrium tipe II adalah: o
High grade endometrioid cancer o
Uterine papillary serous carcinoma o
Uterine clear cell carcinoma
19
2.3. Adenokarsinoma Serviks 2.3.1. Defenisi dan Epidemiologi
Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks kanalis servikalis dan atau porsio. Dimana serviks adalah bagian dari uterus yang
bentuknya silindris, diproyeksikan ke dinding vagina anterior bagian atas dan berhubungan dengan vagina melalui sebuah saluran yang dibatasi
ostium eksternum dan internum.
23
Infeksi virus HPV merupakan faktor risiko masuknya karsinogen E6 dan E7, kedua protein tersebut merupakan karsinogen kanker serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang menduduki urutan pertama dari kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker pada
wanita. Karena HPV yang merupakan faktor etiologi maka kanker serviks mempunyai beberapa faktor risiko yang umumnya terkait dengan suatu
penyakit akibat hubungan seksual. Penyimpangan pola kehidupan seksual merupakan faktor risiko yang sangat berperan. Faktor lain yang dianggap
merupakan faktor risiko antara lain faktor hubungan seksual pertama kali pada usia muda, dan faktor kebiasaan merokok.
5
2.3.2. Etiologi
Infeksi HPV Human Papilloma Virus terdeteksi pada 99,7 kanker serviks. Pada penelitian kasus-kontrol, prevalensi infeksi HPV
pada kanker serviks jenis karsinoma sel skuamosa dijumpai sejumlah 78,4-98,1 metaanalisis 12 negara. Prevalensi infeksi HPV pada kanker
20
serviks jenis adenokarsinoma dijumpai sejumlah 85,7-100 metaanalisis 9 negara.
5
Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel yang mengalami mutasi genetik sehingga merubah perilakunya. Sel yang
bermutasi ini melakukan pembelahan sel yang tidak terkendali, immortal, dan
menginvasi jaringan
stroma dibawahnya.
Keadaan yang
menyebabkan mutasi genetik yang tidak dapat diperbaiki akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan kanker ini. Onkoprotein dari E6
akan mengikat dan menjadikan gen penekan tumor p53 menjadi tidak aktif, sedangkan onkoprotein E7 akan berikatan dan menjadikan produk
gen retinoblastoma pRb menjadi tidak aktif. Mutasi gen suppressor tumor ini menyebabkan peningkatan aktivitas proliferasi dan apoptosis
menurun.
1
Berbagai faktor dianggap sebagai kofaktor faktor yang menyertai terjadinya kanker serviks antara lain multiparitas, merokok, kontrasepsi
hormonal, penyakit hubungan seksual, dan faktor nutrisi. Jumlah paritas meningkatkan risiko menderita kanker serviks. Risiko menderita kanker
serviks meningkat dengan peningkatan jumlah batang rokok yang dikonsumsi, tetapi tidak berhubungan dengan lamanya merokok.
Penggunaan kontrasepsi hormonal meningkatkan risiko menderita kanker serviks, kesimpulan tersebut diperoleh berdasarkan penelitian metanalisis.
Lamanya penggunaan kontrasepsi hormonal akan meningkatkan risiko menderita kanker serviks, dan penggunaan 10 tahun meningkatkan risiko
21
sampai dua kali. Penelitian pada infeksi virus herpes, dan HIV membuktikan adanya peningkatan risiko kanker serviks.
5
2.3.3. Patologi adenokarsinoma serviks
Diagnosis histologis adenokarsinoma in situ ACIS membutuhkan perubahan displastik tegas, yang biasanya digambarkan dengan
basophilia-daya rendah, inti sel hiperkromasia dengan butiran kromatin baik halus atau kasar, apoptosis inti atau debris kariorrhektik, mitosis
apikal, dan hilangnya polaritas. Kelenjar yang terlibat menunjukkan arsitektur lobular yang mungkin muncul lebih jelas daripada yang
berdekatan kelenjar endoserviks yang tidak terlibat, tapi infiltrasi ireguler pada stroma tidak ditemukan. Keterlibatan kelenjar parsial sering
ditemukan.
12,19
Gambar 2.3. Adenokarsinoma serviks
22
2.3.4. Skrining Kanker Serviks
Sejak 2 dekade terakhir terdapat kemajuan dalam pemahaman tentang riwayat alamiah dan terapi lanjutan dari kanker serviks. Infeksi
HPV sekarang telah dikenal sebagai penyebab utama kanker serviks, selain itu sebuah laporan sitologi baru telah mengembangkan diagnosis,
penanganan lesi prekanker, dan protokol terapi spesifik peningkatan ketahanan pasien dengan penyakit dini dan lanjut. Penelitian terbaru
sekarang ini terfokus pada penentuan infeksi menurut tipe HPV onkogenik, penilaian profilaksis dan terapi vaksin serta pengembangan
strategi skrining yang berkesinambungan dengan tes HPV dan metode lain berdasarkan sitologi. Hal ini merupakan batu loncatan untuk
mengimplementasikan deteksi dini kanker serviks dengan beberapa macam pemeriksaan seperti tes Pap Pap smear, Pap net, servikografi,
Inspeksi Visual Asetat IVA, tes HPV, kolposkopi dan sitologi berbasis cairan Thin-Layer Pap Smear Preparation.
24
Namun metode yang sekarang ini sering digunakan diantaranya adalah Tes Pap dan IVA. Tes Pap memiliki sensitivitas 51 dan
spesifisitas 98. Selain itu pemeriksaan Pap smear masih memerlukan penunjang laboratorium sitologi dan dokter ahli patologi yang relative
memerlukan waktu dan biaya yang besar. Sedangkan IVA memiliki sensitivitas sampai 96 dan spesifisitas 97 untuk program yang
dilaksanakan oleh tenaga medis yang terlatih. Hal ini menunjukkan bahwa IVA memiliki sensitivitas yang hampir sama dengan sitologi serviks
23
sehingga dapat menjadi metode skrining yang efektif pada negara berkembang seperti di Indonesia.
1,24
2.3.5. Stadium Kanker Serviks
International Federation of Gynecologists and Obstetricians Staging System for Cervical Cancer FIGO pada tahun 2000 menetapkan suatu
sistem stadium kanker serviks sebagai berikut:
5
Tabel 2.2. Klasifikasi stadium kanker serviks berdasarkan FIGO 2009
5
Stadium Karakteristik
Lesi belum menembus membrana basalis 1
Lesi tumor masih terbatas di serviks 1A1
Lesi telah menembus membrana basalis kurang dari 3 mm dengan diameter permukaan tumor 7 mm
1A2 Lesi telah menembus membrana basalis 3 mm tetapi 5 mm
dengan diameter permukaan tumor 7 mm 1B1
Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer 4 cm 1B2
Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer 4 cm II
Lesi telah keluar dari serviks meluas ke parametrium dan sepertiga proksimal vagina
IIA Lesi telah meluas ke sepertiga proksimal vagina
IIB Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai dinding
panggul III
Lesi telah keluar dari serviks menyebar ke parametrium dan atau sepertiga vagina distal
IIIA Lesi menyebar ke sepertiga vagina distal
24 IIIB
Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul IV
Lesi menyebar keluar organ genitalia IVA
Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke mukosa vesika urinaria
IVB Lesi telah meluas ke mukosa rectum dan atau meluas ke organ jauh
2.3.6. Prognosis adenokarsinoma serviks
Prognosis kanker serviks sangat tergantung pada seberapa dini kasus ini terdiagnosis dan dilakukan terapi yang adekuat. Ada beberapa
faktor prognostik yang utama bagi pasien kanker serviks stadium IB dan IIA yang dilakukan histerektomi radikal dan limfadenektomi, yaitu:
1,19
1. Status keterlibatan KGB 2. Ukuran tumor primer
3. Kedalaman invasi stroma 4. Ada tidaknya invasi ke pembuluh darah dan pembuluh limfe
5. Ada tidaknya keterlibatan parametrium 6. Tipe histologi sel
7. Status batas sayatan vagina 2.4. Vimentin
Vimentin adalah protein yang membentuk filament intermediate dengan berat molekul 57kD yang merupakan bagian dari kerangka sel
25
sitoskeleton, dan ditemukan dalam sel yang secara embrional berasal dari mesenkim dan diekspresikan oleh sel epitel, termasuk sel epitel
endometrium.
25
Vimentin diekspresikan oleh tumor yang berasal dari sel mesenkim. Vimentin, protein 57kDa, merupakan salah satu dari protein
yang diekspresikan secara luas dan protein yang terpelihara dari famili filament intermediate tipe III. Oleh karena vimentin merupakan komponen
sitoskeleton mayor dari sel mesenkimal, vimentin sering digunakan sebagai penanda sel turunan mesenkimal ataupun sel yang mengalami
transisi dari epithelial menjadi mesenkimal selama perkembangan normal maupun proses progresi metastatik.
26
Monomer vimentin, seperti filament intermediate lainnya, memiliki gugus pusat
α-heliks, ditutup pada setiap ujungnya dengan amino non- helikal kepala dan gugus karboksil ekor. Dua monomer kemungkinan
mengekspresikan secara kotranslasi dalam memfasilitasi pembentukan dimer
melingkar, yang
merupakan subunit
dasar penyusunan
vimentin.
27,28
Urutan α-heliks berisi pola asam amino hidrofobik yang berkontribusi untuk membentuk hydrophobic seal pada permukaan
heliks. Selain itu, terdapat distribusi periodik asam amino asidik dan dasar yang tampaknya memainkan peran penting dalam menstabilkan dimer
melingkar. Jarak dari residu optimal untuk jembatan garam ionik, yang memungkinkan untuk stabilisasi strukt
ur α-heliks.
27,28
26
Vimentin memainkan peran penting dalam mendukung dan mempertahankan posisi organel dalam sitosol. Vimentin melekat pada inti,
retikulum endoplasma, dan mitokondria, baik secara lateral maupun terminal. Sifat dinamis vimentin penting dalam fungsi fleksibilitas untuk sel.
Para ilmuwan menemukan bahwa vimentin memberikan daya pegas dari jaringan filamen mikrotubulus atau aktin, ketika berada di bawah tekanan
mekanik in vivo. Oleh karena itu, secara umum, diterima bahwa vimentin merupakan komponen sitoskeletal yang bertanggung jawab untuk
menjaga integritas sel. Ditemukan bahwa sel-sel tanpa vimentin sangat rentan ketika terganggu dengan mikropunktur.
29,30
Vimentin juga diketahui mengontrol transportasi low-density lipoprotein LDL, dari lisosom ke lokasi esterifikasi. Dengan pemblokiran
transportasi kolesterol turunan LDL dalam sel, sel-sel ditemukan menyimpan persentase lipoprotein yang jauh lebih rendah daripada sel
normal dengan vimentin. Ketergantungan ini tampaknya menjadi proses pertama dari fungsi biokimia dalam setiap sel yang tergantung pada
jaringan filament intermediate selular.
30
Pengaturan unik dari filamen intermediate vimentin pada droplet lipid dalam beberapa tipe sel tertentu menunjukkan kemungkinan bahwa
filamen intermediate tipe vimentin memiliki fungsi tertentu yang berhubungan dengan pembentukan droplet lipid pada sel adipogenik.
Perubahan dalam pengaturan filamen vimentin yang menyertai konversi adiposa merupakan perubahan yang signifikan dalam pengaturan
sitoplasma. Pembentukan kumpulan filamen vimentin pada permukaan
27
droplet lipid, ditutupi oleh endoplasma retikulum cisterna, pertama dijelaskan oleh Franke et al. 1987, terjadi bersamaan dengan
peningkatan besar dalam kapasitas pembentukan lipid sel 3T3-L1. Selama adipogenesis, penyusunan filamen sitoskeleton vimentin berubah
dari kesatuan fibriliar menjadi satu lapisan filamen intermediate yang dikelilingi globul lipid.
31,32
Sel 3T3-L1 dari morfologi sel adiposit dapat meningkatkan sintesis dan akumulasi trigliserida. Hubungan signifikan
secara biologis belum diketahui jelas.
32,33
Vimentin diketahui berperan dalam menjaga integritas seluler dan menyediakan tahanan terhadap stres. Vimentin diekspresikan berlebihan
pada beberapa jenis kanker epithelial, termasuk kanker prostat, tumor gastrointestinal, tumor CNS, kanker payudara, melanoma maligna, dan
kanker paru. Ekspresi berlebihan Vimentin pada kanker berhubungan dengan percepatan pertumbuhan tumor, invasi, dan prognosis yang
buruk. Akan tetapi, kerja Vimentin dalam perkembangan kanker masih tidak jelas.
26,30
Ketika Vimentin diidentifikasi pada tumor epithelial, hal ini akan menunjukkan ekspresi sel terhadap dediferensiasi sel menjadi fenotip
yang lebih primitif. Imunoreaktivitas vimentin berlokasi pada sitoplasma sel tumor dan telah dilaporkan menjadi prediktor agresivitas pada karsinoma
payudara dan karsinoma ginjal. Imunohistokimia dari filamen intermediate, yang termasuk sitokeratin, vimentin, desmin, glial fibrillary acidic protein,
dan neurofilamen, telah digunakan secara luas untuk menggambarkan
28
neoplasma, karena neoplasma cenderung mengekspresikan filament sama dengan jaringan inang.
34
2.5. Imunohistokimia Vimentin
Imunohistokimia Immunohistochemistry IHC adalah sebuah metode pemeriksaan dengan menggunakan prinsip antibodi dengan
spesifikasi yang tinggi untuk menunjukkan lokasi dan keberadaan sebuah protein dalam jaringan, yang biasanya dilakukan untuk penelitian, dan
tujuan diagnostik atau prognostik. Penilaian IHC diintrepretasikan berdasarkan gabungan antara kualitas ikatan antigen dengan antibodi
yang terbentuk di sitoplasma atau inti sel dengan persentase sel yang terwarnai dalam lapang pandang.
35
Diantara metode penilaian IHC tersebut adalah:
1 H score, merupakan penjumlahan dari persentase sel yang terwarnai lemah, persentase sel yang terwarnai sedang dikalikan dengan dua,
dan persentase sel yang terwarnai kuat dikalikan dengan tiga. Penilaian ini memberikan skor dari 0-300.
35
2 Allred score, merupakan penjumlahan dari skor persentase sel yang terwarnai 0= tidak terwarnai, 1= terwarnai 1, 2=1-10, 3=10-33,
4=33-67, 5= 67-100 dan skor dari intensitas sel yang terwarnai 0= tidak terwarnai, 1= terwarnai lemah, 2=terwarnai sedang, 3=
terwarnai kuat. Penilaian ini akan memberikan skor dari 0-8.
36,37
29
3 Intensitas warna pada sel, merupakan derajat intensitas sel yang terwarnai, dengan nilai: negative - jika tidak ada sel yang terwarnai,
+ jika sel terwarnai lemah, ++ jika sel terwarnai sedang, dan +++ jika sel terwarnai kuat.
35
Bila digunakan untuk tumor yang diduga berasal dari otot polos, Vimentin dianggap sebagai penanda nonspesifik yang biasa disajikan
dalam tumor yang kurang terdiferensiasi dan biasanya berhubungan dengan ekspresi marker lainnya. Hasil positif pewarnaan Vimentin
dicirikan dengan sitoplasma sel yang berwarna cokelat. Pada kasus ini sel-sel tumor tersebut menunjukkan hasil negatif atau tidak imunoreaktif
terhadap pewarnaan imunohistokimia Vimentin. Hal ini menunjukkan bahwa sel tumor tersebut bukan sel yang berasal dari sel mesenkim.
38
Pewarnaan vimentin diharapkan dapat menjadi indikator prognostik yang lebih baik. Pewarnaan ekspresi vimentin yang dilaporkan pada
karsinoma payudara dan karsinoma ginjal, didapati bahwa vimentin yang positif berhubungan dengan prognosis yang buruk. Pada payudara, tumor
dengan vimentin positif juga merupakan reseptor estrogen negatif dan memiliki fraksi pertumbuhan Ki67 yang tinggi. Berbeda dengan karsinoma
endometrium, tumor dengan vimentin positif berhubungan dengan tumor stadium rendah dan prognosis yang lebih baik. Kurangnya pewarnaan
vimentin menandakan perubahan jauh dari fenotip normal endometrium.
39
Berikut gambaran
hasil pemeriksaan
Vimentin pada
adenokarsinoma endometrium:
30
Gambar 2.4. Pewarnaan vimentin pada adenokarsinoma endometrium
2.6 Pemeriksaan Imunohistokimia Vimentin Pada Adenokarsinoma Endometrium dan Serviks
Adenokarsinoma endometrioid serviks menyerupai kasus tipe adenokarsinoma endometrium, namun karsinoma ini berada di serviks.
Pembedaan secara histologik antara adenokarsinoma yang berasal dari endometrium dengan yang berasal dari serviks mungkin sulit, terutama
pada biopsi kecil atau spesimen kuretase.
6,7
Pemeriksaan imunohistokimia dengan vimentin dapat membedakan kanker endometrium dari kanker endoserviks, khususnya pada gambaran
PA yang tumpang tindih. Hal ini disebabkan protein filament intermediate vimentin dapat mengendap dengan baik pada epitel kelenjar endometrium
normal maupun yang neoplastik, namun tidak pada epitel kelenjar
31
endoserviks.
8,38
Pengaturan vimentin juga diketahui berhubungan dengan jaringan adiposa. Perubahan dalam pengaturan filamen vimentin yang
menyertai konversi adiposa merupakan perubahan yang signifikan dalam pengaturan sitoplasma.
31,32
Jaringan adiposa memiliki enzim aromatase yang aktif. Androgen adrenal dengan cepat dikonversi menjadi estrogen di
dalam jaringan adiposa pada individu dengan berat badan berlebih.
14
Tabel 2.3.
Perbedaan Adenokarsinoma
endometrium dan
adenokarsinoma serviks
40
Ketika ditemukan pada tumor epithelial, hal ini menunjukkan ekspresi dediferensiasi sel pada fenotipe yang lebih primitif.
Imunoreaktivitas Vimentin yang terbatas pada sitoplasma sel tumor dilaporkan sebagai prediktor agresivitas pada kanker payudara dan ginjal.
Dalam proses pembelajaran jaringan ginekologis dengan antibodi pada