Penggunaan Alat Pelindung Diri APD

3. Pada bagian pengecoran pekerja jarang membersihkan mixer, pekerja hanya membersihkan mixer pada hari sabtu saja. Juga pada saat memanaskan batching turbin sering kali pekerja sudah menghidupkan compressor sebelum batching turbin panas yang mengakibatkan sering terjadi mati listrik setiap pagi lompat. 4. Pada bagian penguapan pekerja sering kali tidak membersihkan jalur masuk yang dipenuhi kerak beton, akibatnya ketika jalur masuk digunakan, sering menimbulkan debu yang mengganggu. 5. Pada bagian hasil jadi pekerja sering kali tidak membersihkan meja jalur yang berakibat ketika meja jalur digunakan, juga akan menimbulkan debu yang dapat mengganggu kesehatan. Perlengkapan finishing machine juga jarang diminyaki sehingga banyak yang telah berkarat. Hal ini sangat disayangkan sekali mengingat sebelumnya juga pernah terjadi kecelakaan berat pada tahun 2007 pada bagian penguapan yang mengakibatkan hilangnya tangan sebelah kanan salah satu anggota produksi. Hal ini dapat memicu kecelakaan kerja yang lebih berat dan dapat berakibat kematian. Selain sangat membahayakan pekerja, juga dapat memberikan efek negatif bagi perusahaan, seperti meningkatnya angka biaya akibat kecelakaan dan dapat merusak nama baik PT. Wijaya Karya Beton.

5.3.3. Penggunaan Alat Pelindung Diri APD

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa salah satu tindakan pengendalian untuk menciptakan perlindungan bagi pekerja dan Universitas Sumatera Utara menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan bebas dari rasa khawatir adalah dengan menggunakan alat pelindung diri. Namun pekerja pada bagian produksi masih belum mengutamakan penggunaan APD sebagai dasar keselamatan di tempat kerja, adapun masalah dalam penggunaan APD yang dijumpai adalah sebagai berikut : 1. Pada wilayah kerja perakitan, pekerja sering kali tidak menggunakan kacamata las goggle karena panas ataupun rusak, pekerja juga sering hanya menggunakan sarung tangan yang tidak lengkap, hanya sebelahnya saja. Juga ear plug yang sangat jarang digunakan padahal intensitas kebisingan sangat mengganggu dan kemungkinan besar dapat menyebabkan gangguan pendengaran. 2. Pada wilayah penulangan pekerja sering kali tidak menggunakan sarung tangan yang lengkap atau tidak menggunakan sama sekali karena dianggap jorok dan bau juga jarang menggunakan ear plug. 3. Pada wilayah pengecoran, penguapan, dan hasil jadi sangat jarang menggunakan sarung tangan yang lengkap dan ear plug. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan lingkungan kerja yang sering terpapar debu semen yang tentunya tidak baik bagi kesehatan pekerja di sektor produksi, pihak manajemen belum memasukkan penggunaan alat pelindung diri berupa masker, untuk mencegah debu masuk ke paru-paru pekerja bagian produksi. Pihak manajemen juga harus mengkaji ulang pemberian alat pelindung diri dari segi kualitas sehingga alat pelindung diri yang diberikan mampu melindungi pekerja dengan baik dan nyaman digunakan, seperti penggunaan sarung Universitas Sumatera Utara tangan yang mudah sobek, mudah kotor, dan kedap air yang mengakibatkan pekerja malas menggunakannya dalam bekerja. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.08MenVII2010 Tentang Alat Pelindung Diri Pasal 2 yaitu pengusaha wajib menyediakan APD bagi pekerjaburuh di tempat kerja alat pelindung diri yang dimaksud tercantum dalam Pasal 3 yaitu pelindung kepala, pelindung mata dan muka, pelindung telinga, pelindung pernapasan beserta perlengkapannya, pelindung tangan, danatau pelindung kaki dengan tempat kerja yang diatur dalam Pasal 4. Karena itu penggunaan masker sangat dianjurkan sebagai salah satu APD yang melindungi saluran pernafasan, mengingat potensi paparan debu semen di sektor kerja produksi PT. Wika Beton sangat tinggi. Penggunaan alat pelindung diri yang baik dapat menurunkan rasa takut dan khawatir terjadinya kecelakaan kerja akibat lingkungan kerja yang tidak aman. Dengan rasa aman dan nyaman dalam bekerja tentunya lingkungan kerja yang kondusif akan mendorong efektivitas dan efisiensi kerja yang akan meningkatkan produktivitas kerja, jika hal ini dapat dipertahankan maka kelancaran dalam proses produksi dapat dipertahankan. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton Di Pt Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

2 54 113

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalen

0 1 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalengka.

0 2 5

Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

0 0 14

Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

0 0 2

Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

0 0 10

Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

0 0 17

Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

0 0 3

Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

0 0 5

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DALAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT DANLIRIS SUKOHARJO

0 1 90