Oleh karena itu merujuk pada pendapat para tokoh, pemimpin dan pakar pendidikan dunia yang menyepakati pembentukan karakter sebagai tujuan
pendidikan. Namun dalam perjalanannya, pendidikan-pendidikan akhlak atau karakter sempat tenggelam dan terlupakan dari dunia pendidikan, terutama
sekolah. Sejak 2500 tahun yang lalu. Socrates telah berkata bahwa tujuan paling
mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah islam, sekitar 1400 tahun yang lalu, Nabi Muhammad
SAW dalam ajaran islam, juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk menyempurnakan akhlak dan mengupayakan
pembentukan akhlak karakter yang baik good character. Tokoh pendidikan Barat yang mendunia seperti Klipatrick, Lickona,
Brooks, dan Goble seakan menggemakan kembali gaungan yang disuarakan Socrates dan Muhammad SAW bahwa moral, akhlak atau karakter adalah
tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Begitu juga dengan Martin
Luther King
menyetujui pemikiran
tersebut dengan
mengatakan,“Intelligence plus Character, that is the true aim of education”. Kecerdasan plus karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan.
9
Pendidikan akhlak karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat kodratinya
menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Sebagai contoh dapat dikemukakan misalnya: anjuran atau suruhan terhadap anak-anak untuk
duduk yang baik, tidak berteriak-teriak agar tidak mengganggu orang lain, bersih badan, rapih pakaian, hormat terhadap orang tua, menyayangi yang
mudah, menghormati yang tua, menolong teman dan seterusnya merupakan
9
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011 cet ke-1 h.2
proses pendidikan akhlak karakter. Sehubung dengan itu, dewantara 1967 pernah mengemukakan beberapa hal yang harus dilaksanakan dalam
pendidikan akhlak karakter, yakni ngerti-ngeroso-nglakoni menyadari, menginsyafi, dan melakukan.
Pendidikan akhlak karakter merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah berakhir never ending process, sehingga menghasilkan perbaikan
kualitas yang berkesinambungan continuous quality improvement, yang di tujukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan, dan berakar pada nilai-
nilai budaya bangsa. Sekarang, ketika masyarakat dan bangsa yang dilanda krisis moral,
system pendidikan akhlak karakter tersebut perlu direvitalisasi, terutama dalam mewujudkan akhlak karakter pribadi dan karakter bangsa yang telah
ada seperti tekun beribadah, jujur dalam ucapan dan tindakan berfikir positif, dan rela berkorban. Oleh karena itu, merupakan langkah yang positif ketika
pemerintah Mendiknas merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan. Melalui revitalisasi dan penekanan karakter
diberbagai lembaga pendidikan, baik informal, formal, maupun nonformal; diharapkan bangsa Indonesia bisa menjawab berbagai tantangan yang semakin
rumit dan kompleks. Dalam rangka mempertinggi daya saing, kemampuan memahami hakikat perubahan, dan memanfaatkan peluang yang timbul, serta
mengantisipasi terkikisnya rasa nasionalisme dan erosi ideology kebangsaan, serta penanaman system nilai bangsa Indonesia diperlukan pengkajian
kembali terhadap pendidikan karakter, yang selama ini dipandang sudah hilang dari kehidupan bangsa Indonesia.
10
Contohnya dikota-kota bahkan dikampung-kampung banyak terjadi tawuran antar pelajar, tawuran antar
mahasiswa, tawuran antar kampong, korupsi hampir disemua sector, kekrasan
10
E. Mulyasa, Mnajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011 cet ke- 1 h.1-3
dimana-mana, unjuk rasa dan masih banyak lagi contoh yang mengindikasikan bahwa negeri ini sedang dilanda kemerosotan karakter.
Dari permasalahan di atas bahwa akhlak karakter manusia di bangsa Indonesia ini sudah dipandang hilang, perlu kiranya dilakukan lebih
mendalam mengenai pendidikan akhlak dalam kitab Syarah Ta’lim al-
Muta’lim dengan pengarang syekh Ibrahim bin Ismail yang merupakan tokoh pendidikan islam. Yang kitab karangannya sangat popular yang wajib
dipelajari dipesantren-pesantren. Apalagi kitab karangannya membahas tentang pendidikan akhlak yang harus dimiliki oleh penuntut ilmu. Agar dapat
merubah bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berakhlak. Sehubungan deng
an itu penulis tertarik untuk menulis studi tentang “Pendidikan Akhlak Dalam Kitab Syarah
Ta’lim al-Muta’alim bagi Penuntut Ilmu karya Syekh Ibrahim bin Ismail
”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat di identifikasikan beberapa masalah yang akan di munculkan, diantaranya:
1. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap pendidikan akhlak karakter.
Survei menunjukkan kenakalan dan tawuran semakin memprihatinkan akibat masyarakat kurang memperhatikan pendidikan karakter anak-nya.
2. Akhlak penuntut ilmu semakin menurun.
Contohnya: murid-murid berani melawan guru 3.
Pendidikan lebih menitik beratkan pada aspek intelektualitas semata dari pada akhlak karakter.
C.
Pembatasan Masalah
Pemikiran Syeikh Ibrahim bin Ismail dituangkan dalam sebuah karyanya yang diberi judul Syarah
Ta’lim al-Muta’alim yang memuat tentang adab atau etika dan karakter murid dalam menuntut ilmu dan di dalamnya terdapat
tiga belas pasal. Agar permasalahan tidak melebar, maka pada penelitian ini dibatasi
hanya pada seputar pendidikan akhlak bagi penuntut ilmu menurut syeikh Ibrahim bin Ismail yang terdapat dalam kitab Syarah
Ta’lim al-Muta’alim.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana Pendidikan
Akhlak bagi penuntut ilmu dalam Kitab Syarah Ta’lim Muta’alim karya
Syekh Ibrahim bin Ismail ? “
E. Tujuan Penelitan
Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pendidikan Akhlak bagi penuntut ilmu dalam kitab Syarah
Ta’lim Muta’alim karya Syekh Ibrahim bin Ismail
F. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a. Dari hasil penelitian ini, dapat memberikan informasi kepada pelajar,
pemerintah, guru dan orang tua tentang pemikiran Syekh Ibrahim bin Ismail mengenai pendidikan akhlak karakter yang sangat penting
terutama untuk penuntut ilmu sehingga masyarakat terutama penuntut ilmu dapat memiliki akhlak karakter yang baik agar dapat
menghadapi tantangan-tantangan global sehingga dapat merubah
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter sesuai kaidah- kaidah islam.
b. Diharapkan kepada masyarakat terutama pada penuntut ilmu untuk
lebih menekankan pendidikan akhlak karakter dalam menuntut ilmu sehingga dengan seseorang memiliki karakter yang baik maka
kesuksesan akan diraihnya.
2. Kegunaan Praktis
a. Dalam dunia pendidikan dapat memberikan kontribusi dalam bidang
pemikiran pendidikan akhlak karakter sehingga bisa memberikan ide bagi pemikir pemula.
b. Bagi penulis, sebagai bahan latihan dalam penulisan ilmiyah sekaligus
memberikan tambahan khazanah pemikiran-pemikiran pendidikan islam.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran
a. Pengertian Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kata “pendidikan”
berasal dari kata „didik’ dan mendapat imbuhan “pen” dan akhiran “an”, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan
mendidik. Secara etimologi definisi “Pendidikan” diartikan sebagai
proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.
1
Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan sering dimaknai sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan, baik potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan
kebudayaan.
2
Secara terminologi pendidikan dapat diartikan menurut pendapat para ahli di antaranya adalah:
1 Menurut Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional
Indonesia menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. 2
Menurut H. Horne, pendidikan adalah proses yang terus menerus abadi dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia
1
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 326
2
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, Jakarta: Jakarta Press, 2006, h. 1
10
yang berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan.
3
Selain itu, dalam pengertian yang umum, pendidikan juga diartikan dengan proses bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang
dilakukan oleh manusia kepada manusia lain dalam rangka pencapaian kedewasaan.
Pengertian yang sederhana dan umum tersebut bukan berarti menyederhanakan persoalan pendidikan, karena sesungguhnya jika
dilihat secara mendalam maka pendidikan adalah merupakan suatu proses yang sangat sistematis dan berkesinambungan dalam konteks
pencapaian hasil yang diharapkan.
4
Jadi, dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh
orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan supaya anak bisa mandiri dan
pendidikan itu juga merupakan suatu proses dalam menumbuhkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia serta menjadikan
manusia lebih dewasa. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting untuk menjadikan manusia lebih baik.
b. Pengertian Pengajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “pengajaran” adalah
berasal dari kata “ajar” dan mendapat imbuhan “peng” dan akhiran “an” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya
mengetahui. Menurut etimologi pengajaran adalah proses, cara, perbuatan mengajar atau mengajarkan.
5
3
Haryanto, Pengertian Pendidikan Menurut Ahli, 2012, artikel diakses 16 Maret 2014 http:www.Belajarpsikologi.com.
4
Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, op. cit., h. 1
5
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h.23