Antagonis Angiotensin II AT Diuretik

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA pengobatan dimulai dan tiap peningkatan dosis, pada 3 bulan, dan selanjtnya pada tiap 6 bulan.

2.5.8.2 Antagonis Angiotensin II AT

1 - bloker Antagonis angiotensin II Ang II menghambat Ang II hanyadi reseotor AT 1 dan tidah di reseptor AT 2 maka disebut AT 1 - bloker. Karena terjadi terjadi reaksi silang antra penghambat ACE dan AT 1 - bloker , maka sebaiknya tidak diberi AT 1 - bloker bila telah menggunakan penghambat ACE. Untuk pasien dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri : a AT 1 - bloker dapat digunakan sebgaialternatif penghambat ACE pada pasien gagal jantung yang tidak mentoleransi penghambat ACE. b AT 1 - bloker dan penghambat ACE mempunyai efikasi yang sebanding pada gagal jantung sistolik yang sebanding 40 terhadap mortalitas dan morbiditas. c AT 1 - bloker dapat dipertimbangkan dalam kombinasi dengan penghambat ACE pada pasien yang masih simtomatik. Pada pasien NYHA kelas III yang masih simtomatik meski telah mendapat diuretic, penghambat ACE, dan -blocker, belum ada bukti pasti untuk merekomendasikan penambahan berikutnya. Prosedur untuk memulai pemberian AT 1 - bloker sama dengan untuk penhambat ACE dan AT 1 - bloker yang telah terbukti efektif untuk pengobatan gagal jantung serta dosis nya dapat dilihat pada table dibawah oni : Tabel.2.4 AT 1 - bloker dan dosisnya untuk pengobatan Gagal jantung Obat Dosis Awal Dosis Maksimal Kandesartan 4-8 mg od 32 mg od Losartan 24-50 mg od 50-100 mg od Valsartan 20-40 mg od 160 mg bid UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2.5.8.3 Diuretik

Diuretik merupakan obat utama untuk mengatasi gagal jantung akut ang selalu disertai dengan kelebihan overload cairan yang bermanifestasi sebagai kongesti paru atau edema perifer. Penggunaan diuretic dengan cepat menghilangkan sesak nafas dan meningkatkan kemampuan melakukan aktivitas fisik. Diuretic mengurangi retensi air dan garam sehingga mengurangi volume cairan ekstra sel, alir balik vena, dan tekanan pengisian ventrikelpreload Diuretik kuat, misalnya furosemide dengan dosis awal 40 mg od atau bid, dan dosis ditingkatkan sampai diperoleh diuresis yang cukup. Dosis awal yang lebih tinggi mungkin diperlukan pada gagal jantung lanjut atau yang disertai dengan gagal ginjal. Elektrolit serum dan fungsi ginjal harus sering dimonitor. Diuretic tidak mengurangi mortalitas pada gagal jantung kecuali spironolakton, maka diuretic harus diberikan dalam kombinasi dengan penghambat ACE. Diuretik Tiazid pada pengobatan gagal jantung tidak diberikan sebagai obat tunggal karena efek diuresis lemah, tetapi dalam kombinasi dengan diuretic kuat akan menunjukkan efek sinergis. Diuretik hemat kalium: triamterene, amilorid. Diuretic hemat kalium adalah diuretic lemah adalah diuretic lemah, karena itu tidak efektif untuk mengurangi volume. Obat-obat ini digunakan untuk mengurangi pengeluaran K atau Mg oleh ginjal danatau memperkuat respon diuresis oleh obat lain Tabel.2.5 Diuretik oral dan dosisnya untuk pengobatan retensi cairan pada gagal ginjal. Dosis Awal Dosis maksimal sehari Lama kerja Diuretik kuat  Furosemid  Bumetanid  Toresemid 20-40 mg odbid 0.5-1 mg odbid 10-20 mg od 600 mg 10 mg 200 mg 6-8 jam 4-6 jam 12-16 jam Tiazid  HCT  Klortalidon  Indapamid 25 mg odbid 12.5-25 mg od 2.5 mg od 200 mg 100 mg 5 mg 6-12 jam 24-72 jam 36 jam Diuretik Hemat Kalium UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA  Amilorid  Triamteren 2.5 mg od 25 mg od 20 mg 100 mg 24 jam 7-9 jam

2.5.8.4 Antagonis Aldosteron