BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pelaksanaan Perlindungan Ekonomis
Berdasarkan tabel hasil wawancara mendalam terhadap keseluruhan partisipan dari masing-masing wilayah kerja mengenai pelaksanaan perlindungan ekonomis
terhadap pekerja bagian produksi beton PT. Wika Beton diketahui bahwa dalam sistem pembayaran upah dan nilai pengupahan serta tunjangan pekerja telah
mengikuti anjuran yang ditentukan dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1 yang berisi “Bahwa setiap pekerjaburuh berhak mendapatkan penghasilan untuk
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Dalam ketetapan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01Men1999 jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Kep-226Men2000,
dalam pelaksanaan upah minimum perlu memperhatikan beberapa hal : 1.
Besarnya Upah Minimum Sektoral Provinsi UMSP dan Upah Minimum Sektoral kabupatenkota UMSK mimnimal 5 lebih besar dari Upah
Minimum Provinsi UMP dan Upah Minimum KabupatenKota UMK Pasal 5. 2.
Perusahaan dilarang membayar upah lebih rendah dari Upah Minimum Provinsi UMPUpah Minimum KabupatenKota UMK atau Upah Minimum Sektoral
KabupatenKota UMSK Pasal 13. 3.
Dan sebagainya yang diatur dalam keputusan tersebut. Berdasarkan Keputusan tersebut maka gaji pokok yang diterima oleh pekerja telah
melebihi ketetapan UMK Medan maupun UMP Sumut yaitu untuk UMK Medan
Universitas Sumatera Utara
senilai Rp. 1.650.000 dan UMP Sumut senilai Rp. 1.375.000 dengan upahgaji pokok yang diberikan senilai Rp. 1.850.000 oleh pihak manajemen kepada seluruh pekerja
bagian produksi. Namun dalam wawancara mendalam yang dilakukan peneliti kepada
partisipan, diketahui bahwa masih terdapat ketidakpuasan terhadap upahgaji dan tunjangan yang diberikan oleh pihak manajemen dengan alasan upahgaji yang
diterima tidak cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup bila sudah berkeluarga nantinya. Hanya cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
pekerja yang belum berkeluarga. Pihak manajemen PT. Wika beton juga memberikan bonus setiap bulan
berupa 1 karung beras seberat 10 Kg, THR Tunjangan Hari Raya sebanyak dua kali, yaitu pada saat menjelang lebaran dan natal, hal ini telah sesuai berdasarkan bentuk
upah yang diatur dalam Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dan Pasal 1 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981, yaitu
a. Hak pekerjaburuh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai
imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau Peraturan
Perundang - Undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan.atau jasa yang telah atau akan dilakukan
Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. b.
Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan atau akan dilakukan, dinyatakan atau
dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau
Universitas Sumatera Utara
Peraturan Perundang-Undangan, dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan, baik untuk buruh sendiri
maupun keluarganya Pasal 1 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981.
Dari uraian di atas jelas upah diberikan dalam bentuk uang, namun secara normatif masih ada kelonggaran bahwa upah dapat diberikan dalam bentuk lain
berdasarkan perjanjian atau Peraturan Perundang-Undangan, dengan batasan nilainya tidak boleh melebihi 25 dari upah pokok yang seharusnya diterima Pasal 1 huruf a
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981. Berdasarkan tujuan pemberian upah pada Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 bahwa upah diberikan untuk tujuan kesejahteraan dan mampu memenuhi kecukupan secara jasmani, rohani dan sosial, sehingga pemberian upah dapat ditinjau
ulang. Namun Pekerja pada bagian sektor produksi PT. Wika Beton juga mengeluh mengenai pemberian upah lembur yang dinilai terlalu sedikit, tidak sesuai dengan
waktu kerja dan beban kerja yang harus dilakukan sehari-hari, pekerja hanya menerima Rp. 50.000 sampai waktu lembur selesai.
Upahgaji lembur yang diberikan pihak manajemen PT. Wika beton kepada pekerja bagian produksi seharusnya mengacu kepada Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No. KEP 102MenVI2004 mengenai perhitungan upah lembur di dasarkan pada upah bulanan dengan cara menghitung upah sejam adalah
1173 upah sebulan, dengan perhitungan apabila upah lembur dilakukan pada hari kerja maka :
Universitas Sumatera Utara
1. Untuk jam kerja lembur pertama harus di bayar upah sebesar 150 kali upah
sejam. 2.
Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah lembur sebesar 200 kali upah sejam.
Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan hari libur resmi, untuk waktu kerja selama enam hari kerja, empat puluh jam dalam seminggu,
perhitungannya, yaitu : 1.
Untuk tujuh jam kerja pertama dibayar 200 kali upah sejam, jam kerja kedelapan dibayar 300 kali upah sejam, serta jam kerja ke sembilan hingga jam
kerja ke sepuluh dibayarkan 400 kali upah sejam. 2.
Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan upah lembur lima jam kerja pertama dibayar 200 kali upah sejam, jam kerja ke enam
dibayar 300 upah sejam, serta jam kerja lembur ke tujuh dan ke delapan dibayar 400 kali upah sejam.
Tentunya upah yang saat ini dibayarkan oleh pihak manjemen PT. Wika Beton senilai Rp. 50.000 sangat berbeda jauh dengan apa yang diatur dalam Undang-
Undang Ketenagakerjaan. Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui pekerja yang tidak mampu bekerja
selama 1 bulan akan diberhentikan oleh pihak manajemen namun berdasarkan prinsip pekerjaan, walaupun terdapat prinsip “no work no pay” dalam sistem pengupahan,
namun karena alasan tertentu pekerjaburuh tetap berhak menerima upah dari pengusaha. Pengecualian prinsip “no work no pay” diatur dalam Undang-Undang
Universitas Sumatera Utara
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 dan Peraturan Pemeritah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindung Upah sebagai berikut :
Jika pekerjaburuh sakit maksudnya sakit biasa, bukan akibat kecelakaan kerja terus menerus sampai dua belas bulan, maka upah yang dibayarkan pengusaha Pasal
93 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yaitu a.
100 dari upah tiga bulan pertama. b.
75 dari upah tiga bulan kedua. c.
50 dari upah untuk tiga bulan ketiga. d.
25 dari upah untuk tiga bulan keempat. Dan berbagai bentuk perlindungan kepentingan lain yang mengakibatkan pekerja
tidakbelum dapat bekerja yang diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003. Namun dalam pelaksanaannya pekerja yang tidak mampu bekerja
selama 1 bulan lebih akan diberhentikan oleh pihak manajemen.
5.2. Pelaksanaan Perlindungan Sosial