19
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini terdiri atas kerangka pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran operasional. Kerangka pemikiran teoritis
merupakan teori-teori yang relevan dengan penelitian yang dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menjawab tujuan penelitian. Kerangka
pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri atas Contingent Valuation Methods CVM, dan regresi linear berganda. Kerangka pemikiran operasional merupakan
tahapan alur berpikir dalam melakukan penelitian.
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Contingent Valuation Methods CVM
Berdasarkan Pearce et al. dalam Fauzi 2014, analisis CVM melibatkan tiga tahapan utama, yaitu:
1. Identifikasi barang dan jasa yang akan dievaluasi
Tahapan ini merupakan tahapan yang krusial dalam analisis CVM. Pada tahapan ini, peneliti harus terlebih dahulu memiliki konsep yang jelas tentang apa
yang akan divaluasi, perubahan kualitas dan kuantitas apa yang menjadi concern kebijakan, serta jenis barang atau jasa non-pasar apa saja yang akan divaluasi oleh
peneliti. 2. Kontruksi skenario hipotetik
Oleh karena CVM adalah metode analisis yang mengandalkan teknik survei, maka tahapan kedua ini sangat bergantung dari konteks yang dianalisis
content dependent. Jenis pertanyaan dan skenario yang diajukan pada tahap ini akan sangat berpengaruh terhadap outcome yang akan dihasilkan pada analisis
CVM. Terdapat tiga elemen esensial dalam tahap ini yaitu: 1 informasi pada responden tentang dampak skenario kebijakan yang disodorkan. Pada elemen ini,
deskripsi kebijakan paling tidak harus memuat dua skenario dasar yaitu kondisi saat ini yang akan dijadikan baseline dan skenario target dari dampak kebijakan
yang diusulkan, 2 deskripsi pasar yang akan dikembangkan, 3 metode pembayaran harus dijelaskan secara rinci pada survei CVM.
20 3. Elisitasi nilai moneter
Metode ini adalah teknik mengekstrak informasi kesanggupan membayar dari responden dengan menanyakan besaran pembayaran melalui format tertentu.
Format elisitasi CVM dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Format Elisitasi CVM
No Format Deskripsicontoh
pertanyaan 1
2 3
4 5
Open Ended
Bidding Game
Kartu pembayaran payment card
Single bounded dischotomous
Double bounded
dischotomous Berapakah jumlah maksimum pembayaran melalui pajak
yang anda sanggup bayar untuk memperbaiki lingkungan di wilayah X X misalnya daerah aliran sungai, taman mangrove,
kawasan taman lindung, dan sebagainya Maukah anda membayar Rp10.000 melalui pajak untuk
memperbaiki lingkungan di wilayah X? Jika Ya: Enumerator menaikkan tawaran misalnya Rp20.000,
Rp50.000, dan seterusnya sampai responden menjawab tidak Jika Tidak: Enumerator menurunkan tawaran sampai
responden menjawab “Ya” Manakah diantara pembayaran dibawah ini yang
menggambarkan WTP anda melalui pajak? a. Rp0
b. Rp5.000 c. Rp10.000
d. Rp20.000 e. …
f. … g. Rp100.000
Apakah anda sanggup membayar Rp10.000 untuk perubahan lingkungan?
a. Ya b. Tidak
Apakah anda sanggup membayar Rp10.000 untuk perbaikan lingkungan?
Jika Ya: Apakah anda sanggup membayar Rp20.000 Jika Tidak: Apakah anda sanggup membayar Rp5000
Sumber: Fauzi 2014
Penentuan WTP dengan metode CVM memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan yang perlu diperhatikan. Menurut Hanley dan Spash 1993, kelebihan
dari penggunaan metode CVM adalah sebagai berikut: 1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting, yaitu
seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dan dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan.
2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan di sekitar masyarakat.
21 3. Dibandingan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya, CVM memiliki
kemampuan untuk mengestimasi nilai non-penggunaan. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang
lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung. 4. Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non-
pengguna sesuai informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara sehingga memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan non-
pengguna secara terpisah.
3.1.2 Model Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah suatu alat analisis untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dependent tak bebas Y dengan lebih
dari satu variabel independent bebas X
1
, X
2
, …,X
k
Riduwan 2009. Asumsi yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda menurut Juanda 2009
adalah: 1. Penetapan spesifikasi model.
2. Peubah X
k
merupakan peubah non-stokastik fixed, artinya sudah ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linear sempurna antara
peubah bebas X
k
. 3. a Komponen sisaan
εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan ragam konstan untuk semua pengamatan i. E
εi = 0 dan Var εi = σ
2
b Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehingga Cov
εi, εj = 0, untuk i ≠ j. c Komponen sisaan menyebar normal.
Persamaan model regresi linear berganda secara umum model populasi adalah sebagai berikut:
Y
I
= β
1
X
1i
+ β
2
X
2i
+ β
3
X
3i
+ … + β
k
X
ki
+ εi……………………………………..1
Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari satu sampai N untuk data populasi, atau sampai n untuk data contoh sample. X
ki
merupakan pengamatan ke-i untuk peubah bebas X
k
. Koefisien β
1
dapat merupakan intersep model regresi jika semua pengamatan X
1i
bernilai 1 sehingga model menjadi: Y
I
= β
1
+ β
2
X
2i
+ β
3
X
3i
+ … + β
k
X
ki
+ εi……............…………………………...2
22
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Peningkatan pemanfaatan lahan perkotaan sebagai kawasan pemukiman, industri dan perdagangan, jalan raya, pusat perbelanjaan, dan tingginya tingkat
kebutuhan sarana transportasi perkotaan merupakan akibat dari adanya peningkatan jumlah penduduk. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas
lingkungan perkotaan berupa pencemaran udara, kenaikan suhu bumi, banjir, dan masalah lingkungan lainnya. Dengan penurunan kualitas lingkungan yang terjadi,
maka dibutuhkan adanya pengelolaan lingkungan hidup perkotaan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan. Peningkatan kuantitas dan
kualitas RTH merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan tersebut.
Hutan Kota Taman Beringin merupakan salah satu RTH Hutan Kota yang terdapat di Kota Medan. Penurunan kualitas lingkungan Kota Medan yang terjadi
saat ini menunjukkan bahwa dibutuhkannya Hutan Kota Taman Beringin dengan kualitas yang memadai untuk menopang kelangsungan hidup perkotaan.
Pentingnya peranan dari Hutan Kota Taman Beringin dalam mengatasi masalah lingkungan Kota Medan masih kurang disadari oleh berbagai stakeholder
sehingga menimbulkan masalah-masalah lingkungan tersendiri seperti kebersihan yang semakin menurun, perusakan terhadap vegetasi pepohonan, dan perusakan
pada fasilitas pendukung di Hutan Kota Taman Beringin. Keberlanjutan dari Hutan Kota Taman Beringin memerlukan partisipasi
dari seluruh masyarakat Kota Medan dalam menjaga dan memelihara kelestariannya. Untuk itu, penelitian ini ingin mengkaji preferensi masyarakat
terhadap upaya perbaikan Hutan Kota Taman Beringin. Tahap awal dari penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi masyarakat dalam hal ini pengunjung
terhadap kondisi keberadaan Hutan Kota Taman Beringin. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Tahap selanjutnya adalah mengestimasi
kesediaan membayar masyarakat yakni pengunjung yang melakukan kunjungan di Hutan Kota Taman Beringin terhadap upaya perbaikan kualitas Hutan Kota
Taman Beringin dengan pendekatan nilai WTP. Tahap akhir dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai