15
3.3.3. Kandang, Pakan, dan Minum
Kandang yang digunakan dalam penelitian adalah kandang kelompok dengan konstruksi kandang panggung yang berukuran luas 1 x 1 m per ekor. Pakan yang
diberikan adalah hijauan pada pagi dan sore hari serta ampas tahu pada siang hari. Air minum tersedia ad libitum.
3.3.4. Sinkronisasi Domba
Tahap pembuntingan domba diawali dengan sinkronisasi estrus yang dilakukan dengan menyuntikkan Prostaglandin F2
α secara intramuscular. Dosis Prostaglandin F2
α yang digunakan ialah sekitar 7,5 mgekor. Penyuntikan Prostaglandin F2
α ini dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu 11 hari dari penyuntikan pertama.
Domba betina yang sudah menunjukkan gejala estrus dicampurkan dengan pejantan unggul selama dua hari. Pencampuran ini dilakukan dengan perbandingan
5:1 yaitu setiap dua ekor domba betina dikawinkan dengan satu pejantan. Sekitar 40 hari setelah pencampuran, dilakukan pemeriksaan kebuntingan dengan menggunakan
peralatan USG ultrasonographi.
3.4. Tahap Pelaksanaan 3.4.1. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan acak lengkap RAL. Domba penelitian dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan dan 5
ulangan. Perlakuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Perlakuan I
: Domba bunting yang tidak dicekok ekstrak jamu veteriner Perlakuan II : Domba bunting yang dicekok ekstrak jamu veteriner dengan dosis
15 mLekor. Perlakuan III : Domba bunting yang dicekok ekstrak jamu veteriner dengan dosis
30 mLekor.
3.4.2. Pemberian Ekstrak Jamu Veteriner
Ekstrak jamu vateriner diperoleh dari Laboratorium Farmakologi FKH-IPB. Ekstrak jamu veteriner ini terbuat dari bahan-bahan herba yang terdiri dari sambiloto,
lempuyang, kayu manis kayu legi, merica, dan jahe. Pencekokan jamu veteriner
16
mulai diberikan pada domba setelah kebuntingan berumur kurang lebih 1,5 bulan dan dilakukan sekali seminggu. Pencekokan diberikan per oral dengan dosis 15 mL per
ekor pada kelompok domba dosis pertama dan 30 mL per ekor pada kelompok domba dosis kedua.
3.4.3. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel darah dilakukan melalui vena jugularis menggunakan spuid 5 mL kemudian langsung dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sebelumnya
telah diberi antikoagulan EDTA Ethylene Diamine Tetra Acid. Selanjutnya sampel darah dianalisis di laboratorium fisiologi.
3.4.4. Perhitungan Eritrosit, Hematokrit, dan Hemoglobin
Perhitungan eritrosit dilakukan secara manual dengan metode hemositometer. Sampel darah diambil dengan pipet eritrosit sampai skala 0,5, kemudian noda darah
diujung pipet dibersihkan dengan tissue bersih. Setelah itu diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis 0,9 sampai batas tera 101. Aspirator dilepas kemudian ujung pipet
ditutup dengan jempol dan pangkalnya ditutup dengan jari tengah. Campuran pada pipet tersebut dihomogenkan dengan membuat gerakan angka 8. Setelah homogen,
hasil pengenceran dituangkan ke dalam kamar hitung pada tepi kaca penutup. Kamar hitung didiamkan selama beberapa menit agar sel-sel darah merah mengendap pada
dasar kamar hitung. Jumlah sel darah merah dihitung pada lima kotak dalam kamar hitung yaitu pada pojok kanan atas dan bawah, pojok kiri atas dan bawah serta satu
kotak yang berada ditengah. Penghitungan tersebut menggunakan mikroskop dengan perbesaran objektif 40 kali. Hasil penghitungan dari lima kotak tersebut dikalikan
dengan 10.000 per mm
3
. Perhitungan nilai hematokrit atau Pack Cell Volume PCV dilakukan dengan
menggunakan Adam Microhematocrit Reader. Tabung mikro yang digunakan adalah tabung mikro dengan panjang 7 cm dan diameter 0,1 mm. Sampel darah diambil
dengan menempelkan bagian ujung dari tabung mikro tersebut ke dalam darah. Posisi ujung tabung mikro hampir mendatar dan bagian ujung tabung yang lain dikosongkan
kira-kira 1cm kemudian bagian ujung tabung disumbat. Setelah itu, sampel tadi disentrifuse selama 4-5 menit dengan kecepatan 10.000 rpm.
17
Pengukuran nilai hemoglobin dilakukan dengan menggunakan metode cyanmethemoglobin, memakai alat spektrofotometer yaitu sebuah alat penghitung
otomatis yang memberikan hasil lebih objektif. Pada metode ini digunakan campuran reagen larutan kalium ferrosianida dan kalium sianida. Campuran reagen ini
dimasukkan sebanyak 2,5 mL ke dalam tabung reaksi, kemudian sampel darah diambil sebanyak 10 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sama,
selanjutnya dihomogenkan dan dimasukkan ke dalam cuvet. Setelah itu hasil dibaca dengan spektrofotometer.
3.5. Variabel yang Diamati