iskemik. Lakunar infark adalah satu-satunya subkelompok stroke iskemik yang positif berhubungan dengan sleep stroke.
Penelitian Conde dkk pasien dengan stroke iskemik dicatat waktu onset klinis, patologis, severitas NIHSS, klasifikasi klinis, klasifikasi
etiologi berdasarkan Trial of Organization in Acute Stroke Treatment TOAST, dan fungsional outcome pada 3 bulan modified rankin scale.
Ketika gangguan klinis muncul selama waktu tidur malam itu dianggap sleep stroke SS. Sisanya dianggap Wake up Stroke WS. Dari 813
pasien, 127 adalah SS 15,6 . Kejadian stroke pada saat tidur rendah, dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi. Obesitas muncul sebagai
faktor yang berhubungan dengan SS sementara atrial fibrilasi terkait dengan WS. Sleep Stroke memiliki keparahan klinis yang lebih besar di
awal dan fungsional outcome yang lebih buruk pada 3 bulan. Fungsional outcome ini tergantung pada tingkat keparahan klinis awal. Beberapa
mekanisme telah didalilkan sebagai penjelasan untuk pola ini, terutama variasi sirkadian tekanan arteri.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah ada hubungan stres dan sleep stroke dengan outcome stroke?
Universitas Sumatera Utara
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan: 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan antara stres dan sleep stroke dengan outcome stroke.
1.3.2. Tujuan Khusus. 1. Untuk mengetahui perbedaan antara stres dengan outcome
stroke.
2. Untuk mengetahui perbedaan antara sleep stroke dengan
outcome stroke.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara tipe stroke dengan sleep
stroke.
4. Untuk mengetahui perbedaan antara tingkat stres dengan
stroke. 5. Untuk mengetahui perbedaan antara onset stres dengan stroke.
6. Untuk mengetahui perbedaan antara stres dengan faktor risiko
stroke.
7. Untuk melihat gambaran karakteristik demografi populasi
sampel.
I.4. Hipotesis
Ada perbedaan outcome stroke antara stres dan sleep stroke.
Universitas Sumatera Utara
I.5. Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui perbedaan outcome stroke antara stres dan sleep stroke:
1.5.1. Manfaat penelitian untuk ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara keilmuan tentang perbedaan outcome stroke antara stres dan sleep
stroke
1.5.2. Manfaat penelitian untuk penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya tentang peran stressfull life event sebagai pemicu
stroke sehingga stress dapat menjadi salah satu faktor risiko yang modified dan sleep stroke dengan outcome stroke.
1.5.3. Manfaat penelitian untuk masyarakat
Dengan mengetahui hubungan antara stressful life event dan sleep stroke dengan outcome stroke dapat dijadikan sebagai salah satu upaya
untuk dapat menghadapi stres sehingga mengurangi risiko terjadinya stroke.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. STROKE II.1.1. Definisi
Stroke adalah suatu episode disfungsi neurologis akut yang diduga disebabkan oleh iskemik atau hemoragik, menetap
≥ 24 jam atau sampai kematian, tetapi tanpa bukti yang cukup untuk diklasifikasikan Sacco dkk,
2013.
II.1.2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, diperkirakan 795.000 orang mengalami stroke setiap tahun. Stroke iskemik mencapai 87 dari semua stroke, 13
sisanya stroke hemoragik. Sekitar tiga perempatnya adalah stroke baru, dan sisanya adalah stroke berulang. Kematian akibat stroke 1 dari setiap
18 kematian di tahun 2007, dengan total 135.952 kematian Larry 2012.
II.1.3. Klasifikasi Stroke
Dasar klasifikasi yang berbeda – beda diperlukan, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, pencegahan dan prognosa yang
berbeda, walaupun patogenesisnya sama Misbach 2011 I.
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya :
Universitas Sumatera Utara
1. Stroke iskemik a. Transient Ischemic Attack TIA
b. Thrombosis serebri c. Emboli serebri
2. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intraserebral b. Perdarahan subarachnoid
II. Berdasarkan stadium pertimbangan waktu
1. Transient Ischemic Attack TIA 2. Stroke in evolution
3. Completed stroke III.
Berdasarkan jenis tipe pembuluh darah 1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler IV.
Klasifikasi Bamford untuk tipe infark yaitu : 1. Partial Anterior Circulation Infarct PACI
2. Total Anterior Circulation Infarct TACI 3. Lacunar Infarct LACI
4. Posterior Circulation Infarct POCI V.
Klasifikasi Stroke Iskemik berdasarkan kriteria kelompok peneliti TOAST
1. Aterosklerosis Arteri Besar
Universitas Sumatera Utara
Gejala klinik dan penemuan imejing otak yang signifikan 50 stenosis atau oklusi arteri besar di otak atau cabang
arteri di korteks disebabkan oleh proses aterosklerosis. Gambaran CT sken otak MRI menunjukkan adanya infark di
kortikal, serebellum, batang otak, atau subkortikal yang berdiameter lebih dari 1,5 mm dan potensinya berasal dari
aterosklerosis arteri besar. 2. Kardioembolisme
Oklusi arteri disebabkan oleh embolus dari jantung. Sumber embolus dari jantung terdiri dari :
a. Risiko tinggi • Prostetik katub mekanik
• Mitral stenosis dengan atrial fibrilasi • Fibrilasi atrial other than lone atrial fibrillation
• Atrial kiri atrial appendage thrombus • Sick sinus syndrome
• Infark miokard baru 4 minggu • Thrombus ventrikel kiri
• Kardiomiopati dilatasi • Segmen ventricular kiri akinetik
• Atrial myxoma • Infeksi endokarditis
b. Risiko sedang
Universitas Sumatera Utara
• Prolapsus katup mitral • Kalsifikasi annulus mitral
• Mitral stenosis tanpa fibrilasi atrial • Turbulensi atrial kiri
• Aneurisma septal atrial • Paten foramen ovale
• Atrial flutter • Lone atrial fibrillation
• Katup kardiak bioprostetik • Trombotik endokarditis nonbacterial
• Gagal jantung kongestif • Segmen ventrikuler kiri hipokinetik
• Infark Miokard 4 minggu, 6 bulan 3. Oklusi Arteri Kecil
Sering disebut juga infark lakunar, dimana pasien harus mempunyai satu gejala klinis sindrom lakunar dan tidak
mempunyai gejala gangguan disfungsi kortikal serebral. Pasien biasanya mempunyai gambaran CT SkenMRI otak
normal atau infark lakunar dengan diameter 1,5 mm di daerah batang otak atau subkortikal.
4. Stroke Akibat dari Penyebab Lain yang Menentukan a. Non-aterosklerosis Vaskulopati
• Noninflamiasi
Universitas Sumatera Utara
• Inflamasi non infeksi • Infeksi
b. Kelainan Hematologi atau Koagulasi 5. Stroke Akibat dari Penyebab Lain yang Tidak Dapat
Ditentukan
II.1.4. Faktor Risiko
Penelitian prospektif stroke telah mengidentifikasi berbagai faktor- faktor yang dipertimbangkan sebagai risiko yang kuat terhadap timbulnya
stroke. Faktor risiko timbulnya stroke : Sjahrir, 2003 ; Nasution, 2007.
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Ras dan suku bangsa
d. Faktor turunan
e. Berat badan lahir rendah
2. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi a.
Prilaku:
1. Merokok
2. Diet tidak sehat: lemak, garam berlebihan, asam urat, kolesterol,
kurang buah 3.
Alkoholik
Universitas Sumatera Utara
4. Obat-obatan: narkoba kokain, anti koagulansia, antim platelet,
amfetamin, pil kontrasepsi 5.
Kurang gerak badan
b. Fisiologis
1. Penyakit hipertensi
2. Penyakit jantung
3. Diabetes mellitus
4. Infeksilues, arthritis, traumatik, AIDS, lupus
5. Gangguan ginjal
6. Kegemukan obesitas
7. Polisitemia, viskositas darah meninggi penyakit perdarahan
8. Kelainan anatomi pembuluh darah
9. Stenosis karotis asimtomatik
II.1.5. Patofisiologi 1. Stroke Iskemik
Pada stroke iskemik, berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi –
reaksi berantai yang berakhir dengan kematian sel – sel otak dan unsur – unsur pendukungnya Sjahrir, 2003.
Secara umum daerah regional otak yang iskemik terdiri dari bagian inti core dengan tingkat iskemia terberat dan berlokasi di sentral. Daerah
ini akan menjadi nekrotik dalam waktu singkat jika tidak ada reperfusi. Di
Universitas Sumatera Utara
luar daerah core iskemik terdapat daerah penumbra iskemik. Sel – sel otak dan jaringan pendukungnya belum mati akan tetapi sangat berkurang
fungsi – fungsinya dan menyebabkan juga defisit neurologis. Tingkat iskemiknya makin ke perifer makin ringan. Daerah penumbra iskemik, di
luarnya dapat dikelilingi oleh suatu daerah hiperemik akibat adanya aliran darah kolateral luxury perfusion area. Daerah penumbra iskemik inilah
yang menjadi sasaran terapi stroke iskemik akut supaya dapat direperfusi dan sel-sel otak berfungsi kembali. Reversibilitas tergantung pada faktor
waktu dan jika tidak terjadi reperfusi, daerah penumbra dapat berangsur- angsur mengalami kematian. Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari
sel neuron otak secara bertahap Sjahrir, 2003. Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron otak secara
bertahap, yaitu: Tahap 1 :
a. Penurunan aliran darah
b. Pengurangan O
c. Kegagalan energi
2
d. Terminal depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion
Tahap 2 : a.
Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion b.
Spreading depression Tahap 3 : Inflamasi
Tahap 4 : Apoptosis Sjahrir, 2003
Universitas Sumatera Utara
2. Stroke Hemoragik
Pada perdarahan otak pecahnya pembuluh darah di otak dibedakan menurut anatominya atas perdarahan intraserebral dan
perdarahan subarakhnoid. Perdarahan intrasebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma Berry aneurysm akibat hipertensi maligna.
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya dapat merusak dan menyela diantara selaput akson massa putih “
dissecan spilitting” tanpa merusaknya. Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial dan
yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. Perdarahan Subarakhnoid terjadi karena
pecahnya aneurisma sakuler pada 80 kasus non traumatik. Aneurisma sakuler ini merupakan proses degenerasi vaskuler yang didapat akibat
proses hemodinamik pada bifurkasio pembuluh arteri otak Misbach
2011.
II.1.6. OUTCOME STROKE
Tahun 1980 World Health Organization WHO membuat defenisi impairment, disabilitas dan handicaps sebagai berikut Misbach 2011 :
Universitas Sumatera Utara
1. Impairment adalah suatu kehilangan atau abnormalitas fungsi atau struktur psikologis, fisiologis anatomis.
2. Disabilitas adalah hambatan atau ketidakmampuan akibat impairment untuk melakukan suatu aktivitas dalam rentang waktu tertentu dengan
cara atau yang dianggap normal untuk orang sehat. 3. Handicap adalah gangguan yang dialami oleh individu akibat
impairment atau disabilitas tersebut, sehingga seseorang terbatas dalam melakukan suatu perannya sebagai manusia normal.
Untuk kemudahan dan keseragaman pengukuran kemajuan dari fungsi otak terdapat beberapa penilaian berdasarkan skoring yang telah
digunakan secara luas didunia. Skoring atau skala yang telah dipakai diunit stroke dan sudut stroke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo adalah
NIHSS, Barthel Index dan Modified Rankin Scale. Penelitian klinis tentang stroke secara rutin menggunakan mortalitas sebagai outcome, namun
terdapat outcome lainnya yang penting untuk investigasi klinis dan relevan dengan pasien, mencakup perubahan fungsi tubuh dan disabilitas.
Misbach 2011. Modified Rankin Scale mengukur tingkat keterbatasan fungsional
pasca stroke. Hasil penelitiannya adalah secara umum, terdiri dari 0-6, dimana 0-1 outcome baik, 2-5 outcome buruk, 6 berarti meninggal Jood
dkk 2008. National Institute of Health Stroke Scale NIHSS adalah suatu
skala penilaian yang dilakukan pada pasien stroke untuk melihat
Universitas Sumatera Utara
kemajuan hasil perawatan fase akut untuk menilai impairment penilaian ini dilakukan dua kali, yaitu pada saat masuk dan saat keluar dari perawatan.
Misbach 2011. Barthel Index diperkenalkan oleh Mahoney dan Barthel pada tahun
1965, yang kemudian dimodifikasi oleh Granger dkk 1982 memuat 15 penilaian dengan nilai 0-100. Yang banyak dipakai adalah versi Wade dan
Collin memuat 10 penilaian dengan nilai 0-100 Misbach 2011.
II.1.6 ONSET STROKE
Sejak 1970, banyak penelitian yang menghubungkan ritme sirkadian dan kejadian stroke. Stroke iskemik dan stroke hemoragik dapat
menunjukkan frekuensi peristiwa kejadian bimodal. Semua jenis stroke dianggap sama, lebih sering terjadi pada pagi dan sore hari Schallner dkk
2014; Ahmadi dkk 2014. Periodisitas sirkadian tidak hanya dilihat dalam terjadinya peristiwa, tetapi juga kematian karena stroke. Satu studi
menunjukkan kematian lebih tinggi ketika terjadi di pagi hari, bahkan ketika disesuaikan untuk usia, jenis kelamin, dan tingkat keparahan
Schallner dkk 2014.
II.1.6.1. Ritme Sirkadian Stroke Iskemik Ritme sirkadian pada stroke iskemik adalah unik karena
merupakan satu-satunya jenis stroke yang memiliki kejadian maksimal tahunan selama periode waktu yang sama untuk semua subtipe. Stroke
Universitas Sumatera Utara
iskemik dilaporkan terjadi dengan puncak maksimal di pagi hari, dan puncak kedua di malam hari, pola sirkadian ini secara independen terkait
dengan terjadinya stroke iskemik bahkan ketika dikontrol faktor hipertensi, diabetes, hiperlipidemia, kebiasaan merokok, kejadian vaskular
sebelumnya, dan pengobatan dengan anti-platelet atau obat antikoagulan. Bahkan ketika stroke iskemik dibagi menjadi subkelompok aterosklerosis
arteri kecil atau stroke lakunar, kardioembolik, aterosklerosis arteri besar, dan kriptogenik, probabilitas ritmik tertinggi masih di pagi hari untuk setiap
subtipe stroke iskemik Schallner dkk 2014.
II.1.6.2. Ritme Sirkadian Perdarahan Intraserebral
Ritme sirkadian PIS pada pasien dengan demografis yang berbeda cenderung menunjukkan pola sirkadian berbeda. Tidak seperti stroke
iskemik, PIS memiliki tingkat kejadian yang lebih tinggi di sore hari dan jarang pada malam hari. Apakah seseorang tidur atau tidak selama PIS,
tampaknya mempengaruhi outcome. Ketika kematian pada PIS dibandingkan pada pasien yang tertidur dan terjaga, pasien tidur memiliki
angka kematian signifikan lebih tinggi. Volume pendarahan pada kelompok tidur secara signifikan lebih besar Schallner dkk 2014.
II.1.6.3. Ritme Sirkadian Perdarahan Subarachnoid
Ritme sirkadian perdarahan subarachnoid PSA tidak seperti stroke iskemik dan PIS. Kejadian perdarahan subarachnoid pada jam
Universitas Sumatera Utara
berbeda tergantung pada suhu. Kejadian PSA tertinggi di pagi hari selama musim dingin yang bulan dan tertinggi di sore hari selama musim
panas dengan peningkatan yang signifikan dalam frekuensi. Perubahan pada akhir pekan terkait dalam diet, konsumsi alkohol dan aktivitas fisik
telah diusulkan untuk menjelaskan fenomena ini. Perbedaan yang ditemukan ketika PSA dibagi menjadi dua subkelompok: aneurisma PSA
dan non-aneurisma PSA. Aneurisma PSA dilaporkan terjadi paling sering pada pagi hari sedangkan tidak ada kejadian puncak dilaporkan dalam
non-aneurisma PSA Schallner dkk 2014.
II.1.7. Hubungan Sleep Stroke dengan Outcome Stroke
Pada penelitian kejadian sleep stroke, ditemukan kejadian stroke lebih rendah pada malam. Namun demikian, menunjukkan tingkat
keparahan yang lebih tinggi dan prognosis yang lebih buruk. Beberapa penelitian, dengan metodologi yang bervariasi, telah menganalisis variasi
sirkadian dalam onset stroke iskemik, sebagian besar menemukan puncak frekuensi selama pagi hari 6:01am - 12 : 00 noon. Ada juga studi yang
menganalisis apakah stroke terjadi saat tidur. Beberapa tidak hanya menggambarkan puncak pada pagi, tetapi juga penurunan frekuensi
stroke pada jam-jam tidur malam. Studi yang menemukan bahwa selama hari kerja periode frekuensi stroke yang terbesar adalah 06:00-08:00,
namun di akhir pekan, waktu bergeser ke 08:00-10:00 am. Tampaknya
Universitas Sumatera Utara
pola sirkadian mungkin tidak hanya terkait dengan jam tetapi juga khusus dengan waktu tidur dan terjaga Conde dkk, 2007.
Mekanisme yang mendasari hubungan yang signifikan antara outcome fungsional yang lebih buruk setelah stroke meliputi deteksi gejala
stroke yang tertunda dan seiring keterlambatan manajemen awal, peningkatan variabilitas vasomotor selama tidur rapid eye movement,
lonjakan tekanan darah di pagi hari, berkurang aktivitas fibrinolitik dengan peningkatan aggregasi trombosit pada periode hiperakut, aktivitas
simpatis dan parasimpatis dan indeks massa tubuh Kim dkk, 2011. Pola sirkadian tekanan darah, pada saat nokturnal turun, tingkat
yang lebih tinggi dari agregasi platelet pada pagi hari, kecenderungan untuk turunnya viskositas darah di malam hari dan mencapai puncaknya di
pagi hari. Selain itu, aktivitas endogen tissue plasminogen activator TPA terendah di pagi hari dan ada juga penurunan fungsi endotel di pagi hari.
Oleh karena itu, tidur dapat memberi efek signifikan terhadap sistem saraf otonom, hemodinamik sistemik, fungsi jantung, fungsi endotel, agregasi
platelet dan koagulasi Conde dkk, 2007. Obesitas tampaknya berhubungan dengan SS. Ini dapat dijelaskan
oleh fakta bahwa obesitas memiliki hubungan yang lebih besar dengan kelainan tidur primer dan sekunder, terutama dengan obstructive sleep
apnoea OSA. Pasien dengan kelainan tidur ini mengalami frekuensi yang lebih besar dari gangguan tekanan intratoraks, aritmia jantung, disfungsi
endotel, dan perubahan nokturnal dalam pola tekanan darah,
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular Conde dkk, 2007.
Di sisi lain, pasien dengan SS lebih sering perempuan dan usia tua. Prevalensi Atrial Fibrilasi AF dikaitkan dengan usia tua. Setelah
disesuaikan berdasarkan usia dan jenis kelamin, AF muncul sebagai faktor terkait dengan WS. Pasien dengan SS lebih sedikit menderita AF
untuk usia dan jenis kelamin yang sama. Dengan kata lain, AF dapat memicu stroke terutama dalam saat terjaga. Telah dijelaskan bahwa
denyut jantung juga memiliki variasi sirkadian dimana denyut jantung lebih rendah pada malam hari dan bertambah tinggi pada saat bangun dan
aktifitas fisik, yang dapat menjelaskan prevalensi AF relatif lebih tinggi di WS. Sehubungan dengan tingkat keparahan dan evolusi keparahan awal
NIHSS lebih tinggi pada SS bahkan bila dianalisis termasuk TIA, meskipun di 3 bulan dan kematian tidak menunjukkan peningkatan yang
signifikan pada statistik setelah penyesuaian pada manfaat pengobatan trombolitik, hanya dapat memperkuat adanya perbedaan dalam prognosis
Conde dkk, 2007.
II.2. Stres II.2.1. Defenisi
Pengertian stres, menurut Haber dan Runyon, adalah konflik yang berupa tekanan eksternal dan internal serta permasalahan lainnya dalam
kehidupan. Lazarus dan Folkman memberikan pengertian stres adalah
Universitas Sumatera Utara
keadaan atau situasi yang rumit dan dinilai sebagai keadaan yang menekan dan membahayakan individu serta telah melampui sumber daya
yang dimiliki individu untuk mengatasinya. Selye yang dianggap sebagai pelopor penggunaan istilah stres, mendefinisikan stres sebagai respon
umum dan tidak spesifik terhadap setiap tuntutan fisik maupun emosional, baik dari lingkungan eksternal maupun dari dalam diri internal Maryam
2009. Stres adalah suatu kondisi dinamik, dalam hal ini seorang individu
dihadapkan dengan sebuah peluang yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya. Stres tidak hanya mempunyai nilai negatif, tetapi
juga positif. Stres merupakan suatu peluang bila stres itu menawarkan perolehan yang potensial. Stres juga sebagai kendala jika dapat
menghambat seseorang mengerjakan apa yang diinginkannya Maryam 2009.
Para ahli psikologi seperti Baum, Coyne dan Holroy, mengelompokkan stres dalam tiga perspektif yaitu stres sebagai stimulus,
stres sebagai suatu respon dan stres sebagai suatu proses. Menurut perspektif stres sebagai stimulus, stres terjadi disebabkan oleh lingkungan
atau kejadian yang dapat mengancam atau berbahaya, sehingga menimbulkan ketegangan dan perasaan tidak nyaman. Menurut
pandangan stres sebagai respon, stres merupakan reaksirespon individu terhadap kejadian yang tidak menyenangkan. Stres sebagai suatu proses
Universitas Sumatera Utara
terjadi karena adanya interaksi antara individu dan lingkungan Maryam 2009.
Klasifikasi stres ada dua jenis yaitu stres akut acute stress dan stres kronis chronic stress. Stres akut, yang berjangka waktu tidak lama
short-item, adalah reaksi segera terhadap ancaman, yang secara umum diketahui sebagai respons melawan fight atau menghindar flight.
Ancaman tersebut dapat berupa setiap situasi yang dialami, bahkan di bawah sadar, sebagai sesuatu yang berbahaya Maryam 2009.
II.2.2. Sumber Stres
Menurut Lazarus dan Cohen, sumber stres dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
1. Perubahan menyeluruh cataclymic stressor. Kejadian yang dapat menimbulkan stres dan terjadi secara tiba0tiba serta dirasakan
oleh banyak orang secara bersamaan seperti bencana alam banjir, badai.
2. Sumber stres dari pribadi personal stressor. Perubahan yang terjadi dalam kehidupan seseorang turut berpotensi menimbulkan
stres, misalnya: pernikahan, perceraian, kematian pasangan, mencari atau kehilangan pekerjaan.
3. Sumber stres dari lingkungan fisik. Kejadian atau keadaan yang berupa ketidaknyamanan dalam keseharian seseorang. Kejadian ini
merupakan gangguan kecil tetapi berlangsung terus0menerus,
Universitas Sumatera Utara
sehingga menjadi masalah yang mengganggu dan menekan emosional, contohnya: lingkungan rumahkerja yang bising
Maryam dkk 2009. Sumber stres berdasarkan sifatnya, yaitu:
1. Sumber stres yang bersifat fisik. Atwater 1983 menyebut stres yang disebabkan oleh sumber stres fisik ini sebagai stres biologis.
Stres biologis dapat mempengaruhi daya tahan tubuh dan emosi. 2. Sumber stres bersifat psikososial
. Menurut Atwater 1983 stres
psikologis dapat mempengaruhi kesehatan fisik Maryam dkk 2009.
Terdapat empat sumber stres yang bersifat psikososial yaitu: a. Tekanan.
Tekanan merupakan pengalaman yang menekan, berasal dari dalam diri, luar, atau gabungan keduanya. Dalam porsi yang tidak
berlebihan tekanan dalam individu memang diperlukan untuk dapat berbuat yang terbaik. Sebaliknya, bila berlebihan tekanan dapat
merugikan individu atau membuatnya tidak berdaya. b. Frustasi.
Frustasi yaitu emosi negatif yang timbul akibat terhambatnya atau tidak terpuaskannya tujuankeinginan individu. Dapat pula
diakibatkan oleh tidak adanya subyek atau objek yang diinginkan. c. Konflik.
Universitas Sumatera Utara
Konflik merupakan kondisi yang ditandai dengan adanya dua atau lebih pilihan yang bertentangan, sehingga pemenuhan suatu pilihan
akan dapat menghalangi tercapainya pilihan yang lain. d. Kecemasan.
Kecemasan sangat berhubungan dengan perasaan aman. Dalam keadaan normal, kecemasan dapat membantu seseorang untuk
lebih menyadari akan situasi bahaya tertentu. Sebaliknya, bila berlebihan dapat memperburuk perilaku individu Maryam 2009.
II.2.3. Gejala Stres
Gejala stres mencakup gejala psikis, fisik dan perilaku, misalnya gejala psikis kelelahan mental, diikuti gejala fisik seperti gangguan kulit,
dan perubahan perilaku yaitu penurunan kualitas hubungan interpersonal. Menurut Cox dan Ferguson 1991, stres berkembang secara bertahap,
tetapi gejala-gejalanya dapat dikenali sejak dini. Tanda tanda stres dapat dilihat dari beberapa aspek:
Kognitif: 1. Ketidakmampuan untuk menghentikan berpikir tentang bencana.
2. Kehilangan objektivitas 3. Ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau mengekspresikan
dirinya baik secara verbal maupun tulisan Fisik:
1. Overwhelmingkelelahan kronikgangguan tidur
Universitas Sumatera Utara
2. Gangguan pencernaan, sakit kepala, dan keluhan lainnya 3. Adanya masalah makan, misalnya nafsu makan bertambah atau
hilangnya selera makan Afektif:
1. Timbul keinginan bunuh diri, depresi berat 2. Mudah marah
3. Sinisme dan atau pesimisme yang berlebihan 4. Kekhawatiran yang berlebihan mengenai korban dan keluarganya
5. Merasa cemburu melihat pihak lain yang sedang menangani korban 6. Merasa ada tekananpaksaan
7. Adanya keresahan yang signifikan setelah mendapatkan penanganan Tingkah laku:
1. Mengkonsumsi alkohol dan penyalahgunaan obat 2. Menarik diri dari hubungan dengan teman, rekan kerja, dan keluarga.
3. Bertingkah laku sesuka hatinya. 4. Merasa tidak perlu untuk melakukan hubungan dengan korban lain
5. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan atau bertanggung jawab atas pekerjaan secara normal
6. Berusaha untuk tidak tergantung kepada tim penanganan korban Gejala gejala symptoms orang mengalami stres, baik secara fisik,
mental, maupun psikologis. Simtom-simtom tersebut adalah sebagai berikut:
• Pikiran-pikiran menakutkan scary-thought
Universitas Sumatera Utara
• Ada gangguan distraction • Pikiran bersaing racing mind
• Tidak yakin atau ragu-ragu uncertainty • Tidak logis illogic
• Lupa forgetfulness • Kecurigaan suspicion
• Lekas marah irritability • Kecemasan anxiety
• Depresi depression • Gusar atau marah-marah anger
• Kesepian lonliness • Rendah diri low-self esteem
• Gangguan perut upset stomach • Keletihan fatigue
• Sakit punggung backache • Sakit kepala headache
• Sembelit constipation • Diare diarrhea
• Dada sumpek chest tightness • Kebiasaan tidur yang buruk poor sleeping habits
• Kebiasaan bangun yang buruk poor calling habits • Berbicara cepat rapid speech
• Menggunakan obat-obatan drug use
Universitas Sumatera Utara
• Mengendarai dengan sembrono reckless driving • Merokok berlebihan excessive smoking
• Minum Alkohol berlebihan excessive drinking
Dari beberapa gejala stres yang telah disampaikan oleh para ahli ada yang telah mengarah kepada coping yang tidak efektif maladaptif
seperti Kebiasaan tidur yang buruk, kebiasaan bangun yang buruk, berbicara cepat, menggunakan obat-obatan, mengendarai dengan
sembrono, merokok berlebihan dan minum alkohol dan obat terlarang.
II.2.3. Stressfull Life Events
Life event adalah peristiwa-peristiwa dalam kehidupan yang dapat menjadi stresor dan dapat mempengaruhi individu pada suatu waktu.
Stressfull life events adalah kejadian yang mengganggu dan mengacaukan kegiatan rutin individu dan mungkin tidak diinginkan.
Mencakup stressor mayor dan minor, kehilangan, prestasi, dan perubahan status yang terjadi dalam hidup masyarakat. Peristiwa kehidupan sering
mengharuskan seseorang untuk menjalani penyesuaian psikososial baginya agar kehidupan berfungsi dengan baik Muhwezi 2007.
II.2.4. Pengukuran Tingkat Stres Dengan Metode Holmes Dan Rahe
Pada tahun 1967, Dr. Thomas H. Holmes dan Dr. RPISard H. Rahe telah mengembangkan alat ukur stres diri yang disebut “Social
Readjusment Rating Scale”.
Universitas Sumatera Utara
No
Tabel 1. Skala Holmes Dan Rahe
PENGALAMAN-PENGALAMAN KEHIDUPAN Nilai
1 Kematian suamiistri
100 2
Kematian keluarga dekat 63
3 Perkawinan
50 4
Kehilangan jabatan 47
5 Pensiunan
45 6
Kehamilan istri 40
7 Kesulitan seks
39 8
Tambah anggota keluarga baru 39
9 Kematian kawan dekat
37 10
Konflik suami atau istri 35
11 Menggadaikan rumah
31 12
Perubahan dalam tanggung jawab pekerjaan 29
13 Konflik dengan ipar, mertua, menantu
29 14
Perasaan tersinggung atau penyakit 53
15 Rujuk dalam perkawinan
45 16
Perubahan kesehatan seseorang anggota keluarga 44
17 Perubahan dalam status keuangan keluarga
38 18
Perceraian 65
19 Peralihan jenis pekerjaan
36 20
Mencegah terjadinya penggadaianpinjaman 30
21 Anak laki-laki atau perempuan meninggalkan rumah
29 22
Prestasi pribadi yang luar biasa 28
23 Istri mulai atau berhenti bekerja
29 24
Kesulitan dengan atasan 23
25 Tukar tempat tinggal
20 26
Perubahan dalam hiburan 19
27 Pinjaman dengan rumah sebagai jaminan
17 28
Perubahan dalam jumlah pertemuan keluarga 15
29 Pelanggaran ringan
11 30
Menukar kebiasaan pribadi 24
31 Perubahan jam kerja
20 32
Tukar sekolah 20
33 Tukar kegiatan sekolah
18 34
Tukar kebiasaan tidur 16
35 Perubahan dalam kebiasaan makan
15 36
Berlibur 13
Dikutip dari MARYAM S. 2009. Strategi Coping bagi Keluarga Korban Gempa dan Tsunami Aceh. Unimal Press. Lhokseumawe
O
Holmes dan Rahe mengkategorikan tingkat stres kedalam empat katagori. Skor kurang dari 150 sebagai stres minor, skor 150-199
tergolong stres ringan, skor 200-299 tergolong stres sedang dan skor di
Universitas Sumatera Utara
atas 300 tergolong stres mayorberat. Holmes dan Rahe memperkirakan bahwa 35 persen individu dengan skor di bawah 150 akan mengalami
sakit atau kecelakaan dalam dua tahun, 51 persen individu dengan skor antara 150-300 dan mereka dengan skor di atas 300 berpeluang 80
mengalami sakit atau kecelakaan Maryam 2009. Skala Holmes dan Rahe adalah skala yang mengukur penyebab
dan tingkat stres. Didalam skala ini terdapat 36 butir berbagai pengalaman dalam kehidupan seseorang, yang masing-masing diberi nilai score
Nawawi 2011; Maryam 2009. Suatu instrumen keseluruhan indikator dianggap sudah cukup reliabel reliabilitas konsistensi internal , bilamana
α ≥0.6 Tingkat stres Holmes dan Rahe nilai reabilitas relatif cukup baik 0.6124 dan validitas 0.006-0.686 Maryam 2009
.
II.2.5. Coping
Coping adalah perilaku yang terlihat dan tersembunyi yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan
psikologi dalam kondisi yang penuh stres. Individu tidak akan membiarkan efek negatif ini terus terjadi, ia akan melakukan suatu tindakan untuk
mengatasinya Nawawi 2011 Tindakan yang diambil individu dinamakan strategi coping. Strategi
coping sering dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman dalam .
menghadapi masalah, faktor lingkungan, kepribadian, konsep diri, faktor sosial dan lain-lain sangat berpengaruh pada kemampuan individu dalam
Universitas Sumatera Utara
menyelesaikan masalahnya. Dari beberapa pengertian coping dapat disimpulkan bahwa coping merupakan :
1. Respon perilaku dan fikiran terhadap stres 2. Penggunaan sumber yang ada pada diri individu atau lingkungan
sekitarnya. 3. Pelaksanaannya dilakukan secara sadar oleh individu dan
4. Bertujuan untuk mengurangi atau mengatur konflik-konflik yang timbul dari diri pribadi dan di luar dirinya internal or external conflict,
sehingga dapat meningkatkan kehidupan yang lebih baikMaryam 2009
Perilaku coping dapat juga dikatakan sebagai transaksi yang dilakukan individu untuk mengatasi atau mengurangi berbagai tuntutan
internal dan eksternal sebagai sesuatu yang membebani dan mengganggu kelangsungan hidupnya
.
Maryam 2009 .
II.2.6. Strategi Coping
Strategi coping bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan yang dirasa menekan, menantang, membebani dan melebihi sumber daya
resources yang dimiliki. Sumber
daya coping
yang dimiliki mempengaruhi strategi coping. Ada dua jenis mekanisme coping yang
dilakukan individu yaitu coping yang berpusat pada masalah problem focused form of coping mechanismdirect action dan coping yang
Universitas Sumatera Utara
berpusat pada emosi emotion focused of copingpalliatif form Maryam 2009
1. Strategi coping berfokus pada masalah. .
Strategi coping berfokus pada masalah adalah suatu tindakan yang diarahkan kepada pemecahan masalah. Individu akan cenderung
menggunakan perilaku ini bila dirinya menilai masalah yang dihadapinya masih dapat dikontrol dan dapat diselesaikan. Yang termasuk strategi
coping berfokus pada masalah adalah: a. Planful problem solving yaitu bereaksi dengan melakukan
usaha- usaha tertentu yang bertujuan untuk mengubah keadaan, diikuti pendekatan analitis dalam menyelesaikan masalah.
Contohnya seseorang yang melakukan coping planful problem solving akan bekerja dengan penuh konsentrasi dan perencanaan
yang cukup baik serta mau merubah gaya hidupnya agar masalah yang dihadapi secara berlahan-lahan dapat terselesaikan.
b. Confrontative coping yaitu bereaksi untuk mengubah keadaan yang dapat menggambarkan tingkat risiko yang harus diambil. Contohnya
seseorang yang melakukan coping confrontative
akan menyelesaikan masalah dengan
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan aturan yang berlaku walaupun kadang kala
mengalami resiko yang cukup besar. c. Seeking social support yaitu bereaksi dengan mencari dukungan dari
Universitas Sumatera Utara
pihak luar, baik berupa informasi, bantuan nyata, maupun dukungan emosional. Contohnya seseorang yang melakukan
coping seeking social support akan selalu berusaha menyelesaikan masalah dengan cara mencari bantuan dari orang lain di luar
keluarga seperti teman, tetangga, pengambil kebijakan dan profesional, bantuan tersebut bisa berbentuk fisik dan non fisik
Maryam 2009 Perilaku coping yang berpusat pada masalah cenderung dilakukan
jika individu merasa bahwa sesuatu yang kontruktif dapat dilakukan terhadap situasi tersebut atau ia yakin bahwa sumberdaya yang dimiliki
dapat mengubah situasi, contoh penelitian yang dilakukan oleh Ninno et al. 1998, yakni strategi coping yang digunakan rumah tangga dalam
mengatasi masalah kekurangan pangan akibat banjir besar di Bangladesh adalah strategi coping berpusat pada masalah yaitu: melakukan pinjaman
dari bank, membeli makanan dengan kredit, mengubah perilaku makan dan menjual aset yang masih dimiliki
.
Maryam 2009 2. Strategi coping berfokus pada emosi
.
Strategi coping berfokus pada emosi adalah melakukan usaha- usaha yang bertujuan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa melakukan
usaha mengubah stressor secara langsung. Yang termasuk strategi coping berfokus pada emosi adalah:
a. Positive reappraisal memberi penilaian positif, adalah bereaksi dengan menciptakan makna positif yang bertujuan untuk mengembangkan diri
Universitas Sumatera Utara
termasuk melibatkan diri dalam hal-hal yang religius. Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping positive reappraisal akan selalu berfikir
positif dan mengambil hikmahnya atas segala sesuatu yang terjadi dan tidak pernah menyalahkan orang lain serta bersyukur dengan apa yang
masih dimilikinya b. Accepting responsibility penekanan pada tanggung jawab yaitu
bereaksi dengan menumbuhkan kesadaran akan peran diri dalam permasalahan yang dihadapi, dan berusaha mendudukkan segala sesuatu
sebagaimana mestinya. Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping accepting responsibility akan menerima segala sesuatu yang
terjadi saat ini sebagai mana mestinya dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi yang sedang dialaminya
c. Self controlling pengendalian diri yaitu bereaksi dengan melakukan regulasi baik dalam perasaan maupun tindakan. Contohnya adalah
seseorang yang melakukan coping ini untuk penyelesaian masalah akan selalu berfikir sebelum berbuat sesuatu dan menghindari untuk melakukan
sesuatu tindakan secara tergesa-gesa d. Distancing menjaga jarak agar tidak terbelenggu oleh permasalahan.
Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping ini dalam penyelesaian masalah, terlihat dari sikapnya yang kurang peduli terhadap
persoalan yang sedang dihadapi bahkan mencoba melupakannya seolaholah tidak pernah terjadi apa-apa.
Universitas Sumatera Utara
e. Escape avoidance menghindarkan diri yaitu menghindar dari masalah yang dihadapi. Contohnya adalah seseorang yang melakukan coping ini
untuk penyelesaian masalah, terlihat dari sikapnya yang selalu menghindar dan bahkan sering kali melibatkan diri kedalam perbuatan
yang negatif seperti tidur terlalu lama, minum obat-obatan terlarang dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain Maryam 2009
Perilaku coping yang berpusat pada emosi cenderung dilakukan bila individu merasa tidak dapat mengubah situasi yang menekan dan
hanya dapat menerima situasi tersebut karena sumberdaya yang dimiliki tidak mampu mengatasi situasi tersebut, contohnya masih dalam
penelitian yang dilakukan oleh Ninno et al. 1998, yakni strategi coping yang digunakan rumah tangga dalam mengatasi masalah pangan akibat
banjir besar di Bangladesh berpusat pada emosi adalah pasrah menerima apa adanya, berdo’a dan mengharapkan bantuan, simpati dan belas
kasihan dari masyarakat dan pemerintah .
Maryam 2009 Jenis coping mana yang akan digunakan dan bagaimana
dampaknya, sangat tergantung pada jenis stres atau masalah yang dihadapi. Pada situasi yang masih dapat berubah secara konstruktif
seperti mengalami kelaparan akibat bencana strategi yang digunakan adalah problem focused. Pada situasi yang sulit seperti kematian
pasangan, strategi coping yang dipakai adalah emotion focused, karena diharapkan individu lebih banyak berdo’a, bersabar dan tawakkal.
Keberhasilan atau kegagalan dari coping tersebut akan menentukan .
Universitas Sumatera Utara
apakah reaksi terhadap stres akan menurun dan terpenuhinya berbagai tuntutan yang diharapkan Maryam 2009
.
II.2.7. Sumberdaya Coping
Sumberdaya mengandung dua arti yakni sumber dan daya, yang bermakna sebagai sumber dari kekuatan, potensi dan kemampuan untuk
mencapai suatu manfaat dan tujuan. Dengan demikian sumberdaya merupakan alat dan potensi yang digunakan untuk mencapai kebutuhan.
Dalam keluarga sumberdaya terdiri atas: 1. Unsur manusia: jumlah anggota keluarga, umur, jenis kelamin,
hubungan antar anggota dalam keluarga dan hubungan antara keluarga dengan keluarga lain, dan faktor faktor yang ada pada manusia seperti
pengetahuan knowledge, keterampilan skills dan minat intrest. 2. Unsur materi: pendapatan berupa uang atau barang, kekayaan milik
keluarga dapat berupa lahan pekarangan, kebun, sawah serta rumah yang dihuni
3. Unsur waktu adalah salah satu sumberdaya, sehingga pemanfaatan waktu perlu dikelola agar seluruh kegiatan dapat dilaksanakan dengan
tepat sesuai dengan tujuan yang diinginkan Maryam 2009 Sumberdaya coping dapat diartikan segala sesuatu yang dimiliki
keluarga baik bersifat fisik dan non fisik untuk membangun perilaku coping. Sumberdaya coping tersebut bersifat subyektif sehingga perilaku
coping bisa bervariasi pada setiap orang .
Maryam 2009.
Universitas Sumatera Utara
Cara seseorang melakukan strategi coping tergantung pada sumberdaya yang dimiliki. Adapun sumberdaya tersebut antara lain:
1 Kondisi kesehatan. WHO 1984 mendefinisikan sehat sebagai status kenyamanan menyeluruh dari jasmani, mental dan sosial, dan bukan
hanya tidak adanya penyakit atau kecacatan. Kesehatan mental diartikan sebagai kemampuan berfikir jernih dan baik, dan kesehatan sosial
memiliki kemampuan untuk berbuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain. Kesehatan jasmani adalah dimensi sehat yang nyata
dan memiliki fungsi mekanistik tubuh. Kondisi kesehatan sangat diperlukan agar seseorang dapat melakukan coping dengan baik agar
berbagai permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik. 2 Kepribadian adalah perilaku yang dapat diamati dan mempunyai ciri-
ciri biologi, sosiologi dan moral yang khas baginya yang dapat membedakannya dari kepribadian yang lain. Pendapat lain menyatakan
bahwa kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas dikaitkan dengan diri seseorang. Dapat dikatakan bahwa
kepribadian itu bersumber dari bentukan bentukan yang terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari keluarga pada masa kecil dan juga
bawaan sejak lahir misalnya orang tua membiasakan anak untuk menyelesaikan pekerjaannya sendiri, menyelesaikan setiap permasalahan
bersama-sama, tidak mudah tersinggungmarah dan harus selalu bersikap optimis Maryam 2009
Kepribadian dapat digolongkan menjadi dua yaitu: .
Universitas Sumatera Utara
a Introvert, adalah orang yang suka memikirkan tentang diri sendiri, banyak fantasi, lekas merasakan kritik, menahan ekspresi emosi, lekas
tersinggung dalam diskusi, suka membesarkan kesalahannya, analisis dan kritik terhadap diri sendiri dan pesimis; dan
b Ekstrovert, adalah orang yang melihat kenyataan dan keharusan, tidak lekas merasakan kritikan, ekspresi emosinya spontan, tidak begitu
merasakan kegagalan, tidak banyak mengadakan analisis dan kritik terhadap diri sendiri, terbuka, suka berbicara dan optimis Maryam 2009
3 Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian seseorang yang diketahui dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep
diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain misalnya orang tua yang menginginkan anak-anaknya tetap
sekolah walaupun dalam keadaan darurat, sehingga berupaya keras mencarikan sekolah untuk anaknya.
.
4 Dukungan sosial adalah adanya keterlibatan orang lain dalam menyelesaikan masalah. Individu melakukan tindakan kooperatif dan
mencari dukungan dari orang lain, karena sumberdaya sosial menyediakan dukungan emosional, bantuan nyata dan bantuan informasi.
Menurut Cronkite dan Moos Holahan Moos, 1987, orang yang mempunyai cukup sumberdaya sosial cenderung menggunakan strategi
problemfocused coping dan menghindari strategi avoidance coping dalam menyelesaikan berbagai masalah.
Universitas Sumatera Utara
5 Aset ekonomi. Keluarga yang memiliki aset ekonomi akan mudah dalam mela- kukan coping untuk penyelesaian masalah yang sedang
dihadapi. Namun demikian, tidak berimplikasi terhadap bagaimana keluarga tersebut dapat menggunakannya Lazarus Folkman, 1984.
Menurut Bryant 1990 aset adalah sumberdaya atau kekayaan yang dimiliki keluarga. Aset akan berperan sebagai alat pemuas kebutuhan.
Oleh karena itu, keluarga yang memiliki banyak aset cenderung lebih sejahtera jika dibandingkan dengan keluarga yang memilki aset terbatas
Maryam 2009 .
II.2.8. Hubungan Stres Dengan Outcome Stroke
Pengetahuan masyarakat terhadap konsep-konsep ilmiah
menemukan bahwa hubungan antara stres psikologis dan risiko stroke ada sejak awal lima puluhan, ketika Ecker 1954 menyatakan bahwa
sebelum serangan stroke, pasien sering memiliki masalah emosional. Segera sebelum stroke ia mungkin menghadapi masalah pribadi yang
berat. Banyak penelitian mencoba untuk mencari hubungan, beberapa studi menunjukkan bahwa ada hubungan dan lain yang menunjukkan tidak
ada hubungan Abdelsamee dkk, 2009. Ada kemungkinan mekanisme yang berbeda dengan stres
psikologis dapat meningkatkan risiko stroke. Mekanisme ini dapat menjadi kronis dijelaskan oleh stres terjadi berbulan-bulan sebelum stroke atau
mungkin akut dijelaskan oleh stres terjadi segera sebelum onset stroke.
Universitas Sumatera Utara
Stres mengaktivasi simpatik yang cepat dan meningkatkan pelepasan katekolamin yang menyebabkan perubahan dalam faktor hemodinamik
sistemik. Menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Pengulangan respon ini dapat mengakibatkan elevasi berkelanjutan dari
tekanan darah Abdelsamee dkk 2009. Stres psikologis memainkan peran penting dalam perkembangan
ateroklerosis dan juga telah dikaitkan dengan perkembangan perubahan aterosklerotik dari arteri karotis, katekolamin disekresikan pada saat stres
mengaktifkan trombosit secara langsung karena membran platelet mengandung reseptor
α2 adrenergik. Aktivasi platelet berulang dengan sekresi platelet–derived growth factor dapat meningkatkan proliferasi otot
polos arteri dalam perkembangkan atheroma. Stres juga meningkatkan konsentrasi plasma bersama-sama dengan beberapa faktor protrombolitik
dan meningkatnya fungsi platelet yang mungkin merupakan mekanisme stres psikologis dalam perkembangan formasi plak Abdelsamee dkk
2009. Episode singkat stres dapat menimbulkan disfungsi endotel
sementara. Stres berat dan sering dapat menyebabkan disfungsi endotel yang berkelanjutan merupakan hubungan lebih lanjut antara stres dan
ateroskelosis. Selama aktivasi trombosit dalam respon terhadap stres, mensekresikan protein trombosit sebagai platelet factor 4 PF4 dan B-
thromboglobulin BTG. Aktivasi platelet menyebabkan sekresi protein yang mengubah permukaan membran plasma yang memfasilitasi platelet
Universitas Sumatera Utara
platelet dan interaksi platelet dinding pembuluh darah. Jadi aktivasi trombosit dapat meningkatkan akumulasi trombosit dalam turbulen aliran
darah pada sisi kerusakan arteri dan obstruksi parsial dan ini bisa memicu iskemik akut Abdelsamee dkk 2009.
Beberapa penelitian menemukan hubungan stres dengan fatal stroke. Penjelasan yang mungkin kenapa stres berhubungan dengan fatal
stroke adalah subyek stres menderita stroke yang lebih berat dan lebih mungkin terjadi komplikasi. Dasar mekanisme biologi masih belum jelas.
Pada keadaan stres dijumpai peningkatan hormon kortisol pada manusia atau kortikosteron pada tikus. Penelitian pada tikus jantan pada kondisi
iskemik ekspresi Bcl
2
selektif meningkat pada daerah peri-infark. Protoonkogen Bcl
2
berperan agar sel tetap hidup dan melindungi sel dari proses apopptosis dan nekrosis seluler. Pada tikus jantan yang stres
sebelum oklusi arteri serebri ekspresi Bcl
2
70 lebih rendah daripada tikus yang bukan stres setelah iskemik. Berdasarkan penelitian ini apakah
mekanisme ini sama pada manusia belum diketahui. Tetapi peneliti menyarankan hasil penelitian ini sebagai mekanisme biologi hubungan
stres dan stroke Devries dkk 2001.
Universitas Sumatera Utara
II.3. Kerangka Teori
SLEEP STROKE
Episode singkat stres dapat menimbulkan disfungsi endotel
sementara, stres berat dan sering menyebabkan disfungsi endotel
dan ateroskelosis Abdelsame dkk, 2009
Tissue Plasminogen Activator TPA
↓
OUTCOME STROKE
STRES
Penurunan fungsi endotel di pagi hari
Conde,2007
Subyek dengan intensitas stres berat resiko
fatal stroke hampir dua kali lipat
dibandingkan dengan subyek yang tidak stres
Truelsen dkk, 2003
Sleep Stroke memiliki keparahan klinis yang
lebih besar dan fungsional outcome yang
lebih buruk Conde,2007
Disfungsi endotel
Aktivasi trombosit dan akumulasi trombosit
kerusakan dan obstruksi parsial arteri Abdelsame
dkk, 2009
Tekanan Darah ↑
Aktivasi trombosit
TPA terendah di pagi hari Conde,2007
Agregasi ↑ pagi hari,
viskositas darah ↓
malam hari Conde,2007
Stres mengaktivasi simpatik meningkatkan pelepasan
katekolamin perubahan dalam faktor hemodinamik sistemik.
Menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan
darah. Abdelsame dkk, 2009
Universitas Sumatera Utara
II.4. Kerangka Konsepsional